Mingyu menghentikan langkahnya saat dia akhirnya sampai di tempat terakhir di mana dia dan Wonwoo bertemu sebagai sepasang kekasih, gedung bioskop. Dia masih mengingat kejadian pada hari itu dengan sangat jelas.
Wonwoo yang sangat tidak sabaran untuk menonton film romantis tapi Mingyu menganggapnya sebagai film yang membosankan.
Mingyu yang menggodanya karena Wonwoo seperti perempuan karena menyukai film genre romantis.
Mingyu yang mencubit pipi Wonwoo yang menggembung dan menariknya ke dalam pelukan yang hangat karena merasa gemas dengan lelaki bermata tajam yang mirip kucing itu.
Dan...
Mingyu hanya tersenyum sedih dan pahit sambil mengingat kejadian setelah itu.
Movie date mereka yang seharusnya berjalan dengan lancar, yang seharusnya diakhiri dengan kecupan hangat, menjadi berantakan ketika Mingyu mendapatkan telepon dari mantannya, Jeonghan.
Mingyu mengepalkan tangannya erat-erat hingga kuku-kuku jarinya menancap pada telapak tangannya saat dia mengingat kembali bagaimana Wonwoo terjatuh saat Mingyu mendorongnya, mengingat wajah Wonwoo yang menangis dan memohon agar Mingyu tidak pergi meninggalkannya dmei Jeonghan.
Mingyu merasa seperti seorang bajingan, benar-benar brengsek karena meninggalkan Wonwoo sendirian. Itu pasti moment yang paling memalukan bagi Wonwoo dalam hidupnya. Mingyu benar-benar tidak bisa mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa terbutakan oleh masa lalunya dengan Jeonghan sampai dia tega memperlakukan Wonwoo seperti itu?
~~~~~*****~~~~~
Wonwoo daritadi duduk sambil bergerak dengan gelisah di sofanya, jari-jarinya sibuk menekan tombol-tombol di remote TV secara acak, mencoba mencari tayangan yang bagus untuk mengalihkan perhatiannya.
Wonwoo melirik ke arah jam. "Dua jam lagi sebelum tengah malam..."
"Memangnya kenapa kalau masih dua jam lagi sebelum tengah malam? Kamu serius mau menemuinya?"
Wonwoo melirik ke arah Joshua yang duduk di sebelahnya dan menghela nafas. "Aku tidak tahu."
Setelah Mingyu pergi, Wonwoo menelepon Joshua dan menceritakan semuanya. Tidak butuh waktu lama bagi Joshua untuk menampakkan dirinya lagi di hadapan Wonwoo, seakan-akan dia disini untuk mencegah Wonwoo pergi menemui Mingyu.
Joshua melingkarkan lengannya di bahu Wonwoo dan menariknya mendekat. Wonwoo memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di bahu Joshua. Sebuah helaan nafas yang berat keluar dari mulutnya.
"Kamu sudah memberinya terlalu banyak, tapi apa yang dia berikan padamu sebagai balasannya? Hati eyang retak. Penghinaan. Air mata. Pengkhianatan." Joshua mengingatkan lagi untuk membuat akal sehat Wonwoo bekerja. "Aku berhasil menyembuhkan hatimu yang hancur dalam dua bulan, meski belum sepenuhnya. Dan apa kamu pikir aku akan membiarkan orang yang kucintai patah hati lagi? Mengalami semua hal yang menyakitkan itu sekali lagi? Langkahi dulu mayatku."
Wonwoo terkekeh mendengar betapa seriusnya nada bicara Joshua. Wonwoo akhirnya bisa merasa lebih tenang dan tersenyum kecil. Dia tidak menyesali pilihannya dulu untuk menelepon Joshua setelah putus dengan Mingyu, dan dia sangat berterima kasih karena Joshua selalu ada untuknya sejak hari pertama perpisahannya dengan Mingyu hingga sekarang.
Saatnya membuat keputusan.
"Kalau begitu, bolehkah aku meminta bantuan?"
~~~~~*****~~~~~
Gedung bioskop sudah tutup. Semua lampu telah dimatikan, dan hanya ada cahaya bulan yang menerangi area tersebut. Semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing. Tidak ada seorang pun kecuali Mingyu di depam bioskop yang gelap dan sepi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret Always Comes Late [Mingyu X Wonwoo / Meanie / Minwon Bahasa ver.]
FanfictionTerkadang di dalam hidup kita, akan ada saatnya di mana kita harus memilih satu di antara dua pilihan yang tersedia. Masing-masing pilihan akan membawa kita ke hasil yang berbeda tentunya. Dalam kasus Mingyu, dia harus memilih antara mantannya, Jeon...