Argh! Rasanya seperti kupu-kupu dalam perutnya berterbangan. Kini jemarinya menari di atas layar mengetikan sebuah balasan, "Basi banget, bosen dengernya. Tpi aku sukaaaa"
Dena memang tidak sepintar kebanyakan orang, namun setidaknya ia selalu punya alasan untuk selalu semangat belajar, dia salah satunya.
Di seberang sana, seseorang hanya tersenyum melihat sebuah balasan dari bar notifnya.
"Makasih udah buat gue semangat."
"Gue gak akan sia-siain semangat gue."
"Gue bakal berusaha buat lebih serius dan fokus belajar."
***
Hari demi hari terus berlalu. Komitmen yang ia utarakan dalam dirinya sungguh menjadi manifesting tersendiri. Nilainya perlahan membaik, ia juga menigkuti les virtual di beberapa tempat dengan sangat antusias. Ia mulai menghilangkan kebiasaan mencontek yang sia-sia, sekarang ia lebih cenderung bertanya dan minta dijelaskan materi yang kurang dipahami.
Dena yang biasanya selalu bucin akut dengan Bagas, kini perlahan memperbaiki sikapnya untuk tidak berlebihan. Ia mengalihkan rasa tergila-gilanya itu dengan lebih fokus pada kebahagiaan dirinya sendiri, semakin rutin melakukan workout dan sesekali latihan basket secara mandiri di lapangan dekat rumah.
Keduanya telah sepakat untuk tetap fokus pada tujuan masing-masing megingat sebentar lagi mereka akan memasuki tahap akhir dari tingkat sekolah formal yang artinya tidak boleh bermain-main lagi. Mereka sepakat untuk tetap saling komunikasi meskipun tidak seintens sebelumnya.
Di tengah sibuknya jadwal ujian kenaikan kelas, Bagas menyempatkan waktu untuk mengunjungi Dena. Ia sama sekali tidak memberitahu gadis itu perihal rencananya.
"Mau kemana, Nak?" tanya wanita itu yang sedang menyirami tanamannya di sore hari. "Bagas mau pergi sebentar ya, Mah. Nanti paling Bagas sampai rumah jam sembilan."
"Besok kan masih ujian."
"Bentar aja, Mah, buat refreshing. Bagas juga udah belajar kok buat besok, tinggal baca ulang lagi aja nanti."
Melihat anaknya yang sudah rapih, ia tidak tega jika harus melarangnya. Lagipula, ia sudah lihat sendiri selama satu minggu terakhir anaknya tidak pergi kemana-mana dan hanya fokus pada buku pelajaran. Ia bukan tipikal orang tua yang terus menekan anaknya, ia paham anaknya juga butuh refreshing.
"Ya sudah, tapi hati-hati ya. Jangan terlalu larut pulangnya, besok masih ada ujian. Nanti kalau ada apa-apa telepon aja ya."
"Siappp!"
Langkah kakinya lebih mudah setelah mendapat izin dari sang mamah. Ia bukan Reyza yang menyusul dengan modal lari, mustahil juga bila ia tiru, Bandung-Bekasi yang ada dia tepar duluan sebelum tiba di lokasi tujuan.
Hari ini tidak terlalu banyak penumpang, entah benar begitu adanya atau hanya di gerbongnya saja yang berisikan sedikit penumpang.
Perlahan ia alihkan pandangannya dari jendela kereta ke buku yang saat ini ia pegang. Agar waktunya lebih bermanfaat katanya.
***
Tok...Tok...
Tanpa menunggu lama, pintu itu pun terbuka dan menampakan sosok seorang wanita berusia 40-an yang memiliki mata serupa dengan orang yang ingin ia tuju saat ini.
Wanita itu sempat terdiam dengan alis saling bertaut, "Maaf, cari siapa ya?"
"Maaf, Tante. Mau ketemu Dena ada gak ya?"
"Dena? Tunggu sebentar, ya."
Selang beberapa menit, gadis itu pun menampakan dirinya dengan kaos oversize berwarna hitam dan rambutnya yang dicepol ke atas.
"Bagas?!"
"Kamu ngapain ke sini? Besok masih ada ujian cuy!"
Cowok itu pun tersenyum dan bangkit dari duduknya, "kangen, gak boleh ya?"
Plak!
Suara buku yang baru saja menyapa pipinya dengan ramah.
"Kangennya nanti dulu, kita masih ada ujian!" tegasnya.
"Gue udah terlanjur datang ke sini," ucapnya dengan menjulurkan lidah meledek gadis itu.
"Hiih, tamu tak diundang!"
Bukannya balas merespon ia justru mengacak gemas puncak kepala gadis itu.
"Belajar bareng, yuk!"
Dengan semangat Dena mengangguk dan mengajak Bagas masuk ke dalam rumahnya.
"Ayo, gue kenalin ke Mamah juga."
***
Huahh.. Akhirnya, aku bisa update lagi!!
Gimana puasanya? Lancar?
See you di part 13👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Where are You? - [ END ]✔️
Teen FictionMari kita kembali pada tahun 2020, dimana masa pandemi dimulai. Semua berubah menjadi serba virtual, bahkan cinta pun berlangsung secara virtual. Entah bagaimana kaum remaja bisa cepat menjatuhkan hatinya hanya melalui untaian kata yang diketik den...