Prolog

29 4 0
                                    

DISCLAIMER!

Cerita ini hanya cerita fiksi. Murni hasil dari pemikiranku sendiri. Apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat, karakter, kejadian dan lain sebagainya itu adalah murni ketidaksengajaan.

***


Hari Jumat adalah hari yang sangat membosankan bagiku. Di mana para warga desa selalu menyuruh anak gadisnya untuk berkumpul di aula desa dan mendengarkan guyonan tak bermutu dari ketua desa.

"Hahh, sangat menyebalkan." Aku mengerang dan melipat kedua tanganku di atas meja panjang, sambil menenggelamkan wajah di antara kedua tanganku yang terlipat.

Di saat ketua desa sibuk bercerita, aku justru sibuk berkhayal. Seandainya aku bertemu dengan seorang pria gagah yang selalu setia memanjakanku. Ah, pasti sangat bahagia hidup seperti itu. Seperti ratu di dalam dongeng yang sering aku baca atau seperti tuan putri yang hidup bahagia bersama pangeran. Tentunya, dengan kekayaan yang tiada habisnya.

"Selina!" Teriakan nyaring dan tepukan keras di pundakku, membuatku terlonjak dan langsung mengangkat wajah menatap ke arah ketua desa yang menatapku dengan wajahnya yang memerah menahan amarah.

"Kamu!" ucapnya sambil menunjukku dengan jarinya yang sangat besar, seperti paha ayam.

"Saya kenapa?" tanyaku tidak mengerti.

"Keluar sekarang!" teriaknya yang membuatku langsung berlari keluar dengan sangat kencang. Seperti di kejar hewan *aster.

Setelah keluar dari aula desa yang penuh dengan gadis seumuranku. Aku memutuskan untuk menuju hutan kutukan Alcer. Entah kenapa aku ingin sekali pergi ke sana. Sekalian membuktikan kebenaran dari rumor yang belakangan ini beredar di Desa Goldianium.

Katanya, ada rumor jika pemangsa manusia sudah memasuki Desa Goldianium. Mereka masuk dari hutan kutukan Alcer. Hutan yang konon katanya merupakan tempat tinggal makhluk immortal.

Namun, aku tidak percaya dengan mitos mengenai keberadaan makhluk immortal tersebut. Ya, menurutku itu sangat tidak masuk akal. Mana ada manusia yang bisa berubah wujud menjadi serigala atau ada manusia yang mempunyai sayap. Ah, ada-ada saja. Aku yakin semua itu hanya mitos yang dibuat untuk menakut-nakuti anak kecil. Terutama anak *verdu yang hobi sekali main ke hutan saat tengah malam.

"Selina!" Seruan dari arah belakang membuatku menghentikan langkahku dan menoleh ke arah orang yang baru saja menyerukan namaku.

Seorang pria tampan dengan pakaian ala prajurit menghampiriku dengan wajah panik.

"Hm? Kamu siapa, ya?" tanyaku sembari menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

Pasalnya, aku tidak mampu mengingat wajah dan nama seseorang karena penyakit *coloris yang aku derita setahun belakangan ini.

Dia mendengus dan menatapku kesal. "Kamu lupa pada sahabat baikmu ini?" tanyanya dengan nada kesal dan sedih yang bercampur menjadi satu.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal sembari tersenyum tidak enak. "Maaf aku tidak ingat. Sepertinya penyakitku kambuh lagi," jelasku sambil tersenyum minta maaf.

"Ah aku lupa tentang penyakitmu," katanya seraya melihat penampilanku dari atas sampai bawah seolah sedang menilainya.

"Kenapa?" tanyaku yang agak risih dengan caranya menatapku.

Dia tersentak kemudian mengalihkan pandangannya ke atas. "Ah maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi, mengapa kamu memakai pakaian dengan bahan *axtur?" tanyanya sambil menatapku dengan kedua alis tebalnya yang terangkat.

I'm Alpha MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang