6. ditemukan.

532 44 0
                                    

"kamu ngapain sih?" tanya Aksara menatap gadis kecil di depannya bingung.

Pasalnya, Freya tengah bermain main dengan lumpur yang menggenang dengan hewan aneh yang mirip rakun. Apa yang ada di pikiran dia ya? Apa tidak takut terkena kuman lalu terserang penyakit?

"gak jijik?" tanya Aksara menatap Freya jijik. Hei. Itu kotor sekali.

Freya menyiram Aksara dengan lumpur yang berada di tangannya cukup banyak. Membuat si empu melotot kaget karena dalam sekejab saja badannya sudah kotor penuh dengan lumpur.

Freya tertawa terpingkal pingkal melihat komuk Aksara yang kaku dan jijik berbarengan itu sangat kocak menurutnya.

"pffttt, buahaha!! Kocak komuknya kek monyet. Ahahaha,"

Aksara memejamkan matanya berusaha untuk menenangkan dirinya. Tidak apa apa. Jika pulang, dia akan membersihkan tubuhnya dengan sangat sangat bersih. Tidak apa.

Tapi, pikiran itu buyar saat melihat cacing yang menggeliat di tangannya. Dengan wajah shocknya, Aksara kini di landa trauma sepertinya.

"c-cacing? temennya kuman?" beo Aksara terbata bata.

"AAARRRRGGHHHH!!!" teriakan Aksara sangat kencang hingga Freya yang di sana menutup kupingnya kuat kuat.

Setelah berteriak sekuat tenaga, kini Aksara limbung begitu saja dengan cacing yang masih berada di tangannya. Ya, dia pingsan setelah berteriak.

Sedangkan Freya hanya menatap Aksara dengan tatapan bingung, "dia tidur?" beo Freya menatap Aksara yang tengah pingsan dalam keadaan terjungkal.

"Freya, ada apa ini?" suara kakek tua itu tiba tiba muncul. Freya menatap kakek tua yang tengah berjalan menghampiri Aksara yang tengah pingsan.

Kakek tua itu menghembuskan nafasnya kasar, "kamu yang lakukan ini, Freya?" tanya Kakek itu menatap Freya meminta penjelasan.

Freya hanya memutar bola matanya malas, "aku cuma menyiramnya dengan lumpur. Itu saja," jelas Freya malas.

Ayolah, anak ini sangat lemah sekali. Masa di siram lumpur saja pingsan? Apa bisa anak ini menjalankan misi dari kakek di depannya nanti? Freya sangat tak yakin.

Kakek tua itu kini kembali menatap Aksara dengan sendu. Mungkin dia terlalu cepat memanggil anak ini. Anak ini masih butuh mental yang kuat untuk menjalankan misinya nanti.

"Freya, apa kau bisa menunggu?"

Freya menatap Kakek tua itu bingung, "menunggu apa?"

"menunggu melaksanakan misimu bersama Aksara. Dia masih butuh mental yang kuat, kau lihat sendiri dia masih tidak bisa. Apa kau bisa menunggu?" jelas Kakek tua itu sambil mengangkat Aksara ke gendongannya lalu meletakkan di pangkuannya.

Freya menatap kakek tua itu dengan pandangan marah, "kenapa harus menunggu?! Saya bisa pergi sendiri kek! Saya tidak butuh si lemah itu!" protes Freya menggebu gebu. Matanya kini berkaca kaca.

"Freya... gak mau ibu nunggu lebih lama lagi," cicit Freya dengan wajah yang penuh lumpur itu menampilkan raut kesedihan yang mendalam.

Kakek itu menatap Freya iba. Tapi, anak ini juga sama sepertinya. Si kakek berpikir keras hingga akhirnya mendapat secerah harapan. "Freya, Kakek akan memberikan kekuatan kakek untuk menyembuhkan ibu kamu dan ibu anak ini. Tapi, apa Freya bisa berjanji akan kembali 11 tahun lagi? Karena, kekuatan kakek hanya bisa bertahan 11 tahun mendatang saja." tawar Kakek tua itu dengan senyum tulusnya. Dia mengkode Freya untuk menghampirinya.

Freya yang mendengarnya langsung mengusap air matanya kasar, bibirnya yang semula melengkung ke bawah kini dengan sempurna melengkung ke atas membentuk senyuman yang indah.

Alterleo TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang