4: gubuk tua

1.2K 118 35
                                    


Di sebuah kamar sederhana, terdapat seorang ibu yang tengah tertidur bersama dengan anak anaknya. Alifa tertidur dengan memeluk erat kedua anaknya.

Ia sepertinya sangat sangat rindu dengan keduanya. Ia bersyukur Anak anaknya tumbuh dengan baik. Ia sedang karena Axxel menepati janjinya.

Setelah kejadian tadi, Askara dan Aksara sempat terbangun lalu di suguhi tangisan keduanya yg memenuhi ruangan. Sungguh mengharukan. Ibunda Axxel dan perawat yang mendampingi Alifa memilih meninggalkan mereka bertiga setelah di rasa sudah tenang.

Bibir mungil Aksara bergerak, di ikuti matanya yang terbuka perlahan. Dia berkedip sejenak lalu dengan cepat menengok pinggirnya untuk memastikan kejadian tadi bukanlah mimpi belaka.

Dan akhirnya. Mimpinya menjadi nyata. Ibundanya tengah tertidur dengan memeluknya penuh kasih.

Bibir mungil Aksara tersenyum lebar. Mungkin ini pertama kalinya dia merasakan perasaan bahagia yang membuncah.

Ia sangat berterimakasih pada orang yang mengirimkannya surat lewat burung kecil tadi. Omong omong, dimana burung kecil tadi? Aksara bertanya tanya dalam hati.

Kemudian, tak lama dia mendengar suara ketukan beberapa kali di jendela. Dia lalu menengok dan menemukan sebuah burung kecil yang tadi mengirim surat untuknya. Aksara penasaran, siapakah yang mengirim surat itu?

Aksara lalu dengan sangat hati hati menyingkirkan tangan sang ibunda yang memeluknya perlahan. Saat sudah lepas sepenuhnya dari pelukan Alifa, Aksara perlahan lompat dari ranjang tidur. Kaki mungilnya berlari kecil menuju jendela yang di lihatnya tadi.

Jari jari mungilnya perlahan membukan jendela itu. "siapa yang ngirim kamu? Kenapa bisa kamu dateng ke aku dan ngirim surat itu?"tanya Aksara penasaran.

Dia sangat penasaran. Bagaimana si pengirim tahu bahwa dia akan memiliki mimpi yang selama ini dia idam idamkan? Di surat itu mengatakan 'kau akan mendapatkan apa yang selama ini kau impikan' kira kira seperti itu isinya.

Askara kira, tulisan ini hanya untuk bermain main. Namun dia salah. Setelah ia menerima surat itu, suara sang ibunda langsung terdengar seperti sihir. Ini sangat mengejutkan juga sangat membuatnya senang akhirnya mimpi yang selama ini ia harap jadi kenyataan rupanya terkabul.

Burung kecil itu seolah mengerti perkataan Aksara, dia memainkan paruhnya hingga bunyi beberapa kali lalu hinggap di tangan mungil Aksara sambil mengangkat sebelah kakinya yang sudah terpasang gulungan kertas kecil lagi.

Aksara menyengritkan dahinya, "loh? Kok ada kertas lagi? Surat lagi? Tapi, kenapa cepet banget?" monolog Aksara bertanya tanya.

Dengan penasaran, Aksara mengambil gulungan kecil dari kaki burung itu, lalu membuka gulungan kertasnya.

'Jika kau sudah mendapatkan apa yang selama ini kau impikan, maka bersiaplah untuk mempertahankannya. Karena, jika sedikit saja kau lalai, maka impianmu akan lenyap. Tapi, jika kau ingin impianmu tetap bersamamu maka bayarlah untuk itu.'

"......L-e le. Ny-a-p nyap. Lenyap?! Bunda?!" ucap Aksara kaget setelah susah payah membaca surat dengan tulisan kecil itu.

Aksara menatap marah pada surat itu. Lalu, dia menatap burung yang mengirim surat ini. Tapi, sayangnya burung kecil tadi sudah terbang jauh.

Namun, Bukan Aksara namanya jika menyerah begitu saja. Kaki mungilnya mencoba memanjat jendela yang untungnya sangat mudah baginya.

Kaki mungilnya mendarat dengan pas di luar rumahnya sekarang. Tak menunggu lama, Aksara langsung saja berlari mengejar burung kecil tadi dengan larian kecilnya.

Alterleo TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang