Strategi

3.2K 340 31
                                    

Yifan berjalan mondar mandir, ingin mencekik Taehyung tapi khawatir  Jungkook sedih. Ia sudah menyusun rencana sedemikian matang bersama Yoongi, dan artis muda itu menghancurkannya dalam satu malam.

"Kendalikan hormonmu, situasi masih keruh!" Geram Yifan sambil mengepalkan tangan.

"Aku akan bertanggung jawab," sahut Taehyung mantap.

"Bertanggung jawab apa? Jeon Jungkook bukan wanita yang hamil di luar nikah. Masalah yang kau hadapi lebih rumit dari itu. Jika publik tahu aku dan Yoongi berada di belakang kalian. Bisa hancur saham perusahaanku!" teriak Yifan kesal. Suho menarik tubuh Yifan untuk duduk di sofa agar kekasihnya itu tenang.

"Kita jangan bertindak gegabah, sekarang mumpung masih subuh cepatlah pergi dari sini!" perintah Yoongi pada Taehyung, yang dibalas anggukan oleh Jimin. Sementara  Jungkook hanya diam tanpa berani berkomentar, yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu kedua temannya itu beraksi.

Inilah saatnya  Jungkook memetik buah dari hasil pengorbanannya kepada Yifan dan Jimin selama ini, sebagai sahabat dekat.

Sepanjang malam  Jungkook membayangkan Taehyung dalam pikirannya, tak sangka saudara angkatnya itu nekat menemuinya semalam. Membuat keadaan makin kacau.

Kim Taehyung hanya bisa pasrah, saat ia kembali dipisahkan dari sang pujaan hati. Ia sampai lupa diri, jika ini sudah hampir pagi, Kim Jenie pasti mengamuk di rumah dan merencanakan banyak hal buruk. Taehyung harus seJungra kembali.

.
.

Surat lisensi dari badan pengawasan obat dan makanan tiba di kantor Yifan tepat jam 7 pagi. Ia langsung mengirim fotonya pada sepupu Taehyung, Kim Seokjin yang bertugas sebagai wartawan lepas.

Seokjin menulis berita secara acak. Lalu mencari perusahaan penerbitan secara random untuk memuat tulisanya. Sayangnya sejak bersama Namjoon, ia malah lebih sering melayani nafsu bejat sang kekasih, daripada menulis lagi.

Yoongimasih menunggu hasil penyelidikan anak buahnya. Ia mempersiapkan presentasi produk baru pagi ini. Sambil sesekali mengecek notifikasi dari mata-mata suruhannya.

Selang beberapa menit sebelum acara rapat direksi dimulai. Yoongi menerima email dari orang suruhannya. Email itu menjelaskan profil dan latar belakang setiap pasien yang ditangani  Jungkook serta beberapa info kegiatan mereka dalam sebulan terakhir.

Ada dua pasien yang mata-mata Yoongi curiagai.
Mereka gay yang tinggal di pinggiran kota. Mereka jarang pergi ke kota kecuali untuk pemeriksaan rutin.
Tapi baru-baru ini mereka terlihat sedang berada di kota tapi bukan di klinik milik  Jungkook. Melainkan sebuah kafe untuk menemui seseorang.

Informan Yoongi tidak mengetahui jelas siapa yang mereka temui, tapi ciri-cirinya adalah pria yang sepertinya bekerja sebagai jurnalis, karena ia membawa beberapa perlatan menulis dan perekam suara, saat menemui mereka.

Yoongi mengirimkan beberapa nominal uang ke rekening anak buahnya.
"Buat mereka bicara siapa jurnalis itu, aku ingin tahu siapa yang menyewanya. Jika kau berhasil aku akan memberimu upah dua kali lipat dari biasanya," titah Yoongi.

.
.

Gelombang kebencian telah menyebar, klinik Jeon Jungkook diboikot oleh khalayak ramai. Akun media sosialnya dibanjiri hujatan dari netizen.

Beberapa orang yang sebenarnya tak berkaitan dengan kasus itu angkat bicara seolah mereka korban juga.

Para manusia tak tahu diri ini, sangat pandai menemukan cara menumpang dari masalah yang diderita orang lain untuk menaikkan pamornya sendiri.

Padahal, kadang hanya hal kecil, yang  seharusnya bisa diselesaikan dengan kata maaf. Hanya karena ada satu orang berbica hiperbola. Mereka dengan senangnya memercikkan minyak tanah di tengah api yang menyala.

IMPOTENT (End)✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang