Reyza semakin malas duduk di kursinya. Ia bosan berada di tempat itu selama 2 jam sejak tadi, mengikuti Bagas menunggu yang tidak pasti. Bahkan ia sudah dua kali memesan makanan dan minuman.
"Sebenernya lo janjian jam berapa sih? Lo bilang jam dua belas, ini udah jam dua lewat!" omelnya.
"Ya, emang. Jam dua belas gue nunggu, dia otw---"
"ASTAGAA!"
"Kan kita bisa nanti aja datangnya pas mereka udah mau sampai." Reyza mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak habis pikir dengan satu temannya itu.
"Gila lo ya berlebihan sama orang yang gak dikenal?"
"Ini namanya effort, Za."
Di dalam kereta menuju Bandung, Lintang masih merenung perihal isi pesan terakhir dari seseorang yang tidak ia kenal itu.
Matanya berulang kali membaca chat yang sama dan mengabaikan chat lainnya.
Seandainya tadi ia fast respon, pasti ia masih bisa nego untuk langsung bertukar id atau sosmed lainnya tanpa ada challenge seperti ini.
Harusnya ia bisa masa bodoh, toh, mereka juga tidak kenal. Kembali mendapatkan teman baru setelah sekian lama sangatlah menyenangkan. Sayangnya, itu hanya sesaat.
Kereta sudah memasuki daerah Bandung, masih ada waktu lima belas menit untuk mereka tiba di stasiun tujuan.
Lintang membangunkan Dena yang masih tertidur lelap.
"Udah mau nyampe? Kok gak dari tadi aja sih banguninnya? Gue pasti keliatan banget ya habis bangun tidur? Pasti jelek banget ya sekarang?"
Lintang memutar matanya jengah, "Gak usah berisik, nanti gue temenin touch-up di toilet."
"Ih, gak mau, nanti kalo keburu dijemput gimana?"
Lintang sempat mengerutkan dahinya, bingung dengan kalimat Dena.
"Emang orang nya bilang bakal jemput?" Dena terdiam, mengingat baik-baik. "Kan nggak." Dan kalimat Lintang benar adanya.
14.15 WIB
Kaki keduanya resmi berpijak pada tanah bumi pasundan. Dena merapihkan dirinya dengan cepat, ia bilang ia tidak mau membuat orang lain menunggu lama.
Sepanjang jalan Lintang hanya diam dan bicara seperlunya. Tidak seperti Dena yang heboh, gadis itu memilih diam untuk menikmati tiap sudut Kota Bandung.
"Andai kenal langsung," gumamnya dalam hati.
"Tang, tolong fotoin gue di sini dong." Yang diminta mulai mengarahkan kamera ponselnya dengan malas.
"Lo dari tadi foto mulu, tempat janjiannya udah tau?"
"Ouh, iya, gue lupa tanya."
"Lo gimana sih, kayak orang gak niat janjian aja."
"Aishh, kok jadi lo yang sewot sih?"
"Gue laper, anj."
Diminta menanyakan lokasi, Dena justru keasyikan chatingan dengan manusia tidak jelas itu. Lintang sendiri tidak tahu anak itu sudah mendapatkan lokasinya atau belum, yang jelas berbicara dengan gadis itu saat ini adalah hal yang sia-sia.
Ia memutuskan menyicipi kuliner yang ada di pinggir jalan itu. Sesekali ia mengabadikan setiap jajanan yang ia beli, kemudian ia bagikan di story Instagram miliknya.
Unggahan itu pun dibanjiri banyak komen yang tidak sedikit dari teman-temannya semasa SMP.
"Anjayy, udh bisa main jauh"
"Avv, sini mampir"
"IHH, MAUUU!"
"Ajak gue dong kpn kpn"
Hanya berkat foto jajanan Bandung, ia jadi bisa berkomunikasi kembali dengan teman-teman lamanya. Ya, walaupun hanya di hari itu saja.
"LINTANG! Buruan naik, abang grab nya udah nungguin!"
"Lah?"
***
Happy weekend gengs💃🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Where are You? - [ END ]✔️
TeenfikceMari kita kembali pada tahun 2020, dimana masa pandemi dimulai. Semua berubah menjadi serba virtual, bahkan cinta pun berlangsung secara virtual. Entah bagaimana kaum remaja bisa cepat menjatuhkan hatinya hanya melalui untaian kata yang diketik den...