Aku terbangun ketika cahaya matahari dari sela-sela jendela kamar mengusik tidur lelapku. Selalu saja begini, aku selalu merasa kalau hari Minggu berlalu sangat cepat. Sedangkan hari lain seakan terasa melambat.
Aku menghela napas lelah kemudian bangkit dari tidurku dengan mata masih terpejam. Teriakan mom dari lantai bawah membuatku mendengus dalam hati. Dengan cepat aku turun dari kasur, namun karena masih mengantuk langkahku menjadi goyah dan aku tak melihat apa yang kuinjak hingga menyebabkan tubuhku terjatuh. Bunyi gedebuk yang sangat keras terdengar, diikuti rasa sakit di tubuhku. Aku terjatuh dengan posisi tengkurap di mana daguku mendarat lebih dulu.
Sontak saja mataku yang tadi masih terpejam langsung terbuka lebar dan rasa kantukku seketika hilang begitu saja seakan tak pernah ada.
"Selina! Apa yang terjadi, Sayang?" Suara teriakan mom dari lantai bawah membuatku meringis.
Aku bangkit berdiri sambil mengaduh merasakan sakit pada sekujur tubuhku, terutama di bagian lengan dan daguku.
Aku menatap horror plastik roti yang menjadi tersangka kejadian terpelesetku itu.
"Tidak ada, Mom. Aku hanya menjatuhkan beberapa barang!" balasku sambil berteriak agar mom dapat mendengarnya.
"Cepat mandi dan bersiap. Hari ini adalah kelas terakhirmu!" Ucapan mom membuatku tersadar. Aku baru ingat kalau hari ini adalah hari terakhirku bersekolah.
Di desaku, pendidikan untuk anak gadis hanya akan diberikan sampai anak tersebut sudah berusia 17 tahun. Di mana ketika ia menginjak usia 17 tahun maka di situlah ia akan segera berhenti mendapatkan pendidikan resmi di sekolah. Tapi sebagai gantinya, setiap Jumat pagi ketua desa akan memberikan pengetahuan di aula desa yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para gadis yang sudah dianggap berusia matang atau dewasa.
Sedangkan anak laki-laki yang sudah berusia 17 tahun masih diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan di sekolah. Karena pendidikan itu akan berguna untuk melatih skill mereka agar menjadi prajurit desa. Di mana setiap anak laki-laki di desa diharapkan bisa melindungi desa dengan menjadi prajurit desa atau seorang warrior kerajaan.
Berbeda dengan anak laki-laki, anak perempuan diharapkan bisa menjadi istri dan seorang ibu yang baik. Karena itu, di sekolah kami diberikan ilmu mengenai cara memasak dan merawat diri dengan baik. Tak hanya itu, banyak pengetahuan tentang cara mendidik dan merawat anak agar sang anak bisa berguna di masa depan.
Biasanya anak-anak yang terlahir sebagai anak *nyak akan mendapatkan pendidikan khusus untuk melatih skill mereka menjadi seorang perawat atau tenaga medis yang dapat membantu para prajurit desa. Sedangkan anak yang terlahir sebagai anak *verdu akan mendapatkan pendidikan khusus beladiri yang selalu diadakan setiap Minggu pagi untuk melatih dan mengembangkan bakat mereka dalam bertarung dan berburu.
"Selin! Cepat turun!" Teriakan Kak Azura membuat lamunanku buyar.
Dengan cepat aku bergegas memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan diri.
***
15 menit berlalu dan kini aku sudah rapih dengan seragam sekolahku. Aku mengenakan kemeja berwarna putih dengan lambang Desa Goldianium di bagian kiri dadaku yang dipadukan dengan rok selutut berwarna emas. Warna emas merupakan ciri khas dari Desa Goldianium. Semua pakaian yang dikenakan oleh warga Desa Goldianium biasanya identik dengan warna emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alpha Mate
Loup-garouAku, seorang gadis biasa. Ditakdirkan menjadi pasangan hidup seorang Alpha, pemimpin werewolf. Bagaimana bisa?!