Part 4

13.2K 316 8
                                    

PDF ready harga 55rb. Ready juga di aplikasi karya karsa per part maupun full version.

Happy reading 🥰

Alice meminum jus jeruk yang sudah dipesannya. Sudah sepuluh menit sejak Dion datang, Alice hanya menyapa lelaki itu ala kadarnya. Selebihnya, ia seperti orang gagu yang bingung mau bicara apa.

Dion hanya memperhatikan, tidak terusik sama sekali dengan sikap Alice. Dion tahu gadis itu kebingungan, jadi ia memilih untuk menunggu sampai Alice benar-benar siap untuk bicara sepenuhnya.

"Yon,"

"Iya, Alice."

"Aku, aku, eeee, sepertinya, aku harus mempertimbangkan saranmu."

Dion memejamkan matanya, kemudian mengangguk. Mungkin ia seperti menjerumuskan Alice, tapi, jujur, mungkin ini cara terbaik untuk mengentaskan gadis itu dari kesusahan. Dan lagi, Alice tak harus selamanya melacurkan diri.

"Aku akan menghubungi Madam Gi. Ia harus melihatmu dulu. Dan lagi, nanti mungkin kau juga harus di periksa dokter agar meyakinkan jika kau benar-benar masih perawan."

"Seribet itukah?"

"Mungkin saja. Aku juga tidak begitu tahu. Madam mempunyai langganan orang-orang papan atas. Mungkin ia harus menjaga kepercayaan para pelanggannya. Madam pasti tidak mau merusak nama baiknya jika ia melakukan kesalahan. Jika di nyatakan perawan, harus benar-benar perawan. Tidak boleh kecolongan."

Alice mengangguk, ia menelan ludahnya, kemudian memberanikan diri bertanya kembali pada Dion.

"Kira-kira kapan aku bisa bertemu Madam? Aku butuh uang secepatnya, Dion. Aku sangat ketakutan sekarang. Aku bahkan tidak bisa makan dengan tenang."

"Akan aku usahakan secepatnya. Tapi, Alice, kau benar-benar siap, maksudku, pelelangan itu ___,"

"Aku tidak punya pilihan lain, Dion. Mereka terus menerorku hingga melibatkan polisi. Aku sangat takut. Kemarin mereka mengancam akan datang lagi. Aku tidak tahu kapan mereka akan datang lagi. Maka dari itu aku butuh uang secepatnya."

"Oke. Malam ini juga aku akan bicara pada Madam. Mudah-mudahan ada jalan keluar secepatnya."

Alice mengangguk. Dion kemudian segera pamit pulang karena anaknya sakit. Tinggallah Alice sendirian di restoran itu. Ia berusaha menelan makanan yang sebenarnya enak, steak daging dengan kematangan premium. Namun, karena suasana hatinya tidak menentu seperti sekarang, daging empuk itu terasa sangat alot.

Alice tetap memakan steak itu sambil sesekali menyeka air mata yang keluar begitu saja. Meskipun tidak berselera makan, mengingat harga steak yang mahal, Alice tetap menelannya. Bahkan terkadang belum sempat terkunyah, karena lidahnya seperti mati rasa.

Ketika Alice sibuk memakan steak nya, telinganya tidak sengaja mendengar suara televisi yang ada di belakang kasir restoran. Alice mengalihkan tatapannya dari makanan ke arah televisi.

Di sana, ada acara berita yang menyiarkan seputar keluarganya, bukan, lebih tepatnya mantan keluarganya. Mereka mengumumkan bahwa putra sulung Arga Sandjaya, Alan Emerick Sandjaya akan bertunangan dengan putri Gubernur saat ini, Maudy Valeria Tanjung, putri Gubernur Omar Tanjung.

Tampak di hadapan kamera, mereka semua sangat bahagia, terutama sang ibu. Arman juga terlihat sudah dewasa, sangat tampan seperti kak Alan dulu. Kak Alan, meskipun tidak semuda dulu, tetap saja masih sangat tampan. Di tengah, tampak Keyra yang menggandeng tangan sang ibu, hanya mengeluarkan sedikit senyum. Posisi itu, dulu milik Alice. Tapi, ya, sudahlah, ia bersyukur pernah sangat dimanjakan oleh mereka.

Maudy tampak sangat bahagia menggandeng tangan Alan. Sedangkan Alan, entah kenapa ekspresi kakaknya itu sangat datar dan dingin. Sejak berpisah selama sepuluh tahun ini memang Alice tidak pernah bertemu mereka. Baru kali ini bisa melihat jelas, itupun di televisi.

Kedua keluarga itu tampak melambaikan tangan pada kamera dengan senyum masing-masing, kecuali kak Alan. Entah kenapa Alice melihat wajah Alan jadi sangat kaku sekarang. Dulu, wajah itu tak lepas dari senyuman yang menawan. Senyum yang membuat semua teman wanita Alice terpesona. Kenapa sekarang jadi hilang.

Alice mengalihkan tatapannya dari televisi ke makanannya. Ia tidak ingin melihat berita lebih lanjut. Entah kenapa hatinya sakit. Terbesit rasa iri pada Keyra yang kini mengisi tempatnya dulu. Padahal jika di pikir-pikir, Keyralah pemilik asli tempat itu.

Setelah steaknya habis, Alice segera membayar kemudian pergi dari restoran itu. Ia tidak ingin lagi mendengar kabar tentang keluarga Sandjaya. Karena jika Alice mendengarnya, entah kenapa hatinya bergejolak merindukan mereka semua. Alice ingin berlari dan memeluk mereka semua.

Namun, ia harus tahu diri. Alice bukan siapa-siapa mereka. Ia hanyalah seorang putri yang tertukar. Tidak pantas jika tiba-tiba Alice datang, lalu berkeluh kesah akan nasibnya. Alice tidak akan mau melakukannya. Ia masih punya harga diri untuk tidak melakukan semua hal memalukan itu.

**

Seorang wanita paruh baya yang sangat cantik menatap gadis berseragam pelayan yang kini duduk tertunduk di hadapannya. Setelah hampir limat menit mengamati, Madam Gi, wanita paruh baya itu mengangguk penuh senyuman. Ia mengalihkan tatapannya pada Dion yang berdiri di sampingnya.

"Barang bagus. Tapi, kau yakin dia masih perawan?"

"Aku yakin, tapi, untuk lebih jelasnya, Anda bisa menanyakannya sendiri atau memastikan."

Madam Gi membenarkan mantel bulu yang menyampir di pundaknya. Ia kembali menatap Alice yang masih tertunduk.

"Baiklah, besok akan ada dokter yang memeriksanya. Setelah itu, ia akan aku lelang tiga hari lagi. Banyak gadis untuk minggu ini. Kau harus di dandani sangat cantik agar laku dengan harga yang bagus."

Alice meremas kedua tangannya. Sejujurnya ia bergidik mendengar perkataan Madam Gi. Namun, ia sudah tidak punya jalan untuk mundur. Alice sudah tidak punya pilihan apapun.

"Kalian boleh keluar. Besok jangan lupa ke sini lagi. Aku akan datangkan dokter."

Dion mengangguk, kemudian beranjak dan mengajak Alice keluar dari ruangan Madam Gi. Dion memegang tangan Alice yang gemetar. Ia sebenarnya sangat iba dengan nasib sahabatnya itu. Tapi, bagaimana lagi. Tidak ada cara lain karena masalah uang adalah masalah yang sangat pelik.

"Kau tidak apa-apa?"

Alice menggeleng pelan. Ia kemudian melepaskan genggaman tangan Dion dan mulai bekerja kembali. Lumayan lama ia berada di ruangan Madam Gi, Alice tidak mau kena tegur dan gajinya di potong.

Malam itu, konsentrasi Alice benar-benar terganggu. Beberapa kali ia salah mengantarkan pesanan sampai manager menegurnya. Beberapa kali juga ia hampir mendapatkan tindakan pelecehan dari pengunjung club.

Ada yang meremas bokongnya, hingga hampir ada yang memegang payudaranya. Alice menegur mereka dengan halus, ia tidak mau jadi pelayan tidak tahu diri yang berani memaki-maki pengunjung club. Meskipun dalam hati, Alice ingin sekali menembak penis mereka satu persatu.

Alice tidak sadar, sedari tadi ada yang memperhatikannya intens. Sesekali pria itu meremas gelasnya saat Alice tersenyum pada pria pengunjung club. Pria itu menyalakan rokoknya sambil terus memperhatikan Alice, mengabaikan teman-temannya yang tengah berpesta dengan para wanita cantik.

Pria itu sama sekali sekali tidak mengalihkan tatapannya dari Alice, hingga beberapa saat kemudian, gadis itu pergi ke belakang dan tidak kembali lagi. Setelah beberapa saat menunggu dan Alice tidak juga muncul, pria itu pulang dengan suasana hati yang sangat buruk. Bahkan mengabaikan panggilan dari teman-temannya yang mengajaknya berpesta. Ia sudah tidak berselera.

My Virginity (Putri Yang Tertukar) TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang