Eleven (╥_╥)

994 104 17
                                    

Renjun ketiduran cukup lama di kamar rawat Jaemin. Bahkan sang pasien terlihat lebih menjaga Renjun daripada sebaliknya. Jaemin memberikan selimut untuk menutupi tubuh Renjun yang meletakkan kepala di pinggiran tempat tidurnya.

Saat ibu Jaemin dan juga Jisung masuk ke dalam, makanan yang mereka belikan untuk Renjun tetap disimpan, agar tidak dingin jika Renjun bangun nanti.

"Pacar kamu bangunin ngga, Jaem?" tanya ibu sambungnya.

Pertanyaan tersebut ditertawakan Jisung dan hanya mendapat balasan berupa Jaemin yang mendelik pada wanita itu. Akhirnya mereka sengaja tidak membangunkan Renjun karena ia pasti lelah. Hal itu bisa dibuktikan dari dengkurannya yang cukup keras.

Cukup lama mereka bertiga mengobrol di ruang tersebut, Jaemin disuruh tidur susah sekali. Bahkan sampai ketika ibunya pulang ke rumah, Renjun tetap belum bangun. Lebih dari satu jam Jaemin dan Jisung habiskan untuk mengobrol berdua.

"Dulu pas kita masih SMA, Renjun itu vokalis Poseidon, kakak synthesizer. Sekarang mah Poseidon belok aliran," mulai Jisung.

Jaemin mengangguk, memandangi wajah damai Renjun yang terlelap. "Walaupun gue nggak inget gimana Poseidon dulu, tapi sekarang juga bagus. Ada beberapa lagu yang bikin gue ngerasa kangen entah kenapa."

Senyuman sedih ditunjukan Jisung. "Itu karena kak Jaemin juga nulis banyak buat band kita dulu. Kata Jay, kak Mark nggak nyari posisi synthesizer karena nggak ada yang bisa gantiin kakak."

"Beneran?"

"Boong ding." Jisung meringis.

"Yang bener dong lu ah." Jaemin mengangkat satu tangan seolah akan memukul adiknya itu.

Jisung tertawa terbahak dia sampai memegangi perut dan kemudian menyeka air mata yang keluar. "Kak Mark kan idealis, genre Poseidon yang sekarang nggak butuh synthesizer kak. Itu yang bener."

Pernyataan itu hanya dibalas gumaman oleh Jaemin dan seketika keheningan pun melanda kamar, Jisung takut membahas masa lalu hanya akan membuat Jaemin sakit kepala. 

Hanya suara dengkuran Renjun yang terdengar. Sampai akhirnya Jaemin bersuara. "Menurut lo, Renjun juga suka sama gue nggak?"

Jisung ikut memandangi Renjun, sama seperti yang dilakukan kakaknya. "Sejauh ini, mungkin iya mungkin enggak. Gue capek mohon-mohon biar dia mau ketemu sama kita setelah apa yang udah Papa lakuin ke kak Renjun dulu."

Raut wajah Jaemin berubah sedih. Dia ingat peristiwa itu. Pada hari tepat dimana dirinya sadar dari koma di rumah sakit.

"Nunggu yang ngga pasti itu ngga enak kan kak? Kalo kakak capek, berhenti aja. Nggak usah maksain perasaan orang lain. Gue cuma mau lo bahagia kak." Jisung tersenyum sedih, serasa ingin menangis tapi dia tahan karena di hadapan Jaemin.

"Kayaknya Renjun emang udah bahagia sama Jay ya? Sejak SMP dia kayaknya emang nggak tertarik sama gue. Dia suka marahin gue tapi gue suka kalo dia marahin gue. Itu artinya dia peduli sama gue kan?"

Jisung mengangguk. "Dia emang baik. Susah bedain mana orang yang baik dan mana yang punya perasaan sama kita."

"Lo bener." Jaemin menghela nafas lesu. "Maaf ya kalo selama ini gue belum bisa jadi kakak yang baik buat lo, Ji."

Tatapan mata Jisung memicing pada kakaknya. Bibir bawah nya digigit kuat. "Jangan ngomong gitu lah kak," lirih Jisung dan hanya dibalas Jaemin dengan senyuman teduh.

Kebersamaan mereka yang sudah berlangsung selama satu jam lebih itu pun harus terhentikan oleh deringan ponsel Jisung. Saat dilihat siapa yang menelfon, Jisung langsung mengangkatnya.

Lost In Reality ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang