Rindu

3.7K 413 39
                                    

Rindu yang terbakar





Malam itu sofa di ruang tengah dipindah, dijejalkan begitu saja di sudut ruang tamu, bersama kursi lainnya.

Yifan terpaksa membeli karpet besar setelah ia pulang dari kantor. Semua itu demi teman-temannya yang entah kenapa membuat apartemen mewah miliknya jadi tempat penampungan.

Selain  Jungkook yang memang sedang tertimpa masalah, Jimin dan Yoongi ikut-ikutan menginap di tempatnya, dan lagi kamar Yifan hanya satu tidak mungkin mereka berdesakan tidur di satu ranjang.

"Kau CEO tapi apartemenmu sempit sekali!" Itu Jimin yang bersuara, menemukan cara membalas hinaan Yifan tapi dengan nada bercanda. Mana berani ia benar-benar menghina seorang Wu Yifan.

"Aku sedang berinvestasi untuk membeli hotel bintang 5 di korea. Karena aku akan tinggal di sana selamanya." Yifan menyahut sambil merangkul tubuh mungil Suho di lengannya.

Suho tersipu mendengar ungkapan Yifan. Ia benar-benar baru mengetahui itu semua hari ini. Mungkin jika Jimin tak bertanya ia tak akan tahu jika kekasihnya itu diam-diam ingin membeli hotel di Korea.

Bukan kamar apartemen lagi, tapi gedung tinggi mewah yang berada dekat kantor agensi Suho. Entah berapa banyak uang yang telah Yifan habiskan untuk itu. 1 milyar dolar? Maybe.

Jeon Jungkook tidur di tengah-tengah antara Yoongi dan Jimin, Yifan sengaja menyuruhnya melakukan itu untuk mencegah terjadinya perang tengah malam. Sebab ia tahu, Yoongi tak tahan tidur berdekatan dengan Jimin, dan Jimin tak bisa mengendalikan diri dari godaan Yoongi.

Jungkook masih tak bisa memejamkan mata, pikirannya menerawang menatap langit-langit ruangan. Ini terlalu mendadak dan hebat, ia belum mempersiapkan semuanya. Semua hal dibalik secara brutal.

Takdir seakan mempermainkannya. Ia dibawa terbang oleh perasaan senang, ketika Taehyung membawanya ke surga. Tiba-tiba ia dihempas ke jurang terdalam, membuatnya terpuruk dalam derita.

Di lain tempat, Taehyung sedang merenungi perkataan  Jungkook tadi. Ia sedang berada di ruang ganti setelah acara musik di sebuah stasiun televisi.
Taehyung sungguh kelelahan, bukan fisiknya. Melainkan pikirannya. Ia terus memikirkan Jeon Jungkook, bahkan wajah Jung-nya itu berseliweran di antara ribuan penggemar yang menonton dirinya menyanyi di atas panggung. Sampai Taehyung tersenyum sendirian di kamera, padahal tak ada yang lucu.

Ia hanya merasa  Jungkook sedang melihatnya menari dan meneriaki namanya.

Taehyung mengambil masker dan topi, ia tak peduli resiko lagi. Ia hanya ingin menemui Jeon Jungkook. Kerinduannya membuncah ruah, harus ia salurkan secepatnya. Taehyung hanya berpesan pada manajernya untuk tidak mengantarnya pulang.

Ia menaiki mobil sang asisten yang tampilannya sederhana. Agar tak terlalu mencolok. Ia ke luar dari gedung melewati pintu yang dikhususkan untuk para kru.

Memakai dua masker yang hampir berada di bawah garis matanya. Juga topi yang menyembunyikan kepala, tak lupa juga hoodie tinggi yang membuat seluruh wajahnya hampir tak terlihat.

Taehyung berjalan tergesa ke parkiran, ia mencari mobil secara manual. Mengendap seperti maling. Begitu mobil sang asisten ia temukan. Taehyung langsung masuk dan menyalakan mesin.

Tujuannya satu, pergi ke apartemen Wu Yifan. Ia mengetahui keberadaan  Jungkook di sana, dari pesan yang dikirim Jimin untuknya.

Saat ini sudah hampir tengah malam, jalanan mulai terasa sepi. Taehyung bersyukur ia tak perlu takut jika tiba-tiba ada paparazzi yang memergoki.
.
.
Jeon Jungkook masih belum bisa tidur, ia melihat Jimin dan Yoongi bergatian. Sambil memikirkan seandainya jika Taehyung dan dirinya bisa seperti mereka, selalu bersama tanpa khawatir akan sesuatu yang membuat mereka cemas.

Sekejap kemudian, ponsel Jimin yang berada di atas meja bergetar. Taehyung hendak membangunkan Jimin, tapi melihat nomor yang tertera,  Jungkook tahu itu dari Taehyung. Buru-buru ia mengangkatnya.

"Jung, aku merindukanmu." Suara di seberang terdengar gemetar. Jeon Jungkook buru-buru bangun, mencari tempat untuk mengobrol dengan nyaman.

Tiba-tiba terdengar bunyi bel di pintu,  Jungkook melihat ke arah ponsel. Lalu berganti ke arah pintu.

"Taehyung, apa kau ada di depan apartemen Yifan?"

"Iya Jung." Jawaban di ponsel membuat  Jungkook terburu-buru berjalan ke ruang tamu. Dengan cepat membuka pintu apartemen.

Wajah kusut Taehyung berdiri di balik pintu. Ia mendorong Jeon Jungkook masuk ke dalam dengan gerakan cukup gesit sampai pemilik gigi kelinci itu tak sempat menghindar.

Begitu pintu tertutup otomatis, Jeon Jungkook sudah bersandar di dinding, terkurung di antara dua lengan Taehyung.

Tanpa banyak kata, Taehyung langsung menghujani  Jungkook dengan ciuman. Tak perduli dimana ia berada, apartemen Yifan bukan penghalang untuk menuntaskan kerinduan Taehyung pada Jung-nya.

Bibir Taehyung begitu dingin dan kering. Sedang bibir  Jungkook hangat dan basah.  Jungkook memindahkan kehangatan bibirnya pada Taehyung. Berbagi saliva yang melembutkan permainan.

Lidah mereka tersulam dalam bibir  Jungkook membuat beberapa tetes saliva tercecer ke sudut bibir mereka karena ciuman yang tergesa.

Suara kecipak basah memenuhi ruangan sunyi yang gelap gulita. Bahkan, meski tanpa cahaya Taehyung bisa menemukan di mana tangannya harus berpijak dengan nyaman. Di bawah pinggang  Jungkook, salah satu benda bulat besar yang tertutup celana tidur.  Jungkook mendesah, karena bokong sintalnya diremas ganas oleh Taehyung.

Alunan suara  Jungkook di malam buta, membuat tidur dua pria terusik. Jimin yang membuka mata pertama kali, menyadari ketiadaan  Jungkook di sampingnya. Ia kalap dan langsung mengguncang tubuh Yoongi.

"Apa kau mendengar suara aneh?" bisik Jimin.

"Kurasa itu hanya suara Yifan dan Suho di kamar," jawab Yoongi masih dengan mata separuh terbuka.

"Bukan, suaranya berasal dari ruang tamu," imbuh Jimin masih dengan suara berbisik.

"Jeon Jungkook juga tak ada," tambah Jimin lagi.

"Jangan-jangan ada penyusup!" seru Jimin dan Yoongi hampir seirama.
Mereka akhirnya memutuskan untuk mengendap ke ruang tamu. Khawatir jika ada wartawan yang masuk ke apartemen untuk menculik Jeon Jungkook.

Ketika mereka sampai di ruang tamu, suara cipokan dan desahan semakin kencang terdengar di telinga mereka. Seperti kaset yang diputar dalam ruangan bergema.

Karena gelapnya ruangan Jimin tak bisa memastikan apa yang terjadi. Yoongi tanpa diperintah langsung mencari saklar lampu dan ...

Boom!

Yoongi dan Jimin akhirnya tahu siapa penyebab suara aneh-aneh itu. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, tepat di sebelah pintu yang tertutup rapat.

Seorang pria sedang menyudutkan pria lain dalam ciuman yang panas dan tangannya telah masuk ke belakang celana tanpa sungkan.

Begitu lampu menyala mereka langsung melepas ciuman yang telah sangat terjalin erat. Sehingga menimbulkan bunyi plup setelahnya.

Kedua pria itu, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook. Sama-sama menoleh ketakutan ke arah Jimin dan Yoongi.
Wajah  Jungkook merah sempurna, rasa malu menguasainya. Ia langsung bersembunyi di dada Taehyung. Sementara Taehyung dengan wajah innocent melambaikan tangan pada Jimin dan Yoongi.

"Selamat malam hyung. Maaf mengganggu tidur kalian!"













Tbc










IMPOTENT (End)✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang