12. Meminta Kesaksian

16 2 2
                                    

Note!

Jika ada kesalahan dalam penggunaan bahasa asing, mohon bantu diperbaiki. Dan jangan lupa juga untuk follow, vote dan komen! Terima kasih.

• • ✧ • •

Doh Hyun dan pria berjas hitam itu kini memisahkan diri, memilih berbincang di sebuah ruangan yang hanya diisi oleh meja kerja dan almari penuh berkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Doh Hyun dan pria berjas hitam itu kini memisahkan diri, memilih berbincang di sebuah ruangan yang hanya diisi oleh meja kerja dan almari penuh berkas. Mereka berdiskusi secara empat mata tanpa kehadiran si pria dingin, dan dengan pintu yang tertutup rapat agar Seungjee tidak mendengar apa yang akan mereka bahas.

Sepintas, Doh Hyun masih tidak percaya akan kehadiran pria itu di sana. Ia sampai menatap intens sosok di hadapannya dengan tangan yang berkacak pinggang, dan dahi yang sedikit mengerut.

Lalu, wanita berambut cokelat itu bertanya, “Ige mwoya?! (Apa ini?!) Bagaimana bisa kau ada di sini dan mengenal Seungjee?”

Pria yang ditanya pun tidak langsung menjawab, melainkan menundukkan pandangannya dengan helaan napas. Barulah setelah itu, ia berkata, “Maafkan aku karena telah menyembunyikan kebenaran ini darimu dan yang lainnya. Aku punya alasan tertentu kenapa aku bisa ada di sini dan mengenal Seungjee. Tapi yang pasti, ini demi kebaikanmu.” Ia menatap Doh Hyun di akhir kalimat.

Doh Hyun pun merasa semakin heran. “Mworago? (Apa katamu?) Demi kebaikanku? Apa maksudnya?” tanyanya tanpa melepas tatapan intimidasinya.

Lagi dan lagi lawan bicaranya terlihat sedikit kikuk. “Eum, geu .... (Hm, itu ....)” Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dan memperlihatkan ekspresi yang begitu tertekan. Ia bahkan sampai mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Dari sana, Doh Hyun mengubah posisinya menjadi bersedekap. “Katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa mengenal Seungjee?!” Kali ini nada suaranya sedikit meninggi.

Sementara lawan bicaranya menghela napas. “Baiklah, baiklah. Aku akan mengatakan segalanya.” Ia terdiam sejenak selama beberapa saat. “Aku sebenarnya sudah mengenal Seungjee sejak lama. Aku juga tidak terkejut kalau kau bisa bertemu pria itu. Aku tahu segalanya, dan aku hanya berpura-pura tidak tahu apa pun. Semua itu kulakukan demi tercapainya tujuan Seungjee,” jelasnya.

Mendengar itu, Doh Hyun semakin mengernyit. “Maksudnya? Museun mogjeog? (Tujuan apa?)” tanyanya lagi untuk ke sekian kalinya.

Yang ditanya kembali menghela napas. “Tujuan menuntaskan kasus. Dia ingin memberitahumu segalanya, termasuk keterkaitan dirimu dengannya. Aku dan Seungjee berusaha mengembalikan ingatanmu.”

Kalimat terakhir! Kalimat itu! Menyiratkan sesuatu.

“Ingatanku? Ada apa dengan ingatanku? Memangnya aku kenapa?”

Pria berjas hitam di hadapannya itu terbungkam cukup lama. Bingung harus berkata apa, sebab dirinya diminta untuk tidak mengatakan apa pun perihal kebenaran mereka secepat ini--masih ada jangka waktu yang tepat. Namun, ia juga kesulitan mencari alibi lain demi menutupi asrar yang ada.

Tepat saat itu juga, Seungjee tiba-tiba membuka pintu, membuat keduanya spontan menoleh ke arah dirinya dengan mimik dan perasaan yang berbeda. Yang satu dibaluti keringat dingin, sedang yang satunya dibaluti kecurigaan yang membabi buta.

Lalu di sana, Seungjee berkata, “Geunyang malhae. Gwaenchanh-a (Artinya: Katakan saja. Tak apa).” Ia terkesan seperti tahu apa yang sebenarnya tengah dibicarakan oleh Doh Hyun dan si pria berjas.

Apakah ia menguping?

“Kasus ini harus segera diselesaikan,” lanjut Seungjee menciptakan ribuan tanya di benak Doh Hyun.

Sebenarnya ada apa? Apa maksud dari ucapan mereka?

Mendengar itu, Doh Hyun semakin keheranan. “Ige mwoya? (Ada apa ini?) Kenapa kalian terlihat mencurigakan?”

Sang detektif menatap Seungjee dan pria di hadapannya secara bergantian. Lalu, ia meraih pistol di sakunya, dan menodongkan benda berbahaya itu ke arah keduanya saat dirasa situasi yang dirinya alami saat ini sangat tidak mengenakkan. Juga dengan posisi yang kini sedikit mundur dari pijakan semula, melakukan ancang-ancang untuk melindungi diri. Sedangkan para sosok yang ditodong hanya diam membisu.

Ya!! Ppalli malhae! Museun il-iya?! (Hei! Cepat katakan! Ada apa?!)” tanya Doh Hyun lagi, tetapi kedua pria di sana masih terbungkam.

Malhaebwa, Kwangseon-a! Museun il-iya? Na-ege geojismal-eulhaji anhneunda! Ppalli! (Katakan, Kwang-Sun! Ada apa?! Jangan berbohong padaku! Cepat!)”

Ya! Pria berjas hitam yang ada di hadapan sang detektif adalah Kwang-Sun, Tuan Jaksa Kwang-Sun. Pria itulah yang saat ini berada di rumah Seungjee--lebih tepatnya memiliki keterkaitan dengan si pria dingin, dan menyimpan banyak asrar yang tidak pernah dirinya duga.

Apakah pria itu mencoba berkhianat?

Melihat tindakan dan sikap Doh Hyun, sontak membuat sang jaksa terjebak dalam kebingungan. Sedangkan Seungjee, pria misterius itu terlihat biasa saja dan tidak berkutik sekali pun. Sampai akhirnya--

“Silakan kalian lanjutkan! Aku tidak akan mengganggu.”

--Seungjee memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintu. Ia akan membiarkan sang jaksa menjelaskan alasan dirinya berada di rumah pria yang katanya sudah meninggal dunia sejak tahun 2017 dan asrar mereka. Baru setelah itu, dirinya yang akan angkat bicara; melanjutkan dan meluruskan segalanya.

Doh Hyun hanya diam dan menatap kepergian Seungjee. Lalu, tatapan matanya kembali mengarah ke sang rekan. “Ppalli malhae! (Cepat katakan!) Apalagi yang kautunggu?!” tanyanya dengan tatapan tajam dan rahang yang mengeras.

Tuan Jaksa Kwang-Sun mengangguk-angguk dengan pandangan yang menunduk. “Baiklah. Aku akan memberitahumu segalanya. Aku janji. Tapi sebelum itu, turunkan senjatamu! Simpan kembali pistol itu ke tempatnya! Kumohon,” pintanya secara baik-baik sembari menatap sang detektif.

Doh Hyun pun menurut, dan bergegas menyimpan senjata api yang dirinya pegang di tempat semula. Ia dan Tuan Jaksa Kwang-Sun lantas duduk secara berhadapan. []

• • ✧ • •

• • ✧ • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[TERBIT] Crime (대구 17'22)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang