Beberapa minggu kemudian, Wonwoo terlihat sedang berjalan keluar dari toko buku, dengan sebuah novel baru di tangannya. Agak gemas melihat Wonwoo dengan nyengir yang sangat bahagia di wajahnya, hanya karena dia berhasil membeli novel yang telah dia tunggu-tunggu selama berbulan-bulan.
Dia tidak sabar untuk tiba di rumah, menyiapkan teh dan kue, dan kemudian mulai membaca novelnya. Atau... Dia pergi ke café terdekat, memesan minum dan makan yang paling enak, kemudian duduk di meja paling pojok dan mulai membacanya? Ah... Itu juga akan menyenangkan!
Saat Wonwoo sibuk memikirkan rencananya, seseorang menabraknya hingga Wonwoo tidak sengaja menjatuhkannya novelnya dan dia hampir teriak saat mendengar bunyi gedebuk yang nyaring, alias suara novel tebalnya yang terjun bebas mencium lantai aspal.
Wonwoo dengan cepat menunduk untuk menyelamatkan novelnya, menepuk-nepuknya dengan lembut untuk membersihkan debu dan pasir yang menempel. Syukurlah dia masih belum merobek sampul plastiknya jadi novelnya masih aman.
Wonwoo kembali berdiri tegak dan siap memarahi orang yang menabraknya, tapi dia terdiam ketika dia mengenal orang yang menabraknya itu dengan baik. "Mingyu?"
"Maafkan aku. Aku tidak melihat-- Wonwoo?" Mingyu cukup terkejut saat menyadari kalau Wonwoo lah yang dia tabrak barusan.
"Kenapa kamu terburu-buru? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Wonwoo bertanya dengan rasa penasaran, karena dia melihat ekspresi marah, sedih dan kecewa terpancar di raut wajah Mingyu, dan daritadi pria yang lebih tinggi itu tidak bisa berhenti gelisah, dia seperti ingin lari secepatnya dari tempat itu.
"T-Tidak, tidak apa-apa, kok. Aku akan memberitahumu nanti, jadi--" Mingyu benar-benar terlihat seperti sedang menghindari sesuatu yang akan menghampirinya, atau mungkin seseorang? Apa yang dia hindari, tepatnya? Namun tak lama kemudian, Wonwoo pun mendapatkna jawabannya.
"Gyu?"
Terdengar suara yang begitu familiar dari belakang Mingyu ,dan Mingyu tersentak kaget saat mendengar suara itu,. Dengan segera, wajahnya berubah menjadi gelap oleh kebencian dan kesedihan. Wonwoo mengintip dari balik bahu Mingyu yang tinggi, dan matanya membelalak kaget saat melihat Yoon Jeonghan, berdiri tak jauh di belakang Mingyu.
Sekarang Wonwoo paham mengapa Mingyu terburu-buru dari tadi.
Jeonghwan tidak sendirian.
Ada seseorang berdiri di sampingnya, bergandengan tangan dengan Jeonghan dan jari-jari mereka saling bertaut. Itu pasti pacar barunya, orang yang sekaligus menjadi alasan utama mengapa Jeonghan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Mingyu, dia adalah Choi Seungcheol.
"Ah... Wonwoo? Kamu juga ada di sini? Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" Jeonghan bertanya sambil tersenyum.
"Tidak ada. Kami hanya kebetulan berpapasan disini." Jawab Wonwoo, karena dia yakin Mingyu pasti tidak akan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Jeonghan.
"Oh begitu..." Jeonghan mengangguk mengerti, sebelum matanya tertuju pada punggung Mingyu, yang hanya berdiri diam dan bahkan tidak mau menoleh ke arah Jeonghan. "Apa kabar, Gyu?"
"Siapa mereka, sayang?" Seungcheol bertanya sambil menatap Wonwoo dan Mingyu.
Mingyu mengertakkan gigi dan mengepalkan tangannya erat-erat saat Seungcheol memanggil Jeonghan miliknya dengan sebutan 'sayang'. Ya, Mingyu masih memanggil Jeonghan dengan sebutan miliknya. Jeonghan tercintanya yang masih belum bisa Mingyu lupakan sampai sekarang, yang Mingyu inginkan untuk kembali di pelukannya. Jadi mendengar seseorang memanggil Jeonghan miliknya dengan panggilan mesra oleh orang lain, membuat amarah mulai mendidih di dalam diri Mingyu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Always Comes Late [Mingyu X Wonwoo / Meanie / Minwon Bahasa ver.]
FanficTerkadang di dalam hidup kita, akan ada saatnya di mana kita harus memilih satu di antara dua pilihan yang tersedia. Masing-masing pilihan akan membawa kita ke hasil yang berbeda tentunya. Dalam kasus Mingyu, dia harus memilih antara mantannya, Jeon...