Setelah perdebatan panjang tadi, kemudian gue memutuskan untuk menenangkan diri dengan menutup kedua telinga gue rapat-rapat. Jangan kalian pikir hidup ini sudah terlihat tenang, karena sampai gue duduk di kelas pun si Jamet masih ngikutin Caramel.
"Lo bisa pergi gak sih?!" tegas gue.
"Eneng nanti teh istirahat mau makan apa?" sialan. Gue gak digubris sama sekali.
"Galen kamu teh ke kelas heulah atuh nya (dulu ya). Kan udah mau masuk, nanti ada gurunya diomelin," balas Caramel.
"Gitu ya? Yaudah atuh eneng aa ka kelas heula nya (yaudah neng, aa ke kelas dulu ya). Nanti istirahat aa kadieu deui (ke sini lagi),"
Caramel mengangguk. Si jamet ngusap-ngusap kepala Caramel gemes.
"Yaelah, alay lo berdua!"
Tolong putar lagu Olivia Rodrigo - jealousy, agar kalian semua paham perasaan gue.
***
Hari ini adalah hari yang paling gue benci sejak sd. Selain hari senin, hari rabu juga sedikit menyebalkan. Ya apalagi kalau bukan karena panas-panasan di jemur pas pramuka. Kenapa setiap kita pramuka gak pake trepal aja ya? Kan enak adem, tinggal pasang kipas kondangan yang ada isi airnya.
Setelah turun dari kelas masing-masing, semuanya langsung baris di lapangan. Asal kalian semua tau, gue udah kayak ayam panggang. Panas-panas pake jaket.
"Semua siswa-siswi harap berbaris di lapangan!" seru kakak pembinanya.
Gue baris di belakang Caramel. Semuanya terasa tenang, sampai akhirnya masalah baru kembali muncul. Bukan, ini gak ada sangkut pautnya sama Galen.
"Perempuan kelas 11 IPS 2 barisan ke sembilan harap membuka jaketnya,"
Gue ngitung urutan barisan dari paling depan, dan kalian tau yang dituju itu siapa? Ya betul! Siapa lagi kalau bukan gue.
"Anjir Caramel! Gimana dong?" gue berbisik pelan ke telinga Caramel. Mati diketawain dah ini gue. Lagian siapa sih yang ngide nginep rumah orang gak bawa baju padahal besoknya masih sekolah? Ya gue lah, siapa lagi. Emang rada-rada bloon, maaf ya.
Eh tapi bukan salah gue juga lah. Mau bawa baju juga gue gak punya, yang kemarin aja gue gak tau itu baju siapa anjay.
"Aduh Shan, aku teh juga gak tau harus gimana. Atau gak kamu buka aja jaketnya terus dililit di pinggang kamu, biar perut kamu teh teu kaliatan (gak keliatan)," saran Caramel ke gue.
Bisa sih gue ikutin, tapi ... ya Allah ini mata udah pada nyorot gue semua, udah kayak bandar narkoba lagi di sidang nih gue diliatinnya.
"Silahkan dibuka jaketnya atau kita tidak akan mulai kegiatan pramuka ini dan kalian semua saya jemur!"
Mati nih gue. Ya dengan terpaksa gue lepas jaket ini pelan-pelan pake gerakan slowmotion anjay.
"HhhhuuUuuUuuuuu~"
"Ajiggg, puserna kamana-mana euy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] Shana, 23 tahun. Baginya hidup adalah perjuangan. Walaupun nyatanya, sekeras apapun kamu berjuang tidak menjamin dengan apa yang akan kamu dapatkan kedepannya. Shana berjuang hidup sebatang kara di tengah-tengah kerasnya Jakar...