Ninth ❤

19 0 0
                                    

'Deg..Deg..Deg..Deg' 'Astaga jantung tenanglah sedikit' mungkin itu kata-kata yg ada dipikiran ami sekarang
"Apa kau setakut itu padaku? sampai-sampai suara jantungmu sangat keras" pertanyaan febrian itu membuat ami merasa bersalah iya memang ami sedang dalam keadaan dimana perasaannya takut atau gugup atau senang tapi pertanyaan yg dilontarkan febrian sambil menundukan kepala seperti sekarang membuat ami merasa bahwa dia lah yg menjadi pemeran penjahat
"Tidak aku tidak takut padamu hanya saja sikapmu waktu itu membuatku teringat kenangan buruk itu saja hehe" Jawaban canggung ami membuat febrian mengangkat kepalanya lalu menunjukan ekspresi seperti sedang bertanya pada ami yg ditatap pun sadar kalau dia sedang di tatap dengan tatapan tidak percaya
"Ke-Kenapa? Wajahmu seperti om om mesum tau kalau seperti itu" balas ami singkat yg di akhiri tawa garing yg disambut baik oleh febrian
"Hahahahaha om om jelas-jelas aku masih muda dan kulitku masih mulus begini mi hahaha" jawaban febrian itu membuat ami merasa sedikit, ya sedikit lebih nyaman dari sebelumnya
"Apa kau keberatan kalau aku bertanya tentang masa lalu mu?" Pertanyaan febrian membuat wajah berubah murung dan menampilkan ekspresi yg tidak pernah dia perlihatkan selama ini
"Aku tidak menyangka kau akan tertarik mendengar cerita ku" Balas ami sambil tersenyum simpul
"Sewaktu aku pertama kali masuk SD aku berkenalan dengan gadis bernama Chacha aku menganggapnya sebagai teman baik karna hanya dia yg mau bicara dan duduk denganku saat SD tapi begitu memasuki kelas 2 SD dia didekati kelompok cowok-cowok nakal dan dia langsung akrab karna wajahnya yg sangat cantik menurutku" saat bercerita febrian dapat melihat senyum simpul ami saat menceritakan teman kecilnya itu
"Tapi pertemanan kami menjadi renggang karna dia menjadi gadis populer dikelas bahkan disekolah bahkan senior banyak yg menyukainya, berselang waktu aku mendapat teman baru dan aku sudah melupakan pertemanan ku dengan Chacha tapi seperti tidak ingin melihatku bahagia aku mulai di bully dengan membuang sampah diatas mejaku, menaruh permen karet dikursiku, mengambil alat tulisku, menyandungku, menabrak bahuku dan masih banyak lagi...." kata-kata ami yg mendadak berhenti membuat febrian khawatir tapi begitu febrian ingin menyentuh bahu ami yg bergetar yg diyakini febrian kalau ami sedang menangis begitu ami mau menyentuh rambutnya ami sudah mengangkat kepalanya sambil mengusap wajahnya
"Teman-temanku selalu membelaku tapi aku selalu bilang kalau chacha itu baik hanya salah pergaulan saja jadi semua bully an itu aku terima dengan senang hati saat ulangan tidak ada yg mau duduk denganku kecuali temanku, saat membuat kelompok olahraga bahkan aku tidak pernah mendapat kelompok jadi aku lebih banyak menyaksikan saja saat guru olahraga melihatku hanya duduk aku akan langsung dimarah karna dibilang banyak alasan haha...." lagi-lagi ami merasa ada sesuatu yg membuat dirinya tidak kuat untuk bercerita padahal kejadian itu sudah sangat lama
"Bagaimana bisa guru pilih kasih begitu?! Lalu bagaimana dengan orang tua mu?!" Tanya febrian dengan nada kesal karna gadis seperti ami diperlakukan seperti sampah oleh teman-teman kecilnya ingin rasanya febrian menghapus ingatan buruk ami itu tapi apa boleh buat itu sudah menjadi bagian dari ami sekarang. Ami yg melihat febrian kesal bingung kenapa dia bercerita tentang ini pada febrian? Kenapa dia menangis seperti ini? Kenapa? Semua pertanyaan itu berputar dikepala ami
"Jika tidak mau dilanjutkan juga tidak apa mi" kata febrian yg prihatin melihat gadis yg terlihat berani, tangguh, mandiri, dan manis seperti ami diperlakukan seperti itu
"Kau tau tidak baik cerita setengah-setengah" balas ami dengan senyum yg membuat hati febrian menjadi hangat
"Orang tuaku terlalu sibuk mencari uang dan bahkan peralatan sekolah sebagian besar aku yg beli mereka sudah meluangkan waktu untuk mengantarku kesekolah saat SD saja sudah cukup itu sebabnya aku sudah terbiasa jalan saat pulang sekolah karna aku takut menambah beban mereka karna hal seperti itu jadi setiap aku diantar ke sekolah aku selalu tersenyum pada mereka karna mereka menunjukan wajah khawatir padaku, jadi aku selalu tersenyum untuk menutupi kesepian dan kesedihanku, Masalah guru itu sudah biasa, siapa yg kaya dia yg dibela sampai akhir hayat. Aku sering dipaksa belanja ke kantin untuk mereka dan aku melakukannya saja karna aku bisa bertemu dengan temanku yg dari kelas lain jika ke kantin hehe.." tawa ami itu membuat febrian lega ternyata tidak 100% orang di SD ami dulu membully ami
"Sampai akhirnya hari ujian kelulusan aku dapat merasakan udara kebebasan sebentar lagi, tapi tetap saja saat ujian aku tetap dibully bahkan saat foto kelas aku tidak diikut sertakan karna wali kelasku sendiri lupa padaku tapi aku senang jadi aku tidak punya kenang-kenangan dari masa terburuku dalam hidup lalu saat SMP aku bertemu dengan anggi dan rina yg membuat ingatanku tentang pembullyan masa SD ku itu sedikit memudar" cerita ami berakhir bahagia itu sudah cukup bagi febrian meskipun bukan dirinya yg membuat ami lupa pada masa lalunya
"Itu sebabnya kau tidak suka saat aku berkata kasar dan bersikap kasar?" Tanya febrian sambil menunduk karna bukannya memberi ingatan bahagia malah memberi ingatan buruk saja pada ami, febrian merasa sangat bersalah
"Hmm... bisa dibilang begitu tapi kau tau febrian?" Tanya ami pada febrian sambil menoleh pada febrian dan menatapnya yang kemudian ditatap  balik oleh febrian tatapan yg berarti 'Tau apa sih?'
"Kenangan baik atau buruk yg aku miliki dulu bisa pudar dengan kenanganku yg sekarang karna ada Anggi, Rina, Shinta dan Kau,Febrian yg selalu bersamaku dan mengisi hari-hariku dengan kenangan yg ingin aku miliki saat SD dulu, Yg dulu aku anggap sebagai pelajaran saja daripada dipikirin terus iya kan?"
Perkataan ami itu sanggup membuat febrian jadi kepiting rebus
'Blush~'
"Hahaha wajahmu kenapa febrian?" Tanya ami yg diiringi tawa lepas ami yg membuat febrian berpikir mungkin ini pertama dan terakhir febrian melihat tawa itu dan dia bersyukur sempat melihatnya sebelum pergi
"Diamlah mi, dasar berisik!" Balas febrian kesal
"Hahaha kau ini laki-laki atau perempuan sih? Begitu saja ngambek hahaha jangan ngambek ya? ya?" Bujukan ami berhasil membuat febrian luluh dan mereka pun menghabiskan waktu mereka dengan tertawa, 'kau orang asing pertama yg tau masalah pribadiku febrian, terima kasih karena selalu ada untukku sebagai Teman' pikir ami dalam hati yg otomatis membuatnya tersenyum pada febrian yg disenyumi hanya membalas senyuman itu tanpa berkata apa-apa
.
.
.
Dari kejauhan dan dari tempat yg berbeda tanpa disadari ami ataupun febrian ada yg memasang wajah dengan senyum selebar joker siapa lagi kalau bukan Anggi dan Rina yg sedang berada di caffe kelas mereka
"Sudah kuduga ami akan selalu bisa menerima febrian" perkataan Rina pun di iyakan oleh Anggi
"Hahaha, seandainya mereka bisa bersama ya nggak rin?" Perkataan Anggi menimbulkan tanda tanya di benak rina
"Maksudmu apa nggi?" Tanya rina pada anggi
"Maksud coba aja mereka pacaran" jawab anggi santai yg dibalas anggukan dari rina
"Bener banget nggi" balas rina
.
Di tempat lain ada Ryo yg tidak lain adalah teman febrian yg memerhatikan mereka dari ruang osis sambil memainkan pulpen ditangannya
"Hah, febrian..febrian.. sudah kuduga kau tidak mungkin melepas gadis seperti ami semudah itu haha ami memang gadis yg menarik jadi jangan melepasnya atau aku yg akan maju" Ryo yg sedang sendiri diruang osis hanya tersenyum melihat mereka berdua
.
Dilorong sekolah ada shinta yg memerhatikan mereka sambil tersenyum kecut
"Kalian memang seharusnya bersama, tidak seharusnya aku datang mengganggu kalian" perkataan shinta itu hanya diiringi senyum kecut "Ingatlah kau berhutang padaku febrian" Shinta pun mulai menyusuri lorong sekolah dan bersiap-siap untuk upacara penutupan
.
.
*Flashback!
"Hah~ kenapa kak sin harus bicara tentang masalah itu pada ami? Apa jangan-jang..." gumaman shinta terpotong karna ada yg menabrak bahunya
'Ow!' Pekik shinta pelan
"Maaf ya maafkan ak...  oh shinta! Syukurlah aku bertemu denganmu" perkataan febrian membuat shinta bingung
"Hah? Maksudmu apa?" Tanya shinta yg baru saja dibantu berdiri oleh febrian
"Apa kau melihat ami?" Tanya febrian lagi dengan wajah kebingungan
"Hmm.. coba aku ingat-ingat" Shinta pun menaruh telunjuknya didagu seperti sedang berpikir keras padahal tadi ami bersama dengan sintya
"Seriuslah shinta! Aku perlu bertemu dengannya sekarang juga" Febrian yg susah payah bicara karna nafasnya hampir habis sebab febrian sudah berlari naik turun untuk menemukan ami
"Baiklah Baiklah.. sabar sedikit dong, aku melihatnya ditaman sekolah sedang duduk sendirian" Jawab shinta yg mulai kesal karna febrian tidak bisa diajak bercanda
"Benarkah? Terima kasih banyak shinta!"
'Chu~' Febrian pun dengan refleks mencium pipi shinta yg membuat shinta langsung berubah jadi kepiting rebus
"A-apa-apaan kau ini dasar mesum!! Jangan asal mencium gadis!! Dasar bodoh!!" Tapi dibalik kata-kata shinta ada hati yg berbunga-bunga
"Hehehe, maaf shinta. Oh iya aku berhutang 1 hal padamu okay?" Balas febrian yg langsung berlari sambil melambaikan tangannya
Yg diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum karna perasaannya untuk seorang febrian tidak bisa sepenuhnya hilang dan hal itu membuatnya merasa bersalah pada ami
*End of the Flashback
.
.

Ami, Febrian, dan Shinta bagaimana hasil akhir dari hubungan ketiga orang ini?
.
.
.
.
.
Astaga! Tumben-tumbennya Lee baper sama cerita sendiri :D
Oh iya Lee minta maaf ya kalo ceritanya 'Krik' ...... 'Duar' ._.
Semoga para readers tetep setia nunggu next chapter Yes,I Love You nya Lee ♡
Oh hampir lupa Arigatougozaimasu, Gamsahamnida, Terima kasih 2k readersnya.
Love you my readers ☆

-Love Lee-

Yes, I Love YouWhere stories live. Discover now