CW // mention of cheating, talking about sexual harassment, harsh word
***
Arumi Bachtiar itu cantik─ bangeeet! Kalau diibaratkan, Arumi bak bidadari yang jatuh dari langit. Tinggi badan rata-rata perempuan Asia, bentuk tubuhnya ramping, rambut panjang cokelat gelap menghiasi wajah oval Arumi.Meski punya paras menawan, tapi kesan awal yang ditangkap dari seorang Arumi adalah peringainya yang sedingin batu es, unapproachable─tidak bersahabat dan sukar untuk didekati. Namun jika seulas senyum hadir hiasi wajahnya, hangatnya mentari pagi bisa kalah dengan lengkung di ranum bibir merah Arumi.
Kemana Arumi melangkah, ia bagaikan sebuah magnet. Auranya mampu curi atensi laki-laki dan juga perempuan, dibarengi puja puji atau cibiran sarat akan kecemburuan sebab paras Arumi yang pantas disandingkan dengan Dewi Aphrodite itu.
Mereka akan menerka-nerka, sosok laki-laki seperti apa yang layak untuk bersanding dengan Arumi? Atau setinggi apa standart yang Arumi berikan agar bisa memenangkan hati perempuan itu? Karna, perempuan secantik Arumi tidak mungkin tidak punya laki-laki yang siap pasang badan jika ada laki-laki lain yang hendak mengganggunya.
Yaa, memang benar. Arumi memang punya pacar. Lebih tepatnya sih, menuju mantan pacar.
***
Malam itu, wajah ayu Arumi nampak merah padam. Alisnya bertaut menciptakan garis-garis halus di dahi. Dadanya bergerak naik turun dalam tempo cepat, napasnya satu-satu sebab emosinya yang tengah meluap dan siap untuk dimuntahkan detik itu juga.
Arumi tidak hiraukan panggilan yang terus menggema memanggil namanya. Dipercepat langkah kaki dengan hentakan yang cukup keras, memperjelas akan amarah yang melingkupi diri. Tidak diperdulikannya tatap keheranan yang datang dari beberapa pasang mata; baik yang mengintip dibalik pintu kamar atau yang berseberangan dengannya di lorong hotel.
"Arumi!" nyaring teriakan itu sama sekali tidak membuat Arumi memperlambat langkah cepatnya. Kaki Arumi pun berhenti tepat didepan pintu lift. Ditekannya tombol dengan kasar secara berulang-ulang, berharap agar segera terbuka dan bawa dirinya lenyap dari hadapan sang-mantan-kekasih.
"Arumi," belum juga pintu terbuka namun lengannya dicekal, buat Arumi menoleh cepat lalu tepis tangan yang mencengkramnya kuat. "Dengerin aku dulu!"
"Apa yang mau dijelasin sih, itu udah jelas banget. " ucap Arumi dengan tatapan mata menyalang. Ia pandangi wajah yang pernah menjadi kesayangannya itu─ wajah yang kini bermandikan peluh yang entah hasil dari mengejar Arumi, atau mengejar sesuatu yang lain, aktivitas yang ia lakukan sebelum Arumi menerobos masuk dan mendapati laki-laki yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun itu tengah bergumul dengan perempuan.
"Logikanya, cowok-cewek di kamar hotel berduaan ngapain? Ditambah aku mergokin kalian completely naked. Kamu sama entah siapapun itu yang ada diranjang sana, entah selingkuhan kamu, entah cewek yang sengaja kamu sewa...
Mata aku ini nggak minus buat liat dengan jelas apa yang kalian lakuin di sana, Lang!" seru Arumi, dua bola matanya bergetar. Ia buang muka, putus kontak mata dengan Galang guna halau bulir air mata yang sudah siap mendobrak ingin keluar jatuh membasahi pipi jika ia terus pandangi wajah yang terkasih.
Cowok ini nggak layak dapet air mata kamu, Rum.
Jangan sampe kamu nangis!
Keheningan yang hadir di tengah-tengah keduanya buat Arumi kian kacau. Meskipun apa yang terjadi di kamar itu tidak dapat disangkal Galang, setidaknya Arumi layak untuk mendapatkan satu alasan logis atas tindakan yang dilakukan Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
heart plus 2 [ jinrene ]
FanfictionArumi secara kebetulan bertemu Marion, laki-laki yang menyelamatkan dirinya dari incaran lelaki hidung belang. Bermula semakin sering pertemuan yang terjadi secara "tidak terduga" itu lah, Arumi dan Marion mulai bertukar kontak jika ingin bertemu. T...