Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan udara dingin menyengat kulitnya. Ia perlahan bangun dari posisi berbaringnya yang entah dimana itu. Ia baru saja bangun tidur di sebuah bangku café yang cukup ramai pinggir jalan raya.
Tangan mungilnya terasa hangat, saat dia melihat apa yang menggenggam tangannya itu, seketika Renjun menariknya. Kesadarannya yang belum pulih sepenuhnya melihat tangan yang lebih besar. Tangan itu lah yang sedari tadi menyalurkan kehangatan untuknya.
"Akhirnya bangun juga."
Renjun mendengar gumaman tersebut sebelum melihat tangan siapa itu. Saat pandangannya berlabuh, yang dilihatnya, pemilik tangan itu adalah seorang lelaki berambut biru navy sedang tersenyum ke arahnya.
Lelaki itu memakai jaket musim dingin sama seperti yang Renjun kenakan. Modelnya ternyata sama saat Renjun menyadarinya. Hanya saja miliknya warna putih sedangkan milik lelaki itu warna hitam.
Kedua mata Renjun membulat saat menyadari bahwa tangannya dan tangan lelaki itu masih saling menggenggam. Refleks Renjun pun melepaskannya karena ia tidak kenal dengan lelaki di hadapannya ini. Ini siapa ya?
"Eh, kenapa? Mimpi buruk lagi ya?" tanya lelaki itu penuh perhatian. Tapi Renjun malah semakin pusing akan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ini dimana?" tanyanya seperti orang yang baru saja hilang ingatan.
"Ha?" Sosok itu tentu saja kaget dengan keanehan Renjun. Dia yang merasa sudah sangat mengenal Renjun, tidak mengerti kenapa Renjun jadi aneh begini. "Kita di caféku, kamu ketiduran habis bimbingan. Kenapa sih? Kok aneh?" tanya sosok tersebut yang semakin membingungkan Renjun.
Sosok lelaki tampan itu kemudian menyentuh dahi Renjun dengan punggung tangannya. "Nggak panas tuh," ucapnya seolah mengira Renjun sakit dan mengigau di tengah musim dingin.
Renjun tidak peduli dengan apa yang dilakukan sosok tak dikenal itu. Di dalam ingatannya hanya ada Jaemin yang terakhir ia lihat tertabrak truk tepat di depan matanya. Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan dalam café seperti yang dikatakan lelaki yang duduk menemaninya ini.
Ini bukan café biasa ia nongkrong dengan anak-anak Poseidon. Ini café yang asing. Terlihat mahal dan penuh orang-orang. Uang jajan Renjun tidak akan cukup untuk makan disini. Ia biasanya hanya akan nongkrong di kantin atau tidak di café murah pinggir jalan. Bukan yang semewah ini.
Dan lagi, kata sosok asing di sampingnya tadi, café ini adalah miliknya. Berarti dia orang kaya dong?
Renjun menatap lagi sosok tampan di sampingnya ini. Tatapannya lembut meneduhkan seolah-olah ia mempunyai perasaan istimewa untuk Renjun. Bukan, bukannya Renjun GR tapi instingnya berkata seperti itu. Tatapan orang ini padanya mirip sekali dengan tatapan Mark pada Haechan sehari-hari.
"Kamu mau kemana?" Sosok tadi mencoba mencegah Renjun berdiri.
"Tunggu, apa barusan? Kamu? Kok lo manggil gue begitu?" balas Renjun yang wajahnya jelas terlihat bingung.
Sosok yang diajaknya bicara malah semakin bingung. "Ha? Kamu kenapa sih Renjun?" Ia tidak habis pikir apa yang baru saja Renjun impikan saat tidur terlalu lama di cafenya. Mungkin saja bimbingan skripsi membuat Renjun stress? Ya, itu yang terlintas di benak cowo itu saat ini.
"Kok jadi lo gue lagi sih?" balas lelaki itu yang semakin membuat kepala Renjun seolah mau pecah.
"Gue beneran nggak ngerti." Renjun duduk lagi di sofa empuk tempatnya tidur tadi. Spot duduk di café itu juga tergolong VIP karena mereka ada di lantai dua, dimana tidak ada pengunjung lain disana kecuali mereka berdua.
"Nggak ngerti gimana? Kamu kenapa?" Sosok tampan tadi semakin mengkhatirkan Renjun. "Kamu mimpi buruk lagi? Mau cerita?" Dia malah semakin mendekat pada Renjun dan seolah akan memeluknya. Tentu Renjun semakin mundur karena dia tidak mengenal orang asing ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Reality ✦ Jaemren
FanficRenjun menyukai Jaemin sejak mereka bahkan masih SMP. Terjebak dalam satu band di ekskul musik bersama dengan Jaemin saat SMA semakin membuatnya tidak bisa melupakan perasaan pada cinta pertamanya itu. Jaemin adalah seorang womanizer, dia suka mengg...