Prolog

210 23 21
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

(اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ)

Setelah sholawat baca istigfar dulu ya guys...
Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah,

Udah di baca belum Al-Qur'an nya? Jangan sampai baca ini tapi belum di baca Al-Qur'an yaaa.

Tandai typo

Mohon maaf bila tidak dapat feel nya

Happy reading

----

"Katanya rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Tempat aman untuk melindungi dari kejamnya dunia luar. Tapi nyatanya rumah adalah sumber luka pertama dan terdalam"

___

Seorang pria memasuki rumah dengan sesekali terhuyung. Pria itu mabuk. Bunyi sepatunya memasuki pendengaran seorang gadis yang tengah berada di dapur. Awalnya ia menerbitkan senyumnya seraya berlari menghampiri pria itu. Yang selalu ia sebut ayah. Namun, melihat mata ayahnya yang memerah membuat senyum itu luntur dan  ia bergetar takut. Tatapan ayahnya begitu seram seperti biasanya. Namun, apakah ia tidak bisa melihat tatapan itu menjadi kehangatan.

Gadis itu hendak berlari, menghindar dari ayahnya. Namun, ayahnya lebih cepat menarik tangan nya lalu mendorong nya hingga terjatuh ke lantai. Gadis itu meringis. Apakah malam ini ia akan mendapatkan luka kembali? Tapi, bukankah ia sudah terbiasa dengan luka ini? Harusnya ia sudah terbiasa dengan sakitnya.

Cter!

Pria itu memukul gadis itu dengan ikat pinggang nya.

"Ayah jangan!"Teriak gadis itu meringis. Luka yang kemarin saja belum sembuh dan malam ini luka itu tergores kembali di tubuhnya. Gadis itu berusaha kembali berlari.

"JANGAN LARI KAMU!"Namun, ayahnya menahannya. Mencengkram tangan nya begitu kuat, kuku ayahnya menembus ke kulitnya sehingga membuat tangan berdarah.

Mulai dari punggung, lengan, kaki sudah terkena cambukan ikat pinggang ayahnya.

"Ayah sakit! Aisyah salah apa ayah. Kenapa ayah selalu pukul Aisyah!"isaknya meremas pakaian, menahan sakit fisik dan hatinya.

Pria itu menatap gadis di depannya dengan sangat marah."SALAH KAMU BANYAK! APAPUN KEBURUKAN YANG TERJADI DI HIDUP SAYA ITU SEMUA GARA-GARA KAMU!"bentak pria itu mencengkram pipi Aisyah.

"DAN BERHENTI MEMANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN AYAH. SAYA BUKAN AYAH KAMU!"

Saat itu juga tangisan Aisyah pecah. Entah berapa kali ia sudah mendengar nya. Namun tetap saja begitu menyakitkan.

"Kalau memang Aisyah salah. Maaf ayah, tolong maafkan Aisyah dan berhenti pukul Aisyah. Aisyah sakit, yah,"ucap Aisyah menatap mohon pria itu.

Ayah gadis itu kembali mencambuk membuat Aisyah berteriak kencang kesakitan.

"TERIAKLAH SEKENCANG-KENCANGNYA. TIDAK ADA YANG MENDENGAR MU!"

Di rumah mewah itu terdapat beberapa pembantu. Namun tidak ada sama sekali yang berani menolong Aisyah.

Aisyah menatap penuh harapan pada ibunya yang berjalan menghampiri nya."Ibu tolong!"ucapnya lemah.

Ibu Aisyah menahan tangan suaminya yang hendak mencambuk Aisyah lagi.

"Sudah cukup melampiaskan kemarahan anda pada gadis ini. Jangan sampai dia mati,"ucap ibu Aisyah pada suaminya. Lalu menoleh sinis pada Aisyah."Biarkan dia menikmati jahatnya dunia seperti yang kita rasakan gara-gara dia!"

Aisyah memejamkan matanya. Tangisannya kembali luluh.

"Saya bilang cukup!"ucap ibu Aisyah lagi saat suaminya hendak kembali mencambuk Aisyah. Perempuan itu membuang ikat pinggang suaminya ke sembarang arah.

Pria itu berdecak."Kalian berdua sama saja! Hanya sampah!"

"Anda yang sampah!"balas perempuan itu tidak terima. Setelahnya, ia menatap gadis di depannya. Tanpa belas kasih perempuan itu menarik lengan Aisyah dan berjalan hendak menuju kamar Aisyah. Langkah ibunya yang cepat dengan keadaan kakinya yang sakit membuat nya ia sedikit kesusahan dan kakinya bertambah sakit.

"Sakit Bu!"adu Aisyah pada ibunya. Apalagi ibunya mencengkram tangan nya tepat di bekas cengkraman ayahnya.

Ibu Aisyah menulikan ringisan kesakitan Aisyah. Perempuan itu membuka kamar Aisyah dan mendorong Aisyah begitu saja.

Perempuan itu menekuk lututnya. Menatap sinis Aisyah dan menarik dagu Aisyah agar menatapnya.

"Saya menolong mu tadi karena saya ingin sebelum kamu mati. Kamu berguna bagi saya. Menebus kesalahan-kesalahan mu pada saya!"ucap ibu Aisyah.

Aisyah tersenyum tulus dan matanya kembali mengeluarkan air mata."Aisyah nggak peduli alasan ibu menolong Aisyah karena apa. Aisyah yakin, ibu sudah sayang sama Aisyah sehingga tidak tega melihat Aisyah di pukul ayah kan?"

Ibu Aisyah berdecih mendengar nya,"Buat apa saya sayang padamu. Saya saja tidak pernah berharap kamu ada!"ucapnya menghempaskan muka Aisyah ke samping.

Aisyah menatap nanar ibunya yang pergi dari kamarnya dan menutup pintu itu dengan sangat kencang.

Tidak lama sepeninggalnya Freya. Di dalam kamar Aisyah terus mendengar suara keributan antara ibu dan ayahnya. Begitulah setiap ibu dan ayahnya datang ke rumah bersamaan. Suara teriakan marah dan pecahan barang-barang. Tidak hanya ayahnya saja yang sering memukul nya. Ibu nya juga akan melakukan nya. Aisyah sadar, ia hanya pelampiasan amarah mereka.

"Katanya rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. Tempat aman untuk melindungi dari kejamnya dunia luar. Tapi nyatanya rumah adalah sumber luka pertama dan terdalam,"lirih Aisyah meringkuh kesakitan.

Orang tuanya membenci dirinya saat ia masih dalam kandungan. Beberapa kali Freya—ibu Aisyah mencoba menggugurkan Aisyah. Namun selalu di cegah oleh adek perempuan Freya. Selama ini, yang merawat Aisyah adalah adek Freya.

___

😭😭😭😭

Jangan lupa vote ya⭐

Cerita nya nggak bakal sedih-sedih amat kok. Jangan karena covernya kayak gitu, kalian berpikir cerita ini setiap part nya Aisyah nangis.

Kalau lumayan rame. Coklat lanjut,

Spam>Next?

Sebening Air Mata Aisyah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang