'Apa maksudnya bicara seperti itu? , Febrian bodoh! Aku berusaha melepas kenapa dia malah bicara itu?'
Pikir ami dalam hati sambil terus berlari menjauh dari febrian karna jujur saja ami itu sedang berusaha melupakan Febrian karna apa yg diucapkan Shinta pada Ami beberapa hari yg lalu ami berlari tanpa melihat kanan maupun kiri yg dia tau dia harus lari jauh dari Febrian lalu tiba-tiba 'Duk!'
"Ow! Lukaku" pekik ami sambil meraba dahinya yg luka
"Astaga! Apa kau baik-baik saja nona?" Tanya seorang pria tinggi yg mungkin bisa dibilang seperti tanaman Bambu
"A-ah iya aku baik-baik saja maafkan aku karna sudah menabrak anda tadi" balas ami dengan nada canggung tapi tetap tersenyum karna dia takut dengan pria tinggi itu
"Oh syukurlah kalau begitu" balas pria itu pada ami sambil tersenyum 'Deg!'
'Senyum itu persis seperti---' belum selesai ami berpikir tiba-tiba pria itu membuka pembicaraan lagi
"Mmm.. maafkan aku nona tapi boleh aku bertanya dimana cafe anak yg bernama Febrian?" Tanya pria itu dengan senyum tapi pertanyaannya itu otomatis membuat ami jadi bingung harus menjawab apa
"A-ah i-itu ak-aku tem-temannya feb-febrian" jawab ami terbata-bata sambil menunduk
"Oh benarkah? Lalu bisakah mengantarku kesana?" Tanya pria itu yg hanya ami balas anggukan kepala
"Oh iya perkenalkan namaku Louis" ucap pria itu dengan senyum sambil memberikan tangannya agar ami berjabat tangan dengannya
"O-oh iya a-aku Ami teman sekelas Febrian" balas ami sambil menjabat tangan Louis
"Karna kau kenal adikku itu apa kau juga mengenal Shinta?" Tanya Louis tapi tentu saja ami tidak suka menjawab pertanyaan louis itu tapi agar tidak mencurigakan ami terpaksa menjawabnya dengan senyum yg sangat lebar
"Tentu saja aku mengenalnya bahkan kami sering istirahat bersama meskipun kami beda kelas" balas ami dengan senyum yg bisa dibilang kurang ikhlas .
.
.
Ami dan Louis pun sampai didepan cafe milik kelas Ami lalu begitu sampai Rina langsung menghampiri
"Ami kamu nggak apa-apa?" Tanya Rina
"Oh Rina aku tidak apa-apa hanya goresan kecil" jawab ami sambil meraba luka didahinya
"Syukurlah lain kali ajak aku atau anggi mengerti?" Tanya Rina dengan nada yg agak tinggi tapi tentu saja itu karna rina khawatir. tanpa ami sadari ami sudah melupakan louis karna tadi diajak berbicara oleh Rina
"Oh astaga! Maafkan aku louis" Ucap ami membuka pembicaraan dengan louis "Rina tolong carikan tempat untuk master ini ya" ucap ami pada rina yg dibalas anggukan
"Hahaha.. tidak apa-apa lagipula temanmu pasti khawatir" balas Louis dengan tawa yg hanya dibalas senyum oleh ami,Rina memberi tanda masuk karna sudah mendapatkan tempat untuk Louis
"Oh silahkan Master tempat anda sudah siap" ucap ami seperti maid yg dibalas senyuman oleh Louis kemudian ami mengantar Louis ke mejanya.
"Jadi master apa yg ingin anda pesan?" Tanya ami sambil bersiap mencatat dinote kecil miliknya
"Hmm..semua terlihat enak tapi bagaimana kalau segelas coffee dan --"
Belum selesai Louis bicara tiba-tiba
"Louis!!!"teriakan seorang wanita mengisi seluruh ruangan cafe siapa lagi kalau bukan shinta
"Oh my god shinta, what are you doing here?" Tanya louis pada shinta yg merangkul lengannya
"Tentu saja untuk menemuimu aku tidak menyangka kau benar-benar datang kesekolah ini"jawab shinta panjang lebar
"Mm.. shinta volume suaramu benar-benar mengganggu pelanggan cafe ku" Ucap ami pada shinta
"Oh astaga maafkan aku ami" balas shinta dengan berbisik
"Mana adik kecilku?" Tanya Louis
"Aku disini" jawab Febrian yg langsung berdiri didepanku
"Oh ini dia adik kecil kesayanganku, apa kabarmu?" Tanya Louis sambil mengacak-acak rambut Febrian
"Aku baik bahkan JAUH lebih baik saat kau tidak bersamaku" balas Febrian sambil menepis tangan louis yg tadi sedang mengacak-acak rambut Febrian darisana Ami sadar kalau hubungan Febrian dengan kakaknya Louis kurang baik
"Ma-maaf tapi bisakah kalian menyelesaikannya diluar cafe semua pelanggan jadi ingin keluar" potong ami dengan gugup karna takut akan dibentak balik oleh Febrian
"Oh iya maaf.. maaf.." balas Louis
"Kembalilah kesana duluan mi aku masih punya urusan dengan KAKAKku ini" ucap Febrian otomatis membuat ami sadar kalau Febrian benar-benar sedang kesal .
.
.
Sudah hampir 1 jam Louis,Febrian, dan Shinta duduk disana tanpa bergeming darisana sedikit pun.
"Hei ami siapa pria yg bersama Febrian dan Shinta itu?" Tanya anggi sambil mengelap gelas bersama ami dan rina
"Hmm? Oh Itu kakaknya Debrian" jawabku santai
"Pantas senyum dan wajahnya lumayan persis" balas Rina
"Apa merek --"
Belum selesai bicara Rina sudah terkejut karna tiba-tiba Febrian berteriak
"BERAPA KALI AKU HARUS BILANG KALAU AKU TIDAK AKAN KEMBALI!!" Teriakan Febrian membuat satu ruangan terkejut dan Febrian pun langsung pergi meninggalkan ruang Cafe kelas dengan wajah kesal
"Susul mi.. Susul.." ucap Anggi tiba-tiba
"Nggak mau nanti malah bikin makin ruwet" jawabku cepat
"Daripada nanti dia malah ngamuk nggak jelas atau paling buruk bunuh diri" balas Rina dengan nada yg agak dibuat ngeri anggi hanya mengangguk saja jadi mau tidak mau ami menyusul Febrian sambil berlari menahan sakit dilututnya yg belum sembuh total.
.
.
"Febrian!" Teriak ami
Dan yang panggil pun menoleh dengan wajah khawatir
"Apa yg kamu lakuin mi? Ngapain lari-lari kan lukamu belum sembuh" balas Febrian khawatir tapi hanya ditanggapi tawa kecil dari Ami
"Hehehe.. kamu itu aneh ya" ucap ami tanpa sadar yg otomatis membuat febrian jadi ikut tertawa kecil
.
.
Kami langsung duduk dibawah pohon besar yg ada di halaman belakang sekolah sambil meluruskan kaki..
"Kenapa kamu tiba-tiba lari?" Tanya ami pada febrian
"Hah? Oh itu bukan apa-apa cuma masalah antar saudara aja" jawab febrian dengan senyum yg bisa dibilang agak aneh.
"Oh aku kira ada masalah serius" balas ami polos
"Terus kamu ngapain ngejar aku mi? Kamu kira aku mau bolos?" Tanya febrian heran
"Ah i-itu a-anu cu-cuma ---" belum selesai ami bicara
"Hahaha... Terima kasih ya" sambung febrian sambil mengacak rambut ami
"Aduh! Jangan! susah ini buat ditata lagi" balas ami sambil menggenggam tangan febrian
"Aku mau tidur ngantuk" ucap febrian yg otomatis membuat ami jadi bingung
"Terus kalau ---" lagi-lagi belum selesai ami bicara febrian langsung tidur dipaha ami
"Hehehe.. nggak ada tempat lain" balas febrian dengan wajah sok polosnya
"Ta-tapi kalau dilihat oleh kakakmu?" Tanyaku yg hanya dibalas keheningan
"He-hei febrian~" panggil ami sambil mengguncang tubuh febrian 'Hah.. Hah... Hah..'
Suara nafas pelan itu membuat ami sadar kalau febrian sudah masuk ke alam mimpinya
"Hmm.. kalau aku ketiduran juga itu semua salahmu" ucap ami sambil mengelus kepala febrian pelan karena takut febrian terbangun
.
"Ohh~ jadi benar itu wanita yg kau bilang padaku shinta?" Tanya Louis dari jendela salahsatu kelas dilantai 3
"Iya itu dia wanita yg menjadi alasan kenapa febrian tidak mau" balas shinta yg berdiri dikanan Louis
"Hmm.. ini akan menarik" balas Louis sambil menampilkan seringai dari wajahnya
.
.
'Hm? Kenapa empuk? Apa aku sudah dirumah? Kenapa beban pahaku hilang?'
Pikir ami dalam hati lalu saat dia bangun barulah dia sadar kalau dia tidur dipundak seseorang saat membuka mata
"Oh? Nyenyak kah?" Tanya seorang pria
"Hmm?" Jawab ami yg belum sadar sepenuhnya
"Hahaha.. sini sini" balas febrian sambil mendekap leher belakang ami lalu mencium kening ami
'Chu~'
"APA YANG ---?" Ami langsung sadar dengan mata yg terbuka lebar lalu mengusap tempat yg tadi dicium febrian
"Kenapa dihapus?" Tanya febrian polos
"..." ami hanya diam sambil terus berusaha menghapus tempat yg tadi dicium febrian
"Kenapa?" Tanya febrian otomatis saja hal yg sedang aku lakukan terhenti
"Kenapa yg apa?" Tanya ami balik
"Kenapa kau lari terus?" Tanya febrian balik kepada ami sambil memegang tangan ami
"A-aku ti-tidak ---" belum selesai ami bicara
"Ami!!!" Panggil anggi dari jauh yg sontak membuat ami melepas genggaman tangannya febrian
"Iya!!! Ada apa nggi?" Tanya ami dengan panik karna takut anggi melihat apa yg tadi mereka lakukan
"Itu anu itu lo aduhhhh!!, sini dulu makanya" ucap anggi seraya menarik tangan ami yg disusul febrian dari belakang
"Apa nggi? Jangan tarik-tarik sakit" berontak ami tapi anggi tetap menarik tangan ami
.
.
Tak lama mereka ber 3 sampai didepan Caffe kelas ami . Ami dan Febrian pun menyadari adanya suara ribut-ribut dari dalam Caffe
"Apa?!!!"
"Kembali saja sana!!!"
"Kau yg harusnya kembali!!!"
"Apa kau bilang setannn!!!!"
Menyadari suara itu ami pun langsung masuk begitu masuk langsung dia melihat Louis bertengkar dengan seorang wanita berparas manis yang berusaha dilerai Rina "Hei sudah.. sudah" ucap rina
"Kalian membuat takut pelanggan caffe" ucap rina lagi
"Apa yang---" belum ami selesai bicara anggi langsung menyela
"Itu dia mi gara-gara mereka semua pelanggan jadi takut dan tidak mau masuk ke Caffe" ucapan anggi itu tentu saja membuat ami geram karena pertengkaran yg mereka sebabkan
"Kau kenal mereka?!" Tanya ami pada febrian dengan senyuman tapi tentu saja diiringi hawa mematikan
"Ah itu m-mereka itu anu.. aku kenal" jawab febrian ragu-ragu
"Hmm begitu baiklah kalau begitu...." balas ami yg disambut ketenangan anggi, rina dan febrian hanya bengong karena heran kenapa ami diam
"Am---" belum selesai febrian bicara tiba-tiba
"JANGAN BERTENGKAR DISINI DASAR KEPARAT!!!!!!!" teriakan ami itu membuat seisi Caffe jadi hening sampai-sampai orang-orang kelas sebelah pun menoleh untuk mengintip suara apa itu
"Ehemm!." Sela ami sambil merapikan rambut dan pakaiannya dan tentu saja membenarkan suara yg tadi habis dipakai berteriak dengan kekuatan cukup kuat
"Jadi ada perlu apa anda kemari nona?" Ucap ami
"Ami dia bukan ---" belum selesai louis bicara ami sudah menyela
"Aku bertanya pada NONA bukan TUAN!!" Ucapan ami membuat satu ruangan jadi sunyi
"Ehem~ sebelumnya aku minta maaf karena membuat keributan"
Ucap wanita itu yg hanya dibalas senyuman dari ami
"Dan siapa namamu nona?" Tanya ami lagi
"Namaku Sintya kakak dari shinta dan teman kecil Louis dan Febrian salam kenal"
.
.
.
.
"Apa yang akan terjadi pada ami dan febrian setelah kedatangan Sintya apakah akan berdampak pada kedekatan mereka? Atau mungkin lebih buruk? Lalu bagaimana dengan Louis?"Akhirnya tangan udah kebiasa ngetik panjang lebar :)
Ini chapter 5 yg udah lama banget diketik dan akhirnya diupload juga :)
Semoga suka sama chapter 5 dan tunggu Chapter 6 nya yaa 'v')/...
YOU ARE READING
Yes, I Love You
Teen FictionAmi seorang gadis biasa dengan keadaan keluarga bekecukupan menaruh hati pada seorang pria yg sangat tampan dan juga kaya bernama Febrian. Bagaimana jadinya hubungan mereka?