Suara Alarm terdengar, membuat salah seorang dari dua orang yang sedang tidur terbangun.
Karena terlalu berisik, Vares mematikan alarm dan duduk untuk mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di alam mimpi.
Dia menolah ke samping dan mencium kening Sandra sambil mengelus rambutnya.
"Pagi sayang." Suara serak dan pelan serta senyum tipis dengan rambut berantakan membuat Vares dia kali lebih tampan, sayangnya Sandra tidak bisa melihat keindahan itu karena masih terpengaruh oleh obat bius.
Vares beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berangkat sekolah.
Selesai mandi, pemuda itu memakai seragam rapi dan lengkap sebelum berjalan menuju meja rias.
Dia memakai softlens hitam dan kacamata sebagai pelengkap dan bedak dan juga pelembab bibir agar bibirnya selalu lembab dan bagus.
Vares berbalik dan berpamitan pada kesayangannya terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Bukankah mereka so sweet? Vares selalu menceritakan semua aktivitasnya dalam sehari, ya walaupun Sandra tidak mendengarnya...mungkin.
Dia keluar dari rumah dan menelusuri hutan seperti biasa hingga sampai di tepi jalan dan menunggu Tino.
Tak lama Tino datang, Vares langsung menaiki mobil dan mobil pun berjalan. 20 menit akhirnya mereka sampai di sma Bangsa.
Tino memarkirkan mobil di parkiran kemudian turun diikuti oleh Vares. Saat hendak pergi menuju ke kelas, panggilan seseorang menghentikan langkahnya dan Tino. Mereka berbalik dan melihat Maria yang berjalan pincang sedikit.
Maria tersenyum ke arah Vares dan memeluk lengan pria itu. "Permainan semalam sangat menyenangkan." Ucap Maria dengan malu malu.
Vares menatap Maria dan tersenyum miring. "Oh ya? Kalau begitu kita bisa bermain lagi di club semalam jika kau menyukai permainan ku."
Maria merona samar dan mengangguk. Kemudian mereka bertiga berjalan ke kelas melewati koridor yang banyak siswa yang menatap ke arah mereka dengan tatapan cukup aneh.
"Vares, apa kau tahu kenapa mereka menatap kita seperti itu?" Tanya Maria yang masih memeluk lengan Vares.
"Aku juga tidak tahu, kau tahu sesuatu Tino?" Tanya Vares pada Tino sambil tersenyum miring diam diam.
Tino yang di tanya seperti itu menggeleng. "Gak. Gue gak tahu apapun."
Maria hanya mengangguk saja walau tetap merasa aneh dengan tatapan siswa yang tidak lagi memandanginya binar dan kagum.
Saat sampai di pintu kelas, seseorang menghentikan mereka. Tiga orang kakak kelas dengan tubuh modis dan barang branded di tubuh mereka menatap Maria jijik.
"Halo jalang." Sapa gadis yang menggerai rambutnya dan menatap Maria sinis.
"Aku bukan jalang, kak." Bantah Maria menatap tajam kakak kelas itu dan tidak sadar kalau Vares melepaskan pegangan tangan Maria dari lengannya kemudian mengajak Tino kabur diam diam.
"Memangnya gue bilang Lo jalang? Ngerasa ya waktu gue panggil jalang?" Sarkas kakak kelas itu membuat beberapa siswa cekikikan.
Maria diam dan terus menatap gadis di depannya dengan tajam. "Kenapa menghina ku seperti itu? Apa salahku pada kakak?"
"Karena Lo, gue putus sama cowok gue B*ngs*t! Tapi untungnya topeng busuk Lo udah ke bongkar jadi tahu deh kalau selera mantan gue semakin rendah." Ucap kakak kelas itu sinis.
Maria yang mendengar itu semakin bingung. "Apa maksud kakak? Aku bahkan tidak kenal dengan cowok kakak."
"Lo beneran gak tahu atau pura pura gak tahu? Lo kan sering minta tolong sama Rendi buat nganterin Lo kemana mana kayak ojek, masa gak kenal sih. Rendi aja bela belain Lo di depan gue dan bilang kalau kelakuan gue kayak jalang lah, tapi sekarang dengan matanya sendiri dia ngelihat kalau cewek idamannya ternyata seorang jalang." Ucap kakak kelas itu sambil menatap sinis seorang pria yang menatapnya sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Grant The Novel Character's Last Wish!!
FantasiaRirin mengalami kecelakaan saat pulang kampus membuat tubuhnya terbaring koma di rumah sakit. Untuk kembali lagi ke tubuhnya, Ririn harus menyelesaikan misi yang di berikan oleh sistem. Bisakah dia menyelesaikan misi dan kembali ke tubuhnya? *** ⚠️⚠...