PART 1

369 222 166
                                    

Satu dunia tengah digemparkan oleh berita virus perenggut nyawa. Seluruh media sosial pun ikut heboh membahas kabar itu.

"Lo tau gak sih di negara lain ada virus baru?" tanya seorang gadis yang baru saja keluar dari lapangan basket. Ia meraih sebotol air mineral yang disodorkan temannya, lalu meminumnya hingga tandas

"Iya, kabarnya udah mulai nyebar ke beberapa negara lainnya juga."

"Belum aja Indonesia kena," celetuk seorang lelaki yang sedari tadi sibuk mengalihfungsikan dasinya menjadi perban di tangan.

"Hust! Nanti kejadian beneran tau rasa lo!" tegur seorang gadis lain di sampingnya.

"Tenang, Indonesia pasti aman."

Di seberang sana, Seorang gadis sibuk membawa tumpukan buku teman sekelasnya dan kuncir rambutnya yang tidak lagi rapih. Hari ini ia mendapat amanah dari guru mata pelajaran terakhir untuk membawakan tumpukan buku itu ke ruang guru.

"Makasih, ya!"

Gadis itu dengan girangnya berlari menuju kelas. Akhirnya, ia akan bertemu lagi dengan kasurnya. Maklum kawan, manusia satu ini gemar tidur.

Bel pulang terdengar begitu nyaring. Seluruh siswa pun berhamburan keluar kelas, bahkan saking senangnya ada yang kepentok ujung meja, awh!

Sedetik kemudian, sebagian dari mereka menghentikan langkah dan menyimak suara yang terpancar dari pengeras suara.

"Diinformasikan kepada seluruh siswa SMA Negeri 3 Merdeka bahwa mulai besok kita akan libur sementara selama dua pekan. Informasi selanjutnya akan kami sampaikan melalui wali kelas masing-masing."

Seluruh siswa semakin girang dan semangat pulang. Perlu diakui bahwa mereka memang butuh liburan di tengah padatnya tugas yang membabibuta.

"LINTANG!!"

Gadis dengan kaos jersey berwarna merah maroon itu berlari ke arahnya. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda menari ke kanan dan ke kiri, persis seperti ekor kuda pada umumnya.

"Pulang bareng, dong!"

"Ya udah, tapi lo yang bawa motor ya? Gue males boncengin jangkung kayak lo."

"Gue juga males naik scooter lo."

"ITU MOTOR BUKAN SCOOTER! MAKANYA PUNYA BADAN JANGAN KETINGGIAN!"

"Lo sih kekecilan," balasnya.

"DENA! Gue sumpahin besok kaki lo patah biar pendek, mampus lo!"

Kedua gadis itu terus berdebat hingga tiba di parkiran.

"Bawa, nih!" Lintang menyodorkan kunci motornya pada Dena. Mau tidak mau ia yang menyetir. Sesekali ia harus jadi tukang nebeng yang sadar diri. Padahal niat awalnya ia ingin dibonceng karena sudah lelah latihan basket hari ini.

"Lin? Besok kita beneran libur atau tetap belajar?" tanyanya di tengah hiruk pikuk jalan raya yang dipenuhi anak-anak pulang sekolah.

"Ha?"

***

Pembelajaran jarak jauh ini dilakukan melalui Whatsapp, zoom meeting, google meet, dan juga google classroom karena sifatnya hanya untuk sementara waktu.

Minggu pertama mereka belajar dari rumah terasa sangat melelahkan. Semua mata pelajaran saling berebut deadline dan minta diprioritaskan. Mereka bilang, semua tugas harus dibawa dua minggu lagi saat kembali belajar di sekolah.

Lintang dan Dena menduga bahwa minggu depan akan ada banyak tugas baru lagi. Jadi, mereka memutuskan melembur semua tugas di hari Sabtu.

"Semoga gak ada tugas susulan lagi. Jadi, besok kita bisa bebas." Begitulah harapan keduanya setelah mengalami tugas yang datang tanpa kenal waktu, seperti diberikan tugas baru diluar jam dan hari mata pelajaran tersebut.

***

Di saat orang lain akan menikmati hujan di sore hari dengan tidur, berbeda dengan dua laki-laki remaja yang menikmati hujan dengan melembur tugas di sebuah kafe langganan mereka.

"Udahan kali, Za. Masih ada besok, kepala lo gak sakit apa belajar terus dari tadi?"

"Tanggung, bentar lagi selesai."

Lelaki itu tetap fokus pada laptop dan buku-bukunya. Sedangkan orang di hadapannya itu sudah merapikan buku-bukunya dan kini menyembulkan asap vapor ke udara. Aroma mangga tercium dengan jelas.

Ia memerhatikan sahabatnya itu dan membuat pertanyaan di otaknya terlontarkan.

"Lo gak pernah mikir untuk pacaran kah?"

"Gak."

"Gak suka sama gue kan, Za?"

Bugh!

Satu buku Reyza melayang begitu saja dan menampar wajah Bagas.

"Kalau gue gay juga gak akan tertarik sama lo."

Tawa Bagas pecah begitu saja. "Santai woi! Lagian lo selalu sibuk belajar. Gak pernah gue liat lo mikirin cewek. Apa mau gue cariin?"

"Cariin aja, tapi jangan protes kalau gue anggurin."

Selama ini Reyza memang belum pernah merasakan fall in love, bahkan untuk sekadar kagum pun sangat jarang ia rasakan. Bagas yang notabenenya teman Reyza dari SD pun sedikit khawatir.

Sahabatnya itu terlalu ambis untuk masa depannya. Bagus sih, tapi bukankah seharusnya ia juga mencoba memberi warna lain dalam hidupnya? Setidaknya warna hidupnya akan lebih bervariasi dari yang sekarang.

"Besok Minggu, lo ada acara?"

"Gue mau istirahat, gak mau diganggu."

"Kalau gitu, lo istirahatnya sekarang aja."

Lelaki itu menoleh sekilas ke arah Bagas yang sedang melihat ke arahnya dengan senyum sumringah. "Biar apa?"

"Hehe, biar besok lo bisa temenin gue ketemu cewe baru."

***

Eyy!
Apa kabar para readers?

Gmn? Jadi keinget sesuatu?

Where are You? - [ END ]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang