Ketika Mingyu tiba di rumah Jeonghan, dia terkejut mendapati keadaan di dalam rumah yang begitu gelap dan kosong. Mingyu memanggil-manggil nama Jeonghan, tapi tidak mendapatkan respon.
Mingyu kemudian mencari ke setiap sudut rumah hingga akhirnya berakhir di kamar Jeonghan, di sana lah dia menemukan mantannya yang sedang terduduk di lantai dengan punggungnya bersandar di tepi kasurnya, beberapa botol soju yang sudah kosong tergeletak di depannya dan tangannya memegang gelas soju yang sudah terisi setengah.
"Hannie hyung, hentikan!" Mingyu dengan cepat bergegas ke sisinya, menahan pergelangan tangannya dengan erat untuk mencegah Jeonghan kembali meneguk soju itu.
"Gyu...? Kamukah itu...? *hic*" Gumam Jeonghan di sela-sela cegukannya. Mingyu bisa mencium bau alkohol yang pekat dari nafas Jeonghan. "Kenapa kamu ada di sini? *hic*"
"Hyung sendiri yang memintaku untuk datang kesini, ingat?"
"Oh ya... *hic* Aku memintamu datang, karena *hic* aku memergoki Seungcheol selingkuh dengan pria lain *hic*... Hahahaha..." Jeonghan berpura-pura tertawa dan tidak lama kemudian air mata menetes keluar dari matanya. Dia menutup mulutnya dan berusaha meredam isak tangisnya. "Dia berpura-pura tidak mengenalku, lalu dia pergi begitu saja sambil menggandeng tangan pria murahan di depan mataku! Bagaimana dia bisa setega itu padaku!? Apa salahku sampai dia berbuat seperti ini padaku!?"
"Ssstt Hannie hyung, jangan menangis... Aku tidak tega melihat kamu menangis seperti ini..." Mingyu menarik Jeonghan ke dalam pelukannya. Dia membuat catatan mental di dalam otaknya untuk memberikan pelajaran pada Seungcheol kelak. Berani-beraninya dia membuat orang yang paling Mingyu sayangi menangis seperti ini! "Tolong jangan menangis lagi, aku di sini untukmu."
"Kumohon... Untuk saat ini, temani aku dulu, Mingyu..." Jeonghan terisak lemah di dada Mingyu.
"Aku akan tetap bersamamu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji."
~~~~~*****~~~~~
Malam itu, Wonwoo tidak terkejut lagi ketika Mingyu tidak pulang ke rumah, karena dia sudah bisa menebak Mingyu pasti akan nginap di rumah Jeonghan untuk menemaninya.
Tapi Wonwoo tidak dapat memungkiri kalau dia sangat sedih karena Mingyu sama sekali tidak menelepon ataupun mengirim pesan padanya.
Bagaimana Mingyu bisa melakukan ini padanya? Apakah dia benar-benar tidak sepenting itu di mata Mingyu dibandingkan mantannya? Sampai Mingyu bisa semudah itu meninggalkannya sendirian di tengah kencan mereka begitu saja? Bahkan mengabaiknya dirinya yang sudah menangis dan memohon agar Mingyu tidak pergi?
Memikirkan hal itu membuat Wonwoo kembali meneteskan air matanya untuk kesekian kalinya di hari itu.
Wonwoo yang sedari tadi sudah terbaring di atas kasur kemudian mengambil bantal Mingyu, memeluknya erat-erat dan mencium aromanya, berharap itu bisa membantu untuk menenangkan dirinya.
Rasanya begitu sakit di dalam dadanya, seperti ada yang mencengkeram dan meremas hatinya dengan keras hingga hampir hancur berkeping-keping menjadi debu. "Kim Mingyu bodoh..."
Wonwoo membenamkan wajahnya ke bantal sebelum akhirnya dia berteriak sekencang-kencangnya. Teriakannya yang penuh kesedihan itu tetap memenuhi seisi rumah walaupun sudah diredam dengan bantal, dan dia tidak peduli apakah tetangganya bisa mendengarnya atau tidak, dia terlalu terluka untuk memikirkan hal itu lagi.
Wonwoo menangis berjam-jam tanpa henti hingga rasa lelah menguasainya dan dia akhirnya tertidur dengan air mata yang membasahi seluruh pipinya.
Dan pemandangan itulah yang pertama kali ditemui oleh Mingyu ketika dia akhirnya pulang pada esok paginya.
Dia terkejut mendapati Wonwoo tidur sambil memeluk bantalnya dengan bekas air mata yang mengering di pipinya.
Mingyu tiba-tiba merasa bersalah, dia teringat kejadian semalam dan ia mengutuk dirinya sendiri yang telah memperlakukan Wonwoo dengan kejam seperti itu.
Mingyu berlutut di lantai di samping kasur, dia mengusap pipi Wonwoo yang masih tertidur dengan lembut sebelum dia menundukkan wajahnya dengan penuh penyesalan.
Tidak, dia tidak bisa dan tidak boleh menyakiti Wonwoo lagi. Dia harus melakukan sesuatu.
Wonwoo tersadar dari tidurnya saat dia merasakan seseorang menyentuh wajahnya, dia perlahan membuka matanya dan rasa kantuk langsung menghilang dari matanya saat mendapati sosok Mingyu di depannya.
"Gyu? Kamu sudah kembali...?" Wonwoo menopang tubuhnya dengan siku dan mengusap matanya yang mengantuk. "Ah sudah pagi ya ternyata. Selamat pagi... Apa kamu sudah makan?" Wonwoo bertanya dengan senyum di wajahnya.
Terlihat jelas sekali kalau Wonwoo sedang berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja dan dia mencoba untuk tenang seperti tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua semalam. Tapi tentu saja Mingyu tahu senyum di wajahnya adalah senyum palsu.
"Dengar, Wonwoo... Ada yang harus kukatakan padamu..."
"Apa itu? Apa kamu akan mengatakan 'ayo kita putus'?" Canda Wonwoo dan dia bahkan tertawa mendengar leluconnya sendiri. Namun tawa nya terhenti tertawa saat Mingyu hanya menundukkan kepalanya dan terdiam. "Kamu ingin kita putus...?"
Mingyu menoleh ke samping, agar dia tidak perlu menatap wajah Wonwoo yang terlihat begitu terluka atas keinginan egoisnya Mingyu. Raut wajah Wonwoo menjadi pucat seketika. "Tidak, kamu pasti bercanda, kan? Katakan padaku, kamu hanya bercanda!!!" Wonwoo mulai berteriak panik, memegang bahu Mingyu dengan erat dan mengguncang tubuhnya.
"Maafkan aku... Tapi sepertinya aku baru menyadari, kalau aku memang tidak bisa sepenuhnya jatuh cinta padamu. Hanya ada satu orang yang bisa memiliki hatiku sepenuhnya, dan kurasa orang itu adalah Jeonghan hyung. Aku mencintainya, aku masih mencintainya, sangat mencintainya! Dan sekarang, karena dia sendirian dan sedang patah hati, dia membutuhkan seseorang untuk menghiburnya dan tetap berada di sisinya, dan akulah yang akan menjadi orang itu. Aku ingin berada di sisi Jeonghan hyung." Mingyu menjelaskan secara perlahan walau dia masih belum sanggup untuk menatap langsung ke mata Wonwoo. "Jadi, aku rasa kita putus saja, untuk kebaikan kita masing-masing. Lagipula, kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Jeonghan hyung."
Dengan kata-kata itu, jiwa Wonwoo hampir melayang keluar dari raga tubuhnya. Dunianya telah hancur. Hatinya akhirnya resmi retak dan hancur menjadi abu. Kesedihannya kali ini terlalu parah hingga dia tidak bisa lagi meneteskan air mata untuk Mingyu. Yang dia bisa lakukan saat ini hanyalah melonggarkan genggamannya pada bahu Mingyu, membiarkannya pergi dan tidak melakukan apapun saat Mingyu mulai mengemasi barang-barangnya karena ia ingin tinggal di rumah Jeonghan untuk sementara waktu.
Wonwoo hanya terduduk diam di kasur sedari tadi, tidak bergerak sedikitpun dan raut wajahnya kosong. Mingyu melirik Wonwoo untuk terakhir kalinya dan dia bahkan tidak bisa menebak apa yang sedang Wonwoo pikirkan. Mingyu menarik nafas yang dalam, mengucapkan selamat tinggal pada Wonwoo sebelum akhirnya dia keluar dari kamar, meninggalkan Wonwoo sendirian.
"Jadi aku bukan apa-apa untuknya... Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan perasaanku padanya dan mencintainya dengan segenap hatiku agar dia bahagia, agar dia menyadari bahwa akulah orang yang tepat untuknya. Namun yang kudapatkan pada akhirnya hanyalah kata putus... Tidak ada tempat sedikitpun untukku di dalam hatinya... Yang dia pikirkan hanyalah Jeonghan, Jeonghan dan Yoon Jeonghan... Sungguh bodohnya diriku ini..."
Tapi tetap saja... Wonwoo terlalu mencintainya... Setelah semua hal yang Mingyu lakukan padanya, menyakiti perasaannya, menyia-nyiakan ketulusannya, Wonwoo bahkan tidak bisa mendapatkan dirinya untuk membenci lelaki yang sudah meninggalkannya itu demi mantannya...
"Aku berharap kau bahagia bersama Jeonghan hyung... Terima kasih untuk moment bahagia sesaat yang telah kamu berikan padaku dalam waktu yang singkat ini..."
Senyum kecil terukir di wajah Wonwoo, dia memejamkan matanya dan akhirnya air mata kembali mengalir di wajahnya.
'Selamat tinggal...'
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Always Comes Late [Mingyu X Wonwoo / Meanie / Minwon Bahasa ver.]
FanficTerkadang di dalam hidup kita, akan ada saatnya di mana kita harus memilih satu di antara dua pilihan yang tersedia. Masing-masing pilihan akan membawa kita ke hasil yang berbeda tentunya. Dalam kasus Mingyu, dia harus memilih antara mantannya, Jeon...