Chapter 8

126 6 0
                                    

Setelah beberapa hari tidak diperbolehkan sekolah, hari ini akhirnya Reiji mulai sekolah lagi. Namun sayangnya para Sakamaki dan saudara-saudaranya serta Yui semakin overprotektif padanya. Seperti saat ini, di lorong menuju kelasnya mereka semua mengantarkannya ke kelas. Padahal tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Mau sampe kapan kalian gini? Aku sama Ruki ke kelas juga gapapa." Reiji berhenti dan menatap mereka satu persatu. Serentak mereka melirik ke arah Ruki. Reiji melirik Ruki dan mendengus.

"Jadi ini idemu?" Ruki hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah lah." Reiji melanjutkan jalannya ke kelas. Ruki berjalan di samping Reiji. Yang lain mulai berjalan ke kelas masing-masing. Reiji menghela nafasnya lega saat yang lain tidak mengikutinya lagi.

"Rei, mau ke taman sekolah bentar? Mumpung bel masuk juga belum bunyi." Ruki menatap Reiji. Sedangkan Reiji hanya menatap jam tangan di pergelangan tangannya dan mengangguk pelan.

"Boleh. Emang mau ngapain?" Reiji menoleh ke arah Ruki. Ruki hanya tersenyum dan menggenggam tangan Reiji. Mereka berteleportasi ke taman sekolah dan mendudukkan diri mereka di kursi taman yang kosong.

"Udah lama ya gak gini? Kangen gak si Rei?"

Reiji tak menjawab. Dia hanya menengadahkan kepalanya menatap langit malam. Dia tersenyum saat melihat langit malam ini sangat cerah. Bulan bersinar terang dan bintang-bintang menemani sang bulan di sana.

Ruki menolehkan kepalanya ke arah Reiji saat tak mendapat jawaban apapun. Dia terpesona melihat wajah Reiji dari samping. Sepertinya Tuhan sedang senang saat menciptakan Reiji.

"Cantik." Ruki bergumam pelan.

"Iya. Langitnya cantik ya?" Reiji tersenyum dan menolehkan kepalanya ke arah Ruki. Dia tersentak pelan saat menemukan Ruki tersenyum sambil menatapnya. Wajahnya seketika memerah.

Ting tong!

Suara bel sukses mengembalikan mereka ke dunia nyata. Ruki langsung menggenggam tangan Reiji dan berteleportasi ke kelas mereka. Mereka duduk di bangku mereka dan mulai mendengarkan guru yang mengajar.

Selama pelajaran, genggaman tangan mereka tidak terlepas. Genggaman mereka terlepas hanya saat guru memanggil salah satu dari mereka untuk menjawab pertanyaan di depan kelas.

Saat jam istirahat tiba, para Mukami dan Sakamaki lainnya serta Yui menghampiri mereka. Yui, Laito dan Ayato langsung menarik Reiji menjauh yang membuat genggaman tangan mereka terlepas. Ruki juga ditarik oleh Yuma dan Kou.

"Reiji-san. Keliatannya makin lengket ya sama Ruki-kun." Wajah Reiji memerah melihat senyuman menggoda di wajah Yui, Laito dan Ayato.

"A-ah gak kok. Kan sekelas juga jadi ya deket."

"Oya? Masa si Rei-chan?" Laito mendekati wajahnya ke Reiji.

"Iyaaaa. Shu, Subaru sama Kanato mana?" Reiji secepat kilat mengalihkan pandangannya ke arah kanan.

"Shu tau sendiri lah di ruang musik. Subaru sama Kanato gak tau kemana. Paling Kanato diseret Azusa." Ayato menjawab sambil mengendikkan bahunya. Sesaat kemudian dia mendekati wajahnya ke Reiji dan jangan lupakan senyum menggoda di wajahnya.

"Oh ya, udah jadian belum sama Ruki?" Ayato melanjutkan pertanyaannya. Dia terkekeh mendapati wajah Reiji memerah sampai ke telinga.

"Ayato-kun udah lah. Kasian Reiji-san tuh."

"Iya Ayato. Udah deh. Kasian Rei-chan nya."

Walaupun Yui dan Laito berkata begitu, Reiji tau senyum jahil masih ada di wajah mereka. Dia memutuskan untuk berteleportasi ke kantin untuk membeli makanan. Meninggalkan mereka bertiga yang terkekeh melihat kepergian Reiji.

Reiji, We love you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang