Biasanya hari minggu adalah hari favorit bagi Sasuke. Hari dimana ia mengistirahatkan otak dan tubuhnya dari aktifitas selama enam hari full. Namun sekarang hari minggu menjadi hari yang yang tidak disukainya. Tadi malam sebelum memejamkan mata ia sempat berharap hari minggu tidak akan pernah ada. Sayangnya Tuhan tidak ingin berkerja sama ketika tadi pagi Mikoto Uchiha menggedor pintu kamarnya di jam 6 pagi. Memintanya untuk bersiap-siap ke hotel tempat berlangsungnya resepsi nanti malam sebelum ke gereja. Saat itu Sasuke sadar hari minggu tidak mungkin akan hilang.Mematut tubuh sempurnanya di cermin seukuran manusia, Sasuke menatap datar sosok tampan yang di balut jas putih berpadu dengan celana bahan dengan warna senada. Setangkai mawar di saku jas pengantinnya semakin menambah pesona Sasuke.
"Astaga sayang kau sangat tampan." Mikoto yang baru membuka pintu kamar hotel tempat Sasuke siap-siap menatap takjub wajah tampan putranya. Mengabaikan muka datar Sasuke. "Untung kau mirip ibu. Kalau kau mirip ayahmu kau tidak akan setampan ini." Mikoto terkikik membayangkan wajah Fugaku.
Sasuke memutar mata bosan lalu duduk di sofa. "Kenapa ibu kemari?" Saat ini ia ingin sendiri. Sudah berapa orang yang di usirnya dari satu jam lalu. Baik itu pelayan, teman atau penata busana yang di undang Mikoto.
Hampir lupa dengan tujuannya, Mikoto duduk disebelah Sasuke. "Nanti saat pengucapan sumpah kau jangan mengatakan Haruno Izumi." Melihat wajah bingung Sasuke Mikoto menambah bahagia. "Izumi nama kecilnya. Nama aslinya Haruno Sakura. Ahh namanya sangat indah persis seperti orangnya."
"Haruno Sakura?" Sasuke mengulang.
"Benar. Kau haris menyebut Haruno Sakura."
"Hn."
Mikoto tersenyum puas lalu menoel dagu Sasuke menggoda. "Kau tidak ingin melihat Sakura di kamar sebelah?" Melihat Sasuke tidak tertarik, Mikoto menahan diri untuk menggeplak kapala Sasuke. "Sayangnya Sakura sudah berangkat ke gereja."
Aku tidak peduli. Sasuke memabatin.
"Sakura sangat cantik. Kau sangat beruntung." Berkata penuh binar. Mikoto tersenyum sendiri mengingat riasan menakjubkan Sakura.
Sebelah alis Sasuke terangkat lalu menatap Mikoto mengejek. "Ibu bahkan sudah mengganti namanya."
Mikoto berbinar. "Nama Sakura lebih cocok untuknya." Sasuke diam-diam setuju. Menepuk punggung Sasuke pelan, Mikoto berdiri. "Baiklah sebentar lagi pemberkatan ayo pergi. Ingat Haruno Sakura jangan salah."
Sasuke berdehem cuek kemudian mengikuti Mikoto keluar hotel untuk menuju gereja.
_____
Gereja
Dari luar gereja berjejer beberapa pria tinggi besar dengan setelan jas hitam lengkap dengan earpiece yang menempel di telinga masing-masing. Didalam gereja para kerabat dan jemaat gereja duduk rapi bersiap menyaksikan pembacaan sumpah. Di altar Sasuke berdiri tegap dengan wajah datar menghadap kerabat dan jemaat gereja. Menunggu mempelai perempuan memasuki altar di dampingi Uchiha Fugaku. Di baris paling depan Itachi tersenyum ke arah Sasuke. Tidak percaya adik kecilnya yang dulu selalu mengekori kini akan memiliki keluarga kecil. Meski awalanya karena paksaan namun ia berharap Sasuke suatu hari nanti akan bahagia. Siapapun ayah dari janin Sakura, Itachi berharap Sasuke akan menyayanginya seperti anak sendiri.
"Senyum Teme Senyum!"
Suara Naruto disebelahnya menyadarkan Itachi. Tertawa kecil menemukan Naruto mengambil video dan foto Sasuke dengan ponsel pribadi. Itachi tahu, diam-diam Naruto sangat bahagia dengan pernikahan Sasuke mengingat dari dulu ia berencana menjodohkan anak mereka. Semakin bahagia ketika tahu calon istri Sasuke hamil.