14.30 WIB
Keduanya tiba di kafe dan disambut hangat oleh salah satu lelaki sedang yang satunya lagi hanya melihat datar dari tempat duduknya. Pastinya sambutan hangat itu hanya untuk Dena seorang.
"Dena, ya?"
"Eh? Iya, Bagas?" Cowok itu mengangguk mantap. "Akhirnya, gue bisa ketemu lo secara langsung. Gue dari tadi kaya gini di pintu, tapi mereka semua bukan lo, bukan Dena nya gue."
Dena melihat dari ekor matanya seseorang yang memperhatikannya sedari tadi itu meggelengkan kepalanya. Itu pasti teman Bagas yang sudah tidak habis pikir dengan kerandoman manusia ini. Tapi, memangnya Bagas sudah bertingkah apa saja sejak tadi?
"Gue kira tadi lo emang mas-mas yang suka jaga pintu di sini," ucap Dena polos. Lintang diam-diam menahan tawanya.
"Ouh, iya, ini Lintang, bestie gue. Lintang, ini Bagas pacar baru gue."
Keduanya saling berjabat tangan dan saling bertukar nama.
"Ayo duduk, gue tau kalian pasti capek."
"Udah nunggu lama ya kayaknya?"
"Bukan kayaknya lagi, tapi emng lama banget," batin cowok yang sedari tadi belum buka suara. "Gue minta maaf ya udah bikin kalian nunggu lama."
"Santai aja, apa sih yang nggak buat lo. Ini juga first time kita ketemu sekaligus first date kita, jadi gapapa lah."
Lintang geli sendiri mendengarnya. Gini amat gaya pacaran bestie gue, moga besok putus deh, batinnya.
Lelaki dihadapan Lintang hanya menggaruk tengkuknya yang ia yakin pasti tidak gatal. Menyadari Bagas belum memperkenalkan dirinya dengan dua gadis itu, ia inisiatif berkenalan sendiri.
Ia melihat Dena terlebih dahulu. Ah, itu pasti pacarnya Bagas karena sedari tadi hanya gadis itu yang berbicara intens dengan cowok itu, pikirnya.
"Lo bestie dia?" tanyanya dengan suara yang lebih pelan dari yang punya acara di sini. Lintang mengangguk. "Lo sahabatnya Bagas?"
"Iya. Nama bestie lo siapa? Bagas belum spill namanya ke gue." Lintang terkekeh kecil sebelum menjawab, "Dena namanya."
Cukup tahu baginya dan ia hanya mengangguk mengerti, "Lo?"
"Gue Lintang Anindita, panggil aja gue Lintang." Tiba-tiba cowok di hadapannya itu mengulurkan tangannya, seketika ia merasa bersalah karena barusan ia tidak mengulurkan tangan. Dengan cepat ia menerima uluran itu.
"Agah Reyza Wiseya."
Reyza yang menangkap ekspresi terkejut Lintang pun mengangkat satu alisnya dan semakin menatap gadis di depannya itu.
"Ada yang salah?" Lintang termangu bukan main. "Eh? Eum, gak kok, gapapa."
"Lo Reyza? Boleh gue tanya sesuatu?" tanyanya setelah berhasil menetralisir rasa terkejutnya.
"Boleh. But, kayaknya kita pindah tempat aja. Biar gak ganggu mereka berdua."
Kini keduanya duduk di sebuah sudut kafe dekat jendela. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Bagas dan Dena.
"Jadi, lo mau tanya apa?"
"Lo main bot anon?"
"Main, baru-baru ini sih."
"Lo ada tulis kayak gini di anon?" Lintang menyodorkan ponselnya pada Reyza. Cowok itu pun membaca baik-baik dari awal percakapan hingga akhir yang dimana terlihat jelas tanda skip berasal dari dia.
Ia terdiam, menatap dalam ke manik mata Lintang.
"Welcome to my world, Lintang Anindita."
Awalnya ia sama terkejutnya karena ternyata semesta secepat itu mempertemukan keduanya. Wajah kagetnya berubah menampilkan senyum manis sekarang.
"Videonya fyp?" Gadis itu menggeleng. "Gue belum sempat buat."
"Gak perlu dilanjutin, cukup jadi arsip aja. Jangan dihapus chatnya. Lo udah ketemu gue sekarang dan lo berhak dapat nomor sekaligus username Instagram gue biar kita bisa terus komunikasi."
Lintang tertawa. Ia kira cowok itu hanya bercanda di chat. Mungkin karena...
"Lo takut gue tagih duluan apa gimana? Santai aja, gue juga gak pernah anggap chat lo itu janji asli." Dengan cepat cowok itu menggeleng tegas. "Gue serius. Gue gak pernah bercanda untuk hal ini."
"Dia jujur, Lin. Gue saksinya. Selama ini dia emang cuek soal hati dan lo... bakal jadi cewek pertamanya." Itu Bagas. Ternyata obrolannya sejak tadi disimak baik oleh Bagas dan Dena, bahkan ia tidak tahu kapan keduanya berdiri di dekat mejanya. "Maybe," lanjutnya.
"Ehm, ternyata kalian berdua diam-diam main virtual juga," ledek Dena.
"Akhirnya link dari gue dipake juga. Lumayan lah ya, gue dapat pahala karena udah kasih satu warna di hidup lo." Ketiganya tertawa, kecuali Reyza.
"Lo gak usah ikut ketawa, Lin. Lo selama ini cuek tapi diam-diam main juga."
"Ishh, Dena, gue cuman penasaran tau!"
Bagas tertawa dan menumpukan tangannya di meja dan sedikit merendahkan kepalanya agar bisa sejajar dengan mereka yang duduk. "Sekarang udah gak penasaran kan? Iseng-iseng berhadiah. Lanjutin kenalannya, siapa tau lanjut sampai kiamat."
PLETAK!!
Dengan ringannya waist bag Reyza melayang ke wajah Bagas, sedangkan Lintang hanya tersenyum canggung.
***
Uwuw, kalian yg pernah virtual udh sempet ketemu di real?
Kl gue sih...
Next aja yuk, wkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Where are You? - [ END ]✔️
Teen FictionMari kita kembali pada tahun 2020, dimana masa pandemi dimulai. Semua berubah menjadi serba virtual, bahkan cinta pun berlangsung secara virtual. Entah bagaimana kaum remaja bisa cepat menjatuhkan hatinya hanya melalui untaian kata yang diketik den...