Siang ini suasananya nyaman. Walaupun habis pulang sekolah nanti gue gak tau bakal tidur di mana. Tapi gue senang, setidaknya gue udah tau apa yang akan gue lakuin dalam waktu dekat.
Sehabis dari toilet tadi, gue langsung diajak nih cewe ke kantin. Untungnya, dia berniat mentraktir gue. Tau aja lo sob gue gada duit, aowkaoakaoa.
"Lo tinggal di mana?" tanya gue memecah keheningan.
"Aku? Aku teh rumahnya di deket pasar, kamu sih gak pernah mau ke rumah aku,"
Dengan semangat 45. Gue langsung berdiri, "MAU!! MAU KOK!! YUK KE RUMAH!"
Dia terlihat bingung, "I ... iya udah nanti atuh Shan, menie semangat pisan," (Semangat banget).
Gue nyengir gak jelas. Rencananya gue akan pura-pura ketiduran di rumah dia, jadi gue ada tempat buat tinggal semalem. Dari pada di depan ruko orang lagi, nanti malah diusir gue nya. Mending diusir doang, kalo di siram? Udah gitu air nya air comberan, buset dah kacau.
"Eh iya nama panjang lo siapa? Gue lupa," basa-basi gue. Ini adalah salah satu cara gue untuk menanyakan nama temen yang gue lupa. Aslinya sih bukan lupa, tapi emang gak tau. Ya semoga bisa membantu.
"Kania Paramela Putri,"
"Ohh iyaa, susah ya, makanya gue lupa ... hehe," balas gue canggung.
"Eee ... lo biasanya dipanggil apa aja?"
"Shan! Kamu teh hilang ingatan atau gimana sih? Dari kemarin siga (kayak) orang lingung. Kita kan udah temenan lama, masa kamu teh poho (lupa) sama panggilan-panggilan nama aku!"
Buset. Gue perasaan baru kenal lo kemarin anjir. Lo sih gak tau apa yang lagi gue lakuin di sini.
"I ... iya Kania, maaf yaa akhir-akhir ini lagi banyak masalah,"
"KANIA? KAMU TEH KAN SELALU MANGGIL AKU CARAMEL? P NYA KAMU GANTI HURUF C KARENA KALAU PAKAI P GAK NYAMBUNG. KOK SEKARANG KANIA?!"
Salah lagi dah gue.
"I ... iya udah maksudnya Caramel, hehehe, maaf," ucap gue mengalah.
"Kamu teh kunaon sih Shan? Dari kemarin siga jelma gelo." (Kamu tuh kenapa sih Shan? Dari kemarin kayak manusia gila).
Demi apapun gue gak ngerti dia ngomong bahasa apa, jadi gue akan selalu mengalihkan pembicaraan kalau bahasa yang gak gue ngerti udah mulai keluar. "OH IYA! Habis ini kita ada pelajaran apa?"
"Habis ini bahasa sunda," balasnya jutek.
"S ... sunda?" kata gue kikuk.
"Kenapa lagi Shan? Jangan bilang kamu juga lupa sama bahasa kita?!"
Gue cuman nyengir kayak kambing congek. Bukan lupa, gue emang gak tau anjir, gue kan anak betawi. Gue aja kaget pas awal-awal kenapa gue ada di Bandung. Jadi ternyata, selama ini mereka semua berbicara dengan bahasa sunda ya kawan-kawan. Lah kagak danta beut ini mah kalo gue tiba-tiba make bahasa sunda, gue mah anak betawi coy, buset dah bocah betawi mix bekasi bat ni gue mah. Jaktim pinggir dikit.
"Enggak kok! Gue inget!" selak gue cepat. Sumpah ya, takut salah ngomong lagi gue!
"Sok atuh geura coba," (Yaudah coba buruan).
"Itu ... apa namanya, hehe,"
"Tuh kan, udah deh Shan," dia berdiri, kayaknya sih bt sama gue. Gue buru-buru cegah dia.
"Eh lo mau kemana?" tanya gue.
"Ke kelas atuh, udah mau jam masuk, emang kamu masih mau di sini?" gue menggeleng. Sebenernya kalau sama dia juga gue gak tau mau ngomongin apa. Tapi kalo gak sama dia, mana punya temen gue di sini. Mana nih sekolah gede bat buset dah, bisa nyasar gue kalo gak ditemenin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] Shana, 23 tahun. Baginya hidup adalah perjuangan. Walaupun nyatanya, sekeras apapun kamu berjuang tidak menjamin dengan apa yang akan kamu dapatkan kedepannya. Shana berjuang hidup sebatang kara di tengah-tengah kerasnya Jakar...