Sol - When I See Your Eyes

42 3 0
                                    

Alur agak cepat sedikit, guys. Happy reading.

Author POV

Dering ponsel memecah keheningan dalam mobil Ken. Lilian memutar mata malas melihat nama yang tertera di id caller. Ia menghembuskan nafas kasar sebelum menerimanya.

"Iya Kak Rai, ini juga mau jalan kok." Tanpa mengucapkan halo atau sapaan lainnya, Lilian yang seakan tahu maksud kakaknya langsung menjawab tanpa ditanya.

"Kamu gak lupa kan jam 4 HARUS ada disini. Dan itu artinya 10 menit lagi. On time, Lilian." Cecar Raihan lewat sambungan telepon.

"Bukan berarti Ken harus ngebut dong, kak." Kata Lilian. Ken yang mulai mengetahui keadaan memanas langsung menggenggam tangan Lilian, memberi isyarat untuk meredan emosinya. Karena memang, Raihan paling tidak bisa dibantah.

"Pokoknya kakak mau kamu on time." Jawab Raihan tegas.

"Iya kakakku bawel." Lilian yang kesal memutuskan sambungan ponsel sepihak.

Ken yang menoleh kearah Lian tersenyum melihat tingkahlakunya.

"Gak boleh gitu sama kakak sendiri." Kata Ken lembut.

"Tapi kan gak mesti tiap saat diingetin tentang hal yang sama, Ken. Jadi kesel sendiri kalau gini caranya." Bantah Lilian.

"Kakak kamu masih butuh kamu disampingnya, Lian. Kamu inget kan betapa hancurnya Kak Rai setelah kejadian itu?" tanya Ken pelan.

Lilian memikirkan kata-kata Ken yang menohok hatinya. Ya, Raihan sangat hancur saat meninggalnya Winda sebulan lalu. Raihan menangis tanpa henti dalam diam dipemakaman Winda tanpa mau ditemani seorangpun. Ia sakit melihat kakaknya yang sangat menyedihkan disana. Bahkan sudah sebulan Raihan tidak mengajar kembali di kampus akibat berita ia dan Winda tersebar di kalangan kampus setelah kejadian itu.

Keadaan Rai seperti tidak terawat. Kadang Lilian menemukan kakaknya terdiam sendiri, melamun, tertawa, bahkan menahan tangis. Sudah berbagai cara Lilian lakukan untuk mengalihkan perhatiannya danmengembalikan Raihan kembali seperti dulu. Tapi entah kenapa ia merasa gagal. Satu-satunya hal yang membuat senyum Raihan terlukis dibibirnya adalah melihat Hillary. Akhir-akhir ini Raihan sering mengunjungi Hillary tanpa alasan yang jelas, dan itu membuat Lilian semakin khawatir sekaligus kesal.

Dibalik semua kejadian ini, satu hal yang membuatnya merasa senang, kehadiran Ken disebelahnya. Ia merasa Ken telah kembali seperti dulu.

"Ken, habis ini apa rencanamu?" Lilian tampak mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau ke production house dulu buat rapatin final salah satu aransemen terbaik yang aku punya sama produsernya. Waktu konsernya sebentar lagi dan aku harus serius soalnya ini PH besar bukan main-main. Doain aja ya biar lancar dan kamu harus datang." Jawab Ken tenang sambil menyerahkan sesuatu tampak seperti undangan.

"Apa ini?" Tanya Lilian membolak balikkan undangan yang Ken berikan.

"Astaga Ken! Undangan konser? Namamu! Namamu tertulis disini! Selamat ya!" Lilian senang kaget sekaligus bangga. Dalam waktu yang terlampau singkat, Ken berhasil memulai karirnya.

"Itu berkat dukunganmu juga. Datang ya." Kata Ken tersenyum.

"Iya, Ken aku janji." Jawab Lilian antusias.

"Ken." Panggil Lian lagi.

"Apa lagi, Lian?"

"Kok tangannya gak dilepas dari tadi?" Tanya Lilian malu-malu.

"Lebih nyaman gini." Mendengar jawaban Ken, Lilian tersenyum.

"Atau kamu maunya dilepas?" Tanya Ken menggoda.

Way Back Into MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang