"Aku hamil."Dua kalimat yang meluncur manis dari belahan bibir pucat gadis mungil didepannya berhasil membuat pori-pori kulit Uchiha Itachi memproduksi keringat secara berlebihan. Itachi bersyukur saat ini tenggorokannya tidak memproses apapun. Demi Tuhan, hal terakhir yang ingin dilakukannya di dunia ini adalah tersedak.
Berhasil menenangkan debaran jantungnya, Itachi mencoba bertanya meski ia yakin pendengarannya tidak mengalami masalah. "Ha..hamil?" Menyaksikan anggukan rapuh gadis mungil bersurai panjang yang berdiri didepannya membuat Itachi ingin mengumpat keras-keras. "Kau yakin?" Menemukan kerutan kecil di dahi halus lawan bicaranya, Itachi segera meralat. "Maksudku kau sudah mengetesnya?" Itachi berharap gadis itu menggeleng namun Itachi tau harapannya sia-sia.
"Iya, tadi pagi." Menemukan mulut Itachi masih terkatup rapat, ia menambahkan dengan nada sedih. "Sekarang aku tidak berani pulang."
Itachi meringis kemudian meraih lengan kecil gadis didepannya. Menyeretnya sedikit menjauhi gerbang mansion Uchiha. Bisa gawat kalau sampai ada yang memergoki mereka. "Keluargamu sudah tahu?"
Haruno Izumi menggeleng pelan. "Aku tidak berani memberitahu mereka."
Itachi terdiam sesaat. Manik gelapnya terpejam beberapa detik. Berharap apa yang di sampaikan sahabatnya beberapa menit lalu hanya ilusi yang diciptakan otaknya akibat dari mabuk semalam. "Kekasihmu sudah tahu?" Melihat gelengan Izumi, Itachi hampir menyemburkan umpatan andai maniaknya tidak menangkap raut sendu Izumi. Menghela napas, Itachi segera menyeret Izumi memasuki mobil mewahnya yang terparkir asal didepan pintu gerbang mansion. Sebelum menghidupkan kemudi, Itachi menoleh pada Izumi yang masih menunjukkan raut sendu. "Sekarang kita ke apartemen Shisui."
Deretan kalimat Itachi bagaikan candaan di pendengaran Izumi. Tanpa diminta, onyx gelapnya kembali memproduksi liquid bening. Tidak ingin Itachi khawatir, cepat-cepat Izumi mengusapnya kemudian terkekeh sendu. "Kau bercanda."
Desisan rapuh di sampingnya bagaikan godam yang berhasil menghancurkan kepala Itachi. Sialan!!! Bagaimana ia bisa melupakan fakta yang membuatnya berkabung sepanjang malam. Tanpa sadar jari besar Itachi mengusap pakaian hitam yang membungkus tubuh profesionalnya. "Maaf."
Menetralkan perasaan hancurnya, Izumi tersenyum sendu. Maniknya menatap sendu gerbang tinggi mansion Uchiha yang masih tertutup rapat. Entah apa yang dipikirkan otaknya beberapa menit lalu sampai kaki kurusnya membawanya ke mansion milik sahabatnya, Uchiha Itachi. "Apa yang harus kulakukan pada janin ini." Jemari halusnya bergerak pelan mengusap perut datar yang tersembunyi dibalik dress hitam yang membungkus tubuh kurusnya.
Kegiatan Izumi tidak luput dari lirikan onyx Itachi. Tanpa sadar jari-jari Itachi mengepal kuat. "Izumi---"
Tanpa membalas tatapan onyx, Izumi menyela cepat. "Aku tahu Itachi. Aku akan membesarkannya sendiri. Kau tidak perlu khawatir."
Menolak mentah-mentah perkataan Izumi, Itachi tanpa ragu menyentuh lengan Izumi kemudian mengentaknya cukup kuat. Perbuatan tanpa diduga Itachi berhasil membuat Izumi mengalihkan fokus nya dari gerbang mansion lalu menatap Itachi sedikit terkejut. Menyadari perbuatannya mengangetkan Izumi, Itachi bergumam minta maaf lalu berucap. "Kau tidak bisa melakukannya."
Mengerti maksud Itachi, Izumi terkekeh miris. "Keluargaku memang bermasalah tetapi aku..."
Melepaskan tangannya dari lengan Izumi, Itachi segera menyela. "Kau mengerti bukan itu maksudku."
"Aku tahu."
Bisikan pasrah Izumi berhasil menarik simpati Itachi, namun ia juga tahu kejadian yang menimpa Izumi di luar kuasanya. Memikirkan itu membuat Itachi mendengus keras.