Di ruangan dengan nuansa dark arkael terbangun dengan sela yg tengah membuka gorden dan menata kembali peralatan yg berserakan.
"Sekarang di mana? " tanya arkael dengan suara serak khas baru bangun.
"Novel yg pernah anda baca tentu saja. Tugas anda mencari siapa antagonis di sini" ujar sela dengan menyampir kan handuk pada tempatnya.
"Kenapa kamar ini macam kapal pecah" tanya arkael melihat barang barang berserakan. Dengan lihai sela membersihkan semuanya.
"Pemilik tubuh anda yg melakukan nya tuan" sahut nya dengan mengumpulkan buku yg berserakan.
"Ughh... Kapan ini selesai sela? " tanya arkael.
"Lebih baik anda mandi setelah itu saya akan menjelaskan anda berada di mana" arkael berdiri dari duduknya berjalan mengambil handuk yg sela sodorkan menuju kamar mandi.
5 menit berlalu, arkael keluar dengan handuk melilit di pinggangnya, sela yg tengah menata kasur menyirit bingung menatap arkael.
"Anda mandi atau hanya mencuci muka tuan? " pergerakan arkael yg mengambil seragam sekolah terhenti, menatap kesal sela.
"Baiklah saya akan diam" sela pun diam kembali menata nakas kamar itu.
"Jadi? " saat ini arkael ada di depan cermin, sedangkan sela masih menata barang barang yg berserakan, mengumpulkan nya dan memperbaiki yg pecah.
"Anda berada di novel untuk mencari siapa antagonis sebenarnya, nama lengkap anda arkanio febrian. Kali ini anda tidak sendiri tuan, saya akan ikut serta membantu anda, bukan seperti kemarin kemarin saya akan seutuhnya menjadi teman anda" arkael terdiam.
"Baiklah"
"Di dunia ini berbeda, kita tidak di berikan poin atau apa apun yg ada di dunia Pertama. Jadi tuan, kita akan mengandalkan diri kita dan akal" arkael mengangguk kembali.
"Mari turun tuan... Emm.. Atau mungkin mulai saat ini aku akan memanggilmu nama" arka menyirit.
"Apa peran mu dan diriku di sini? " langkah sela terhenti, gadis itu berbalik menatap arka yg masih kesusahan mengikat dasinya.
"Entah, aku sendiri tidak tau, yg aku tau hanya kita yg sepasang kekasih" arka mengangguk menyodorkan dasinya di depan sela.
"Sebagai kekasih, harus membantu kekasihnya yg kesusahan" ujar arka membuat sela mendengus.
"Siap.. Ayoo" dalam Sekali jentikan baju sela berubah dengan seragam yg sama persis dengan arka.
Keduanya turun dan di sambut 2 orang parah baya yg ada di meja makan.
"Pagi son... Tumben bajumu rapih? " ujar sang papah, raka.
"Biar lah mas semenjak ataya jadi pacar arka dia mulai berubah sedikit demi sedikit" sahut wanita yg merupakan mama nya, desi.
"Pagi tante" sapa sela atau kita panggil ataya.
"Pagi girls... Ayo kita sarapan dulu" mereka sarapan dan hanya denting sendok yg terdengar.
"Hari ini jangan berbuat ulah lagi son, papa sudah lelah dengan dirimu" arka hanya mengangguk acuh.
"Nio ga suka sama ucapan om" ujar ataya dengan tersenyum manis, tapi kata itu mengandung peringatan.
"Ah... Ataya, om raka hanya memberi tau Nio sayang" ujar desi mencoba me cairkan suasana.
'Ataya... Bagus juga nama nya' batin arka dengan tersenyum. Ataya yg tau isi batin arka menatapnya dengan angkuh.
'Tentu nama yg indah bukan' sedetik kemudian arka mendengus sebal.
"Kami berangkat" pamit arka menarik ataya pergi.
Sepanjang jalan ataya terus saja menggoda arka membuat pria itu jengah.
"Ayolah sudah... Aku lelah di goda oleh mu" ujar arka dengan wajah tertekan.
"Iya iya... Oh ya, nanti di sana ada nathan, ku dengar pria itu juga meninggalkan natasha"
Ckiitt
Mobil yg di kendarai arka mengerwm mendadak membuat tubuh ataya maju dan dahinya terkantuk dashboard.
"Awwhh... " rintihan itu keluar dari bibirnya.
"Mana yg sakit? Maaf aku terkejut sampai reflek mengerem, kemari" arka meniup luka memar di dahi ataya. Sedangkan gadis itu masih sibuk dengan rasa sakitnya.
"Selama menjadi sistem aku benar benar lupa rasanya sakit" keluh nya sesekali meringis kala arka menekan lukanya.
"Jangan di tekan donk, sakit tau" senyum di bi ir nya terukir sedangkan ataya masih meneliti memarnya.
"Padahal aku hanya bercanda tadi" gerutu ataya menatap depan dengan wajah kesalnya.
Arka mulai menjalankan mobilnya menuju sekolah dengan terus meminta maaf pada gadis di sampingnya itu, namun apa lah saya gadis itu masih tetap membisu.
Sampai di sekolah ataya keluar lebih dulu di susul arka yg mengejar gadis itu. Namun baru beberapa langkah bogeman mentah mendarat di pipinya, membuat ataya berbalik menatap terkejut arka yg tersungkur di aspal.
"Udah gue peringatan sama lo, menjauh dari ataya. Dia milik gue" suara itu membuat arka menatap sang empu. Membaca name tag yg tertera di sana.
Ravindra Alaska
"Santai... Gue ga cari masalah sama lo" ujar arka mengelap bibirnya yg berdarah.
Bugh
Ataya menatap tajam ravin yg kembali memukuk arka.
"Dengan lo berangkat bareng ataya itu udah cukup jelas lo cari masalah sama gue" ujar nya dengan wajah menahan amarah.
Kala ravin kembali akan melayangkan pukulan ataya menarik arka membuat ravin memukuk angin.
"Ada yg sakit? Maaf" ujar ataya dengan menatap kedua sudut bibir arka yg berdarah.
"Ata.... "
"Diam... 1 inci aja kamu maju jangan berharap melihat dunia esok, ayo Nio kita obatin lukamu" ataya menarik arka meninggalkan lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
transmigrasi figuran boy (Completed)
AléatoireArkiel pemuda tampan yg hidup sebatang kara, selama ini dia hidup sendiri tanpa teman atau keluarga, hidupnya yg lempeng membuatnya suka mencari hiburan sendiri seperti mengoleksi novel novel. di umur nya yg 21 tahun arkiel sudah memiliki cafe sendi...