Not Me

4.8K 387 60
                                    

Temaram lampu menyinari tubuh seorang wanita yang terlentang tanpa busana. Matanya dibalut kain, tangannya diikat borgol pink. Ia membuka kaki menyiapkan diri.
Setelah foreplay yang panjang, inilah waktunya bagi Taehyung memuaskannya sesuai permintaan si perempuan. Ia mengarahkan sebuah benda kenyal yang berbentuk lonjong ke dalam lubang milik wanita itu. Memaju mundurkan benda itu dengan tempo pelan.

Si wanita mengerang, mendesah kenikmatan. Alih-alih merasa puas, justru Taehyung merasa tak nyaman mendengar desahan itu. Melihat cairan yang ke luar dari lubangnya, membuat Taehyung makin layu.

Taehyung menghentikan gerakannya tiba-tiba, membuat si wanita memukul-mukulkan kakinya ke ranjang.

"Kenapa kau berhenti?" Wanita itu berteriak masih dengan tubuh terikat dan mata tertutup rapat.

"Maaf, aku tak bisa."

Taehyung menarik benda yang berada di lubang, lalu beranjak untuk membuka kain penutup mata dan borgol di tangan Jenie.

Tanpa banyak bicara ia berjalan ke luar kamar, memasang kembali pakaiannya, lalu mengambil kunci motornya di laci.
"Ini tak bisa dibiarkan," gerutu Jenie di dalam kamar. Ia benar-benar frustasi menghadapi Taehyung. Tak menemukan solusi untuk menaikkan libido Taehyung. Ia melempar semua mainan ke lantai lalu berteriak cukup panjang.

Awas saja kau  jungkook. Geramnya pada bayangan seseorang yang tiba-tiba melintas di kepalanya.
.
.

Taehyung memasang zipper jaketnya, memasang tali helm dengan kencang. Tidak ada tempat tujuan bagi Taehyung, selain apartemen  jungkook. Jadi ia segera menghidupkan mesin, memutar gas, melajukan motornya tanpa menoleh ke belakang lagi. Ia bisa mendengar suara teriakan Jenie di belakang. Tapi pura-pura tuli untuk sementara.

Taehyung dengan segala kekacuan pikiran, yang masih tidak bisa menikmati malam indahnya bersama sang istri, terus menaikkan gas motornya. Ia hanya ingin lekas bertemu  jungkook. Ia tak sanggup terus hidup begini.

Hidup enggan, mati pun segan.
Taehyung membawa motornya membelah jalanan, tengah malam ia tiba di apartemen  jungkook. Secara tergesa membunyikan bel pintu, tapi tak ada sahutan. Ia mengacak rambutnya frustasi, mencoba menghubungi dokternya tapi nomornya di luar jangkauan.

Taehyung terduduk di lantai, bersandar pada pintu kamar. Sesaat ia teringat Seokjin sepupu  jungkook. Mungkin ia tahu ke mana perginya dokter itu.
Taehyung tak putus asa, setelah Seokjin tidak mengetahui keberadaan Jeon jungkook. Taehyung mengirim pesan pada Yifan dan Yoongi. Hanya mereka lingkaran pertemanan yang Jeon jungkook miliki. Selebihnya hanya pasien biasa.

Yifan tidak membalas pesan Taehyung. Mungkin ia tertidur pulas dalam pelukan seseorang. Taehyung hampir menyerah, saat tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Yoongi tertulis di layar. Taehyung mengangkatnya dengan tergesa-gesa.
"Hallo hyung, apa kau tahu di mana  jungkook?"

"Iya, dia mengirim foto Jimin tadi pagi di dalam kereta. Sepertinya mereka pergi ke pegunungan dekat tempat kelahiran  jungkook."

"Baik hyung, terima kasih."

Taehyung langsung menutup telpon, tak sabar ingin segera memacu motornya menuju tempat yang Yoongi sebutkan.
Tanpa bekal, tanpa persiapan. Tepat jam satu dini hari, Taehyung dengan niat tak terpatahkan, mengerandai motornya dengan kecepatan tinggi menuju pegunungan. Tak peduli angin yang menghantamnya dari depan menyebabkan ia sedikit menggigil.
.
.
Jeon jungkook bersandar di sisi pembaringan, merasa naas akan nasibnya. Tak memiliki gairah pada wanita, tapi juga tak ada pria yang membuatnya terpesona. Diakui  jungkook ia pernah tertarik pada Wu Yifan, pada perjumpaan mereka yang pertama.

Siapun akan terkecoh dengan tampilannya yang klimis, borjuis, dan sexy. Tak sangka lelaki tinggi tampan itu songongnya luar biasa, membuat  jungkook mundur dan memilih berteman saja.

IMPOTENT (End)✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang