13. Diantara tiga (?)

427 23 3
                                    

Sejak hari itu, alasan dia tersenyum bukan lagi aku - 𝐆𝐚𝐯𝐢𝐧 𝐒𝐡𝐚𝐪𝐮𝐢𝐥𝐥𝐞

🌹

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Aylin melangkah pelan memasuki rumah nya. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.32. Setelah membawa Aylin makan seblak keinginan gadis itu, Narendra membawanya night ride berkeliling Jakarta tadi. Sekedar menghibur Aylin yang sedang bersedih.

Gadis itu membuka pintu besar dihadapannya. Yang pertama kali ia lihat adalah kegelapan. Ruang tamu yang besar dan luas itu sudah gelap. Sudah dipastikan kedua orang tuanya sudah tertidur.

Dengan gerakan perlahan Aylin menutup pintu. Gadis itu melangkah kan kakinya menuju ke arah tangga untuk ke lantai dua, sebelum suara lembut menyapa telinganya.

"Baru pulang, Ay?" Syera berdiri tepat di belakang Aylin.

Aylin diam membeku di anakan tangga yang pertama, tangannya mengepal kuat.

"Kita harus ngomong, Ay."

Aylin menulikan pendengarannya, ia melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

Syera mengikuti Aylin dibelakang, "Ay, bisa kamu ngalah sama kakak kali ini aja?"

'Mengalah? Kali ini saja? Tolong sebut semua hal yang sudah Aylin relakan untuk kakaknya!'

"Kakak suka Gavin, gitu juga sebaliknya. Kamu bisa relain Gavin untuk kakak, Ay?! Kali ini aja." Mohon Syera membuat Aylin menghentikan langkahnya.

"Kakak sama Gavin sebentar lagi tunangan, hati kakak gak akan tenang sebelum dapet restu dari kamu Aylin. Tolong restuin kakak sama Gavin yaa."

"Selama ini kamu udah cukup dapetin banyak kasih sayang dari Mama Papa, Ay. Selama kakak pergi perhatian sama kasih sayang mereka pasti melimpah buat kamu kan? Semua yang kamu pengen diturutin. Kali ini boleh kakak egois untuk milikin Gavin seutuhnya, Ay?"

Setetes airmata Aylin jatuh mengaliri wajahnya, kasih sayang yang melimpah?! Semua keinginannya dituruti?! Buta kah Syera untuk melihat kenyataan bahwa Gracia dan Aelan memperlakukan mereka berbeda?

Aylin mengusap air matanya kasar, ia membalikkan tubuh untuk memusatkan atensi pada Syera sepenuhnya, "Lo gak perlu izin dari gue! Lo mau kak Gavin jadi milik lo seutuhnya? Silahkan! Gue udah gak peduli apapun tentang dia, pun gue gak ada hak sedikitpun ke kak Gavin!" Aylin menjeda ucapannya, ia menghela napas dalam, sungguh rasanya sesak.

"Gue udah nyerah kak. Gue gak akan mampu bersaing sama lo, cewek yang kak Gavin cintain!" Suaranya terdengar sangat lirih. "Gue capek, mau istirahat!"

Aylin memutar tubuhnya, kembali melenggang menuju kamarnya tanpa berbalik menatap Syera yang kini tengah menahan tangis. Entah karna merasa bersalah, atau merasa senang karna Aylin telah menyerahkan Gavin padanya.

Aylin berjalan tergesa masuk ke dalam kamarnya, gadis itu mengobrak-abrik isi laci meja belajarnya untuk mencari sesuatu.

Air matanya tumpah ruah tak tertahan. Digenggamnya benda yang ia cari. Sebuah cutter yang tampak mengkilap dan sangat tajam.

"AAAARRRRGGGHHH!"

Gadis itu berteriak frustasi, tangannya bergerak membuat pola abstrak diatas permukaan kulit tangan kirinya yang putih dan mulus itu menggunakan cutter.

Beruntungnya seluruh ruangan di dalam rumah ini kedap suara, jadi suara teriakan Aylin yang menggema tak terdengar oleh siapapun.

"AMBIL!! AMBIL SEMUANYA DALAM HIDUP GUE! MAMA! PAPA! KAK GAVIN! AMBIL SEMUANYA! AAAARRRRGGGHHH.."

AYLIN : BAD DESTINY'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang