Prolog

642 50 3
                                    

"KAU BILANG KAU MENYUKAINYA!"
Mata merah itu mengkilap tajam dibawah rintikan hujan dan gemuruh petir.
"SEKALI SAJA! APA KAU PERNAH SEKALI SAJA MEMIKIRKAN KESELAMATANNYA?!"

"Aku hanya menyukainya sebagai mainan, Yuuji," sosok besar yg hampir serupa dengan dia yg bersimpuh memeluk tubuh seseorang itu hanya berdiri memandang mereka.

Raut wajahnya memandang sedih pada sosok yg kini terbujur kaku bersimbah darah. Namun karena tingginya ego dan gengsi yg dia miliki, dia terlihat tidak peduli.

"Ini kehidupan keduanya, dan dia kembali berakhir seperti ini," suara itu terdengar bergetar.

"Manusia akan terlahir kembali, jangan terlalu ambil pusing"

"SUKUNA!!!"

Sosok yg dipanggil sukuna itu tampak terkejut dengan energi yg menekan dari saudaranya. Tidak biasanya saudara yg sering dia ganggu bisa semarah ini, hanya karena manusia. Apa yg spesial dari makhluk lemah yg bahkan tidak bisa hidup lebih dari 100 tahun?

Yuuji berdiri sambil menggendong mayat manusia yg berharga baginya.
"Dikehidupan dia yg selanjutnya jangan pernah menyentuh dia!"

Yuuji pergi begitu saja dari istana yg telah menjadi tempatnya tumbuh selama ini. Membawa mayat itu ke suatu tempat yg indah.

Sukuna hanya memandang heran saudaranya. Hanya karena manusia yg dijadikan persembahan itu dia sanggup meninggalkan tempat ini?




















Sudah sebulan saudaranya pergi entah kemana. Berbagai pertanyaan masih berputar di otaknya yg sempit. Namun sebuah ingatan tentang masa lalu mereka tiba-tiba muncul.

"Sukuna! Yuuji! Jangan berantem! Nanti nyonya besar marah!"

Ingatan tentang sosok anak kecil berambut hitam yg lucu itu muncul. Ingatan yg menjadi awal kecemburuan yg menghilangkan nyawa si anak. Ingatan tentang kehidupan pertama si manusia kecil.

"Aku harus mendapatkan dia sebelum Yuuji mendapatkanmya"

















































"Aku harus mengumpulkan kekuatan dan menguasai suatu wilayah agar memiliki tempat untuk tinggal," dia bermonolog sambil terus menatap langit biru.

"Seandainya aku bukan siluman, mungkin kita bisa hidup tenang di sebuah kota kecil. Iya kan, Megumi"
Dia menatap sebuah gundukan tanah yg sepertinya adalah makam dari manusia itu.

Ya, dunia ini adalah tempat di mana manusia dan siluman hidup. Mereka yg lemah akan di hancurkan. Demi menyambung hidup, para manusia itu rela mengorbankan anak tak berdosa sebagai mainan sang siluman.

Yuuji dan saudaranya, Sukuna, adalah salah satu siluman harimau penunggu gunung. Sedangkan Megumi adalah anak desa yg tinggal di kaki gunung itu. Sama seperti manusia lain yg bergantung pada belas kasih siluman penguasa, Megumi diserahkan sebagai sesembahan untuk siluman.

"Megumi, di kehidupan mu yg selanjutnya jangan pernah mendekati Sukuna ya. Kita hidup berdua saja di wilayah ku," dia bangkit dari duduknya.
"Aku akan menjadi lebih kuat dari yg sekarang, aku juga akan mencari wilayah yg bagus. Beri aku waktu untuk semua itu, setelahnya aku akan mencari dan menjemput mu! Aku janji!"







Dia berjanji pada gundukan tanah itu. Entah kapan janji itu akan terpenuhi. Kehidupan rapuh yg dijalani manusia sangat singkat. Mampukah dia? Semoga saja.








TBC





















AUTHOR NOTE:
Akwokwo bukannya namatin buku sebelumnya
Malah bikin judul baru

Kehidupan Selanjutnya (ItaFushi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang