Two (ᵔ◡ᵔ)

1.2K 206 11
                                    

Latihan kemarin berjalan gagal dan menegangkan. Nana dan Jaemin yang entah mengobrolkan apa saja di teras belakang rumah Mark, tiba-tiba saja berujung adu mulut. Renjun dan yang lain tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka berdua perdebatkan.

Sebelum semua orang menyusul kesana, minus Haechan dan Chenle yang masih kelayapan nyari cemilan, Nana sudah berjalan menghentak-hentak dengan raut kesal. Dia menyeret Wonnie untuk mengikutinya pergi dari sana.

Teriakan Jisung yang mencegah agar tidak dipisahkan dari pacarnya juga tak didengarkan. Saat Jisung berniat mengejar, Jaemin muncul dari belakang. "Udah nggak usah ditahan! Biarin aja pergi!" seru Jaemin sambil mencengkeram tangan Jisung.

"Lo apain si Nana?" tanya Mark dan Jeno hampir bersamaan.

"Bukan urusan lo berdua." Jaemin menjawab acuh dan malah melirik Renjun yang masih berdiri mematung di tempat semula, memandang pintu dimana Nana keluar.

Tanpa Renjun sadari, Jaemin sudah berdiri di hadapannya, menatapnya tajam dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Dia tidak mengucapkan apa-apa. Hanya pandangan lurus pada Renjun, menyelam ke dalam matanya. Itu bukan pandangan Jaemin yang biasanya selalu ceria di sekolah.

Sebelum Jaemin pergi dari rumah Mark tanpa mengucap apa-apa, Renjun tau pandangan yang baru saja ditujukan Jaemin padanya adalah pandangan yang diselimuti kebencian.

Sebelum Jaemin pergi dari rumah Mark tanpa mengucap apa-apa, Renjun tau pandangan yang baru saja ditujukan Jaemin padanya adalah pandangan yang diselimuti kebencian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya di sekolah, seolah tidak terjadi apa-apa kemarin, Jaemin baru saja tiba di kantin bersama dengan Mark di sampingnya. Mereka berdua menghampiri Renjun dan Haechan yang sudah duluan berada di kantin memesan makanan.

"Hi guys," sapa Mark, sedangkan Jaemin hanya diam dengan kalemnya di samping lelaki itu.

Renjun dan Haechan yang masih asyik menggosipkan kejadian kemarin, seketika saja menoleh. "Sini, duduk," tawar Haechan dan membuat Mark dengan senang hati duduk di samping kekasihnya, menjadikan Jaemin harus duduk di samping Renjun.

"Kemaren lo kenapa deh Jaem?" tanya Renjun yang setengah mati menyembunyikan rasa takut jika Jaemin menatapnya seolah ngajak berantem lagi.

"Lo nonton basket Jeno nggak nanti?" Tapi Jaemin malah mengabaikannya dan menoleh ke Mark juga Haechan.

"Bukannya harusnya minggu lalu yak?" Haechan balik bertanya.

"Lah kan diundur gara-gara Jeno cidera," jawab Jaemin yang membuat Haechan terkejut.

"Lah pantes si kupret kagak muncul-muncul kemaren!" seru Haechan sambil menggebrak meja, alay. 

Minggu lalu dia menonton hanya berdua saja dengan Mark dan Jeno tidak muncul. Sudah mendukung sampai suara habis, ternyata temannya tidak main hari itu.

"Gue nggak dulu. Disuruh mama nganter ke bandara," jawab Mark lesu. "Sebenernya pengen nonton juga sih."

"Halah lu nggak setia kawan banget sih Mark. Jeno itu temen kita woy!" seruduk Jaemin yang dibumbui dengan gelengan Haechan, memojokkan Mark seolah tidak setia kawan.

Lost In Reality ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang