Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan aku masih terjaga di atas tempat tidurku. Sudah berulang kali aku mencoba untuk tertidur, namun tetap tidak bisa. Ku bolak-balikkan tubuhku ke sana ke mari, mencoba mencari posisi yang nyaman sambil berharap rasa kantuk akan segera datang. Namun nihil, aku tak kunjung tertidur juga.
Aku menghela napas lelah, kemudian memutuskan untuk turun ke bawah. Mungkin udara segar akan membuatku mengantuk.
Aku berjalan menuruni tiap anak tangga dengan pelan dan hati-hati, takut kalau ada anggota keluargaku yang terbangun.
Suasana di rumahku sangat sunyi, sepertinya semua orang sudah pada terlelap. Bahkan Azazel yang biasanya berisik juga tidak terdengar suaranya.
Begitu sampai di tangga terakhir, hatiku menjadi ragu. Entah karena apa, aku juga tidak tahu.
Aku meneguk air liurku dengan susah payah sambil mencoba memutar knop pintu secara perlahan dan hati-hati, takut kalau akan menimbulkan suara dan malah membangunkan semua anggota keluarga.
Entah kenapa hari ini aku menjadi sangat gelisah tanpa alasan yang jelas.
Sedari tadi otakku terus saja terpikirkan pohon besar *kid. Rasanya sulit untuk menghilangkan pikiran tentang pohon itu dari dalam kepalaku. Hatiku juga terus memintaku untuk pergi melihat pohon besar itu. Seolah anggota tubuhku tidak lagi berada dalam kendaliku.
Aku melongok sekilas ke arah luar. Ternyata tidak ada satupun prajurit yang tengah berpatroli di sekitar rumahku.
Ini kesempatan bagus.
Dengan langkah pelan aku berjalan ke luar rumah. Berharap tidak ada yang memergokiku pergi keluar tengah malam begini.
Setelah memastikan semuanya aman, aku perlahan mulai melangkahkan kakiku ke sembarang arah. Membiarkan kakiku berjalan sesuai keinginannya sendiri.
Dan saat aku tersadar, ternyata aku berjalan ke arah pohon besar *kid yang terletak tak jauh dari sungai tempat biasa para prajurit desa berlatih.
Kuteguk air liurku sekali lagi sebelum mendekat ke arah pohon besar itu.
Degup jantungku terus berpacu seiring langkahku yang kian mendekat ke arah pohon itu.
Lalu tiba-tiba, sebuah sinar muncul begitu saja dari arah pohon besar *kid. Tidak, lebih tepatnya sinar itu keluar dari dalam pohon besar *kid yang berada di hadapanku.
Secara reflek, tanganku terulur menyentuh pohon itu. Dan tiba-tiba saja rasa sakit menghantam kepalaku. Dan ingatan tentang seorang pria tampan bermanik mata hitam tajam yang sangat indah itu mengalir di dalam kepalaku seperti sebuah kaset rusak.
Tubuhku langsung kehilangan tenaga dan aku terjatuh dengan rasa pusing di kepalaku. Kemudian tiba-tiba saja kegelapan merenggut kesadaranku.
***
Aku terbangun seolah-olah ada seseorang yang memukul keras kepalaku. Bunyi dengingan yang entah datangnya dari mana itu membuat mataku langsung terbuka lebar.
Aku langsung terduduk dengan napas tidak beraturan, seolah aku baru saja selesai berlari marathon.
Tubuhku terasa panas dan jantungku berdetak sangat kencang seakan menggila.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alpha Mate
Hombres LoboAku, seorang gadis biasa. Ditakdirkan menjadi pasangan hidup seorang Alpha, pemimpin werewolf. Bagaimana bisa?!