Sol - Bandung and Their Feeling

39 3 2
                                    

Lilian POV

"Berapa lama, Kak?" Aku penasaran dengan apa yang dilakukan Kak Raihan dipagci-pagi buta seperti ini. Saat mama mengatakan bahwa ia akan pergi ke Bandung, tentu aku terkejut. Tidak biasanya Kak Rai tidak bilang.

"2 Hari 1 malam." Jawabnya singkat. Sok cool banget sama adik sendiri juga.

"Ngapain, Kak?"

Hening. Hanya terdengar derap kakinya yang tergesa-gesa. Merasa tidak direspon emosiku semakin tersulut.

"IH, KAK RAI! JAWAB DULU PERTANYAAN LIAN!" Teriakku sekencang-kencangnya. Terbukti, sesaat setelah mendengar teriakanku, gerakan Kak Raihan berhenti.

"RAIHAN, KAMU APAIN LILIAN SAMPAI TERIAK-TERIAK GITU?" Mungkin teriakanku terlalu keras hingga mama mendengar sampai bawah.

"GAK APA-APA, MA." Jawab Raihan tak kalah keras dengan teriakanku tadi. Ini rumah apa hutan.

"Astaga Lian, kamu ini sudah besar masih aja kelakuannya kayak anak kecil."

"Ya makanya pertanyaan Lian itu dijawab. Lagian mau pergi tanpa bilang."

"Kakak mau menghadiri seminar sama operet klasik di Bandung." Kini nada suara Kak Raihan sedikit melemah. Tapi tunggu dulu, SEMINAR? DI BANDUNG?

"Jangan bilang?" tanyaku penuh curiga.

"Iya sama Hillary." Jawabnya santai.

"Berdua aja?" BERDUA?" Tanyaku semakin histeris. Kak Rai sama Hillary berdua ke Bandung? I'm never think about it.

"Memang kenapa? Ada masalah?"

"Ya masalah. Kakak itu cowok, Hill cewek. Pergi berdua, nginep segala."

"Astaga, Lian. Aneh-aneh saja. Kakak sebagai dosen pendamping dia. Lagian kakak sudah tunangan, dan kamu tahu persis hubungan kakak seperti apa." Tidak seharusnya aku memikirkan yang aneh tentang hal ini. 8 tahun Kak Raihan dan Kak Winda, tidak seharusnya aku meragukan Kak Raihan.

"Kan harusnya Kak Winda, kenapa jadi Kak Rai?" Tanyaku melemah.

"Hari ini Winda sibuk ngurusin Event Organizer buat wedding kita, Lian. Jangan ngira yang aneh-aneh deh. Lagian Winda juga yang minta karena gak mungkin kita gak ngehadirin seminar besar itu, dan lebih gak mungkin lagi kalau Hillary ngehadirin acara sebesar itu sendirian, kamu ngerti kan maksud kakak?" Mendengar penjelasannya yang panjang lebar aku hanya mengangguk.

"Bilang kek dari tadi kan Lian gak habisin suara buat teriak-teriak gak jelas." Gerutuku. Aku tahu Hillary akan ke Bandung dari Ken. Mungkin Kak Rai buru-buru hingga tidak sempat membalas ucapanku. Kalau sudah begini, ya mau bagaimana lagi.

"Oleh-oleh ya kak?" Kini aku merayunya dengan segenap hati. Bandung? Kan lumayan kalau dapet oleh-oleh.

"Kakak cuma sebentar, lagian kakak kesana buat kerja, jadi gak ada oleh-oleh."

·        

Author POV

Raihan menjemput Hillary untuk berangkat bersama. Sepanjang jalan suasana hening menyelimuti keduanya, pertanyaan Raihan dijawab seperlunya oleh Hillary.

"Habis ini kita langsung ke grand ballroom hotel, Hill." Kata Raihan memberitahu.

"Iya, Kak." Jawab Hillary.

"Jangan bilang kamu pakai pakaian kayak gini kesana?" selidik Raihan melihat kemeja lengan sesiku, celana panjang jeans, flatshoes, yang Hillary kenakan serta rambut kuncir kuda khas Hillary, tak lupa make up naturalnya.

Way Back Into MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang