PART 13

149 127 61
                                    

Bel masuk terdengar begitu nyaring. Setelah sekian lama, suara itu kembali berdengung di telinga. Seluruh siswa berhamburan memasuki kelasnya masing-masing. Semangat baru dan rindu bersatu padu. Hal itu terlihat jelas dari wajah mereka yang berseri-seri.

"Selamat Pagi, semuanya! Hari ini kita awali dengan perkenalan dulu ya. Sebelumnya, saya ucapkan selamat datang kembali untuk kalian semua!"

Hari baru, semangat baru, kelas baru, dan teman baru. Bukan pertama kalinya Lintang dan Dena tidak sekelas karena faktanya dari awal SMA keduanya tidak pernah satu kelas. Ruang kelas Lintang berada di ujung barat, sedangkan ruang kelas Dena berada di ujung timur.

Pembelajaran kali ini terasa lebih privat dari biasanya, Lintang menghitung jumlah teman-temannya yang hanya ada setengah dari jumlah seharusnya. Sulit untuk bertatap muka dengan setengahnya lagi karena mereka beda sesi.

Di awal pandemic yang mulai membaik ini, pemerintah memberikan kebijakan bahwa aktivitas pembelajaran sudah bisa berlangsung secara offline dengan syarat tatap muka terbatas. Setiap kelas hanya boleh diisi setengah dari total murid di kelas tersebut. Sebagian masuk pagi, sebagian masuk siang. Jam kegiatan belajar mengajarpun berkurang menjadi dua jam setiap sesinya.

Banyak yang baru Lintang kenal di kelas ini, berbeda dengan Dena yang sekelas dengan sebagian orang yang sudah ia tahu sebelumnya. Mungkin karena Dena juga lebih aktif mengikuti eskul yang menjadikannya punya banyak relasi dibandingkan Lintang.

***

"Agah Reyza Wiseya."

"Bagas Sanjaya."

Keduanya menemukan nama masing-masing di papan pengumuman yang berbeda. Mereka sama-sama berada di kelas unggulan, namun tidak satu kelas.

"Gimana kelas lo, Za?"

"Banyak yang dari kelas lain. Lo sendiri dapat kelas yang gimana?"

"Gilak, kelas gue isinya anak ambis semua! Itu anak-anak yang biasa masuk 10 besar di kelasnya woi!" terangnya dengan segala kehebohan.

Reyza tahu sohibnya telah berubah seratus delapan puluh derajat menjadi lebih baik, rasanya kata malas tidak lagi ada di kamus kehidupan anak itu. Ia menjadi saksi atas perubahan drastisnya.

"Itu tandanya lo layak untuk bersanding dengan mereka. Ayo, lebih giat lagi. Semangat, bro!" Reyza menepuk pundak cowok itu sebelum berjalan mendahuluinya.

"Ja! Mau kemana?"

"Kelas."

"Datar banget itu muka, teu aya semangat-semangatna pisan!" Ia berjalan lebih cepat menyusul Reyza. "Senyum! Masih pagi, ini awal kita masuk sekolah lagi."

"Kalau mau bujuk gue minimal kasih gue jajanan lah ya."

Seperginya Reyza, ia memilih masuk ke dalam kelasnya sendiri, ia masih tidak menyangka bisa berada di posisi ini. Padahal boro-boro dulu dia berpikir masuk kelas unggulan, bisa naik kelas aja udah bersyukur banget walaupun hasil dari usaha belas kasih para guru.

Ia masih terharu, berulang kali hatinya mengucapkan terima kasih pada seseorang. Ia tidak akan melupakan orang yang berhasil membangkitkan semangat ambisnya.

"Kalau waktu itu gue gak ketemu lo, gue bisa sampai di titik sekarang gak ya?"

"Baik anak-anak, saya ucapkan selamat datang kembali di sekolah ini..."

Ah, ternyata gurunya sudah masuk. Hari-hari menjadi siswa kelas 12 pun dimulai.

"Selamat berperang, Aku!"

***

Siapa yang kayak gini jga? Finally, pas kls 12 dikasih kesempatan buat ketemu temen" Lagi😌

Selamat bernostalgia ke awal masa kelas 12 ya

Gimana part ini?
Komen yaa

Udah siap menuju ending?

Where are You? - [ END ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang