SOLUSI

3.4K 415 47
                                    


Jimin mengetuk pintu apartemen  Jungkook dengan tergesa-gesa, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, takut ada yang mengikuti.

Setelah Suho mengintip dari lubang, siapa yang datang. Suho segera membuka pintu, membiarkan Jimin masuk menemui  Jungkook.

Mereka bertiga duduk di sofa yang sama tepat di hadapan televisi plasma layar besar, yang sedang tidak menampilkan apapun. Suho baru saja menutup siaran, ia tak ingin  Jungkook makin terguncang.

Jimin bercerita banyak hal, tentang awal perkenalannya dengan Yoongi sampai hari-hari sulit yang mereka lalui bersama. Suho sangat serius mendengarnya, sementara  Jungkook hanya diam dengan pikirannya sendiri.

Ia terus terbayang bagaimana Taehyung memeluk dan tersenyum pada Kim Jenie. Mengingat itu semua, membuat hati  Jungkook seperti diiris dari dalam.

Jimin menghentikan ceritanya, melihat raut wajah  Jungkook masih sama. Suho tak berputus asa, ia bangun dari sofa lalu masuk ke kamar untuk mengambil gitar.

"Aku baru saja menulis sebuah lagu, apa kalian ingin mendengarnya?"
Jimin berseru dengan keras, Jeon Jungkook mengangguk lemah dengan senyuman seadanya.

.
.

Sekretaris Wu Yifan tengah sibuk sekali. Padahal beberapa jadwal atasannya telah diundur hingga besok pagi. Ia dititahkan oleh Yifan untuk menghubungi beberapa relasi.

Yifan sendiri sedang berada di ruangannya menelpon menteri kesehatan. Jangan kaget, seorang CEO seperti dia, mainnya bukan sama bupati lagi, tapi menteri.

"Sudah aku cek, obat kuat milik Dr.  Jungkook memang belum terdaftar di BPOM," sahut orang di seberang.

"Aku ingin lisensi terbit besok pagi, dan buat tanggalnya seolah dua bulan yang lalu."

"Tapi itu sulit, Wu."

"Lebih sulit mana, jika kubongkar kasus pemerasanmu terhadap perusahaan kosmetik yang meminta lisensi darimu. Kau pikir aku tak tahu, beberapa relasiku memegang buktinya."

Terdengar helaan napas panjang di seberang sana.

"Aku tidak mengerti kenapa kamu ngotot membela orang yang bersalah. Jelas temanmu itu memang sengaja tidak mendaftarkan produknya." Seruan di seberang membuat Yifan geram.

"Kenapa kau malah menyalahkan temanku? Jelas itu kesalahan anak buahmu yang memeras para pengusaha kecil hanya untuk sebuah kertas bernomor seri. Kau tidak tahu temanku itu membuat formula bukan untuk diperdagangkan tapi khusus untukku!" Yifan akhirnya menaikkan sedikit nada bicaranya, sampai menteri yang sedang duduk santai sambil minum kopi di rumahnya, terkejut.

Yifan dalam mode geram sungguh menakutkan.

"Baiklah Wu Yifan. Aku akan meminta bawahanku menerbitkan lesensi legal untuk temanmu besok pagi." Menteri itu akhirnya menyerah, berurusan dengan Wu Yifan sama halnya menggali jurang untuk diri sendiri.

"Pastikan jam tujuh kertas itu sudah di tanganku, dan ingat tutup mulut bawahanmu jika kau tak ingin karirmu di dunia politik habis!" ancam Yifan, segera menutup telponnya tanpa mau mendengar lagi jawaban orang yang ia ajak bicara.

Yoongi masuk ke ruangan Yifan, membawa beberapa berkas. Ia juga membawa kopi di tangan kirinya.

"Ini kopi untukmu, dan ini beberapa dokumen milik pasien Jeon Jungkook. Aku terpaksa meminta seseorang mencurinya, ini sangat dibutuhkan untuk penyelidikan lebih lanjut," jelas Yoongi, meletakkan berkas ke depan Yifan yang ia bawa dengan tangan kanannya dan menyodorkan gelas berisi kopi menggunakan tangan kirinya.

"Kerja bagus, aku akan meminta sekretarisku memeriksa identitas mereka. Aku yakin salah satu di antara mereka telah memberikan keterangan palsu atas permintaan seseorang."

IMPOTENT (End)✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang