Do - Their Mind, Feeling, and The Truth

39 2 5
                                    

Bukan masalah jika orang yang kamu cintai mencintai orang lain, tapi akan menjadi masalah jika dia mencintai seseorang yang tidak seharusnya dia cintai.

***

Author POV

"Dufan? Jadi hang out kita kesini?" tanya Hillary dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Ken.

"Kamu takut ketinggian?" Tanya Lilian.

Hillary menggeleng.

"Aku sama Ken juga gak berani naik wahana yang terlalu ekstrem kok." Lilian memastikan.

"Terus ngapain kalian kesini?" Tanya Hillary heran.

"Gak tahu, udah langganan saja kesini. Lagian ini tempat cocok banget kalo lagi ada masalah bisa teriak-teriak." Jelas Lilian.

Entah kenapa ini menjadi tempat pilihan mereka untuk menghabiskan waku bersama. Lilian yang awalnya terganggu dengan kehadiran Hillary, kini mulai merasa nyaman dan tampak menikmati. Mulai dari wahana ringan sampai wahana ekstrem tak segan mereka naikki. Meski bukan untuk pertama kalinya bagi mereka bertiga, kali ini terasa berbeda.Sesungguhnya, Hillary tidak takut ketinggian karena tidak bisa melihat. Namun bagi Ken dan Lilian yang sedikit ngeri dengan ketinggian ini menjadi boomerang tersendiri karena Hillary selalu mengajak mereka untuk menaikki wahana ekstrem. Halilintar contohnya.

"Huwekkkk." Halilintar, memang bukan awal yang baik untuk Ken.

"Astaga Ken, kamu gak apa-apa?" Hillary yang merasakan ada yang salah dengan Ken terlihat penasaran.

"Sudah tahu gak bisa naik beginian masih aja dipaksa. Biasanya kalau sama aku, gak bakal mau, giliran sama Hill nurut-nurut aja." Protes Lilian yang khawatir melihat kondisi Ken.

"Ya biasanya kan aku kuat Halilintar, Lian."

"Gak usah sok cowok, deh."

"Eh, sembarangan banget ngomongnya ya." Protes Ken pada Lilian.

"Yaudah sini, aku beli minum dulu. Baru juga sedikit wahana sudah tepar gini." Lilian pergi meninggalkan Ken dan Hillary

"Sorry."

"Santai aja kali, Hill. aku juga sudah biasa dipaksa Lian buat naik wahana-wahana begini." Ken mncoba membuat Hill tidak merasa bersalah.

"Bukan itu."

"Terus 'sorry' buat apa?" Ken mengernyit, tak tahu apa yang Hillary katakan.

"Sorry sudah ganggu acara ngedate kalian."

"Astaga, kirain apaan." Ken terkekeh dengan jawaban Hillary.

"Hmmm, I've to tell you something. It's really important." Sambung Ken.

"Apaan?" Tanya Hillary datar.

"I kissed her."

"WHAT?" Hillary sangat amat terkejut mendengar pengakuan Ken.

"Aku gak tahu apa yang buat aku bertindak sejauh itu. Hanya saja..."

"Hanya saja?" lanjut Hillary dengan tatapan penuh selidik.

"Sedikit sakit saat dia bilang tidak menyukaiku."

"Serius kamu cium dia, Ken? Bahkan dengan status kalian yang gak jelas gini kamu berani cium dia? Dimana? Kapan?" tanya Hillary bertubi-tubi.

"Ini kenapa jadi histeris begini, Hill?"

"Jawab dulu pertanyaanku, Ken."

"Pertanyaannya satu-satu."

Way Back Into MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang