Part 9

14.1K 342 12
                                    

Alice berjalan di belakang Alan tanpa berani mengatakan apapun. Ia hanya berjalan mengikuti kemanapun Alan melangkah, dan sepertinya sekarang ia berada di lorong menuju apartemen Alan. Alice membenarkan jaketnya sambil sesekali membenarkan belahan gaunnya yang sangat tidak nyaman.

Alan berhenti di depan unit apartemen miliknya. Ia memencet kode masuk, kemudian mereka berdua masuk ke dalam apartemen. Alice lega sekarang, setidaknya ia tidak jadi melacurkan diri. Beruntung Alan menyelamatkannya, meski setelah ini mungkin pandangan Alan padanya akan berubah.

Alan membuka jaket yang di kenakannya dan melemparkannya ke sofa, ia kemudian menatap Alice yang mematung di tengah ruang tamu. Pandangan gadis itu menyusuri setiap inci apartemen Alan. Mungkin karena kebingungan, gadis itu belum berani bicara sedari tadi.

Menyadari Alan yang terdiam menatapnya, Alice semakin kikuk dan kebingungan. Ia ingin menyapa Alan, tapi takut tanggapan Alan akan ketus seperti tadi. Namun, jika tidak menyapa Alan, rasanya juga sangat tidak pantas. Akhirnya, Alice memberanikan diri mendongak menatap wajah Alan.

"Kak, bagaimana kabarmu?" Suara Alice terdengar bergetar.

Alan tidak menjawab. Pria itu melipat kedua tangannya di dada, menatap angkuh pada wajah sendu Alice. Mendapatkan reaksi seperti itu, Alice tampak semakin kebingungan dan tidak enak hati. Pasti sekarang kak Alan sangat kesal padanya karena ia hampir menjual diri. Alice harus segera menjelaskan apa yang terjadi sebelum Alan semakin salah paham.

"Kak, terima kasih sudah menolongku tadi. Aku ___,"

Alan terlihat mendengkus keras mendengar perkataan Alice. Menolong wanita itu? Jadi, Alice pikir Alan menolongnya? Dan, sekarang Alan bisa membaca pikiran Alice. Pasti gadis itu berencana mengarang kebohongan dan mengatakan terpaksa melacurkan diri. Padahal, Alan melihat sendiri bagaimana gadis itu terlihat begitu murahan saat jadi pelayan club malam.

"Kak, aku ___,"

"Jadi kau berpikir aku menolongmu? Dengar Alice, jika itu yang ada di pikiranmu sekarang, maka buang jauh-jauh pikiran itu. Dan juga, jika kau ingin mengatakan terpaksa menjual dirimu, kau pikir aku akan percaya?"

"Kak Alan, aku tidak ___,"

"Dengar, aku sudah membelimu. Malam ini kau harus melakukan tugasmu untuk memuaskan aku. Jika tidak, kau tahu sendiri bukan yang di katakan germo itu padamu tadi. Aku tidak akan memberikan uang sepeserpun. Kau tahu bukan, aku sangat bisa melakukannya."

"Kak, dengarkan aku dulu."

Alice berjalan menuju Alan, ia hendak meraih bahu Alan namun pria itu segera menepisnya. Alice terkejut, ia menatap Alan dengan mata berkaca-kaca. Tidak menyangka mendapatkan perlakuan seperti ini dari pria yang dulu sangat menyayanginya.

Alan meraih dagu Alice, membuat Alice memberontak, namun percuma, cekalan Alan begitu kuat, membuat Alice mau tidak mau menatap Alan yang saat ini terlihat geram menatapnya.

"Dengarkan aku baik-baik, tugasmu malam ini adalah memuaskan aku di atas ranjang. Aku sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk membawamu ke sini. Jadi, tidak usah banyak bertingkah. Kau pelacurku malam ini. Layani aku, dan kau mendapatkan uang yang selama ini kau inginkan."

Alice menitikkan air mata. Membuat Alan melepaskan cekalannya. Lelaki itu kemudian menatap Alice dari atas sampai bawah. Memperhatikan Alice yang sangat berbeda dari sepuluh tahun lalu ketika mereka berpisah.

Alice yang sekarang, terlihat semakin seksi dan dewasa. Tidak manja seperti dulu. Bagian tubuhnya yang dulu masih tumbuh, kini sudah membesar dan terlihat sangat menarik. Dengan pakaian merah seperti sekarang, Alice benar-benar terlihat sangat menggairahkan. Tiba-tiba tubuh Alan menegang, sangat jarang Alan merasa seperti ini. Hanya pernah dulu saat menonton film jav bersama teman-temannya.

"Kita mulai sekarang. Aku tidak mau membuang banyak waktu untuk mendengarkan bualanmu. Aku membutuhkanmu di tempat tidurku saat ini juga."

Sedetik kemudian, Alan mencekal lengan Alice lalu menarik paksa menuju kamarnya. Alice sedikit terseok-seok mengikuti langkah Alan, namun, ia tidak berani bicara. Alice takut Alan akan semakin marah padanya.

Setelah sampai di kamar, Alan langsung mengunci pintu kamar miliknya. Pria itu menatap Alice yang saat ini ketakutan di hadapannya.

"Kak__,"

Alan tidak menghiraukan perkataan Alice. Ia meraih tubuh gadis itu kemudian melepaskan jaket yang dikenakan Alice. Tanpa jaket itu, Alice benar-benar sangat seksi dengan pakaian yang lumayan terbuka. Alan tidak suka membayangkan tadi semua orang bisa menatap tubuh mulus Alice. Andai ia melihat sedari awal, Alan pasti langsung menyeret Alice dari tempat itu bagaimanapun caranya.

Alan mengelus pelan lengan Alice yang terbuka, kemudian tangannya meraba payudara Alice yang terlihat lumayan besar, sangat berbeda dengan milik Alice SMP yang dulu masih terlihat kecil.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Alan, sontak membuat Alice menangis tanpa bisa di cegah. Entah kenapa hatinya sangat sakit di perlakukan seperti ini oleh Alan. Laki-laki yang dulu begitu menyayanginya.

"Kak, tolong jangan begini. Aku adikmu. Bagaimana mungkin seorang kakak meniduri adiknya sendiri." Alice menunduk, suaranya lirih dan bergetar. Sangat jelas bahwa gadis itu begitu takut pada Alan.

"Adik? adik dari mana? Aku hanya punya dua adik. Keyra dan Arman. Lalu, kau adik dari mana?"

Mendengar perkataan Alan, Alice sontak mendongak, menatap Alan dengan air mata yang jatuh di kedua pipinya. Bagaimana bisa Alan berkata seperti itu padanya. Dulu, Alan sangat menyayanginya, bahkan lebih menyayangi Alice dari pada Arman.

Tapi, kenapa sekarang Alan jadi sangat berubah. Seolah begitu membencinya. Apa Alan sangat kesal karena saat kecil adiknya tertukar? Tapi, Alice juga tidak tahu akan hal itu. Dia masih bayi. Tidak mungkin kan seorang bayi menukar dirinya sendiri.

"Kenapa diam? Kau tidak bisa menjawab. Sekarang, jangan banyak bicara. Lakukan saja apa yang aku inginkan."

Alan duduk di tepi ranjang. Kemudian ia membuka resleting celananya dan menunjukkan kejantanannya yang menegang pada Alice. Alice yang melihat itu, sontak menolehkan kepalanya, ia benar-benar malu menatap Alan sekarang. Kenapa Alan jadi keterlaluan seperti itu.

"Kemari."

Alice menunduk, tidak beranjak saat Alan memangilnya. Melihat itu, Alan semakin geram. Apa gadis itu tidak bisa menurut saja agar semua jadi mudah?

"Alice!! jangan membuat semua bertambah rumit. Kemarilah, dan puaskan aku dengan mulutmu."

Alice tersentak. Seumur hidupnya, baru kali ini ia melihat kejantanan seorang pria. Dan, kenapa benda itu harus di masukkan ke dalam mulutnya. Bukankah itu menjijikkan.

"Cepat!! Atau aku akan menyeretmu kemari. Jangan paksa aku melakukannya."

Dengan langkah pelan dan air mata yang mengalir deras, Alice berjalan menuju Alan yang duduk di tepi ranjang. Lelaki itu segera meraih tubuh Alice agar berjongkok di hadapannya. Dan, dengan kasar, Alan meraih kepala bagian belakang Alice, membuka paksa mulut wanita itu kemudian tanpa ampun menjejalkan penisnya ke dalam mulut hangat Alice.

My Virginity (Putri Yang Tertukar) TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang