Charlotte berlari kencang menuju telaga jauh di belakang rumahnya. Sekarang adalah dini hari, semalaman Charlotte tidak bisa tidur dan selalu dilanda ketakutan, ketakutannya melebihi ketika dia sedang berlari tanpa arah tengah malam.
"Cyrus!"
Charlotte langsung tertunduk di tepi telaga berteriak pada sosok yang ia pinta tolong.
"Cyrus!"
"Cyrus, tolong aku..." Lirih Charlotte tak berdaya.
Tubuh Charlotte bergetar mengingat kematian yang sebentar lagi akan mendatanginya. Dirinya sudah pernah merasakan kematian menyakitkan sekali, rasanya enggan jika kematian kedua akan datang sedekat ini.
"Kau sepertinya memang benar-benar merindukanku, heh." Cyrus keluar dari pepohonan yang rimbun setelah puas melihat Charlotte yang terus berlarian menyusuri telaga.
Padahal Cyrus tidak berada di pepohonan sejauh telaga dan tak menyangka bahwa Charlotte akan datang secepat ini. Sungguh di luar dugaan, gadis ringkih dan rapuh berlari keluar rumah menuju hutan bebas tanpa alas kaki maupun mantel. Hanya mengenakan baju tidur dan bermodalkan nekat.
Cyrus menghela nafas, melepas mantelnya dan memakaikannya kepada Charlotte. "Kau benar-benar ceroboh--"
"Bawa aku." Charlotte memotong. Gadis itu masih tertunduk di tepi telaga, bersuara tanpa mengalihkan pandang.
Cyrus terkejut kemudian tertawa kecil, "Hei, hei~ Aku tidak bisa melakukannya nona--"
Charlotte meraih kerah leher milik Cyrus dan mengecam pria itu marah, "Bawa aku jauh-jauh!"
Cyrus dapat melihat keseriusan dan penderitaan di dalam binar mata Charlotte yang telah redup, hingga tatapan mata tajam itu mulai melemah putus asa meminta pertolongan. "Cyrus bawalah aku pergi kemanapun, hingga aku tidak ditemukan oleh siapapun," suara Charlotte melemah.
"Aku ingin bahagia!" pekik Charlotte diiringi tangisan putus asa. Gadis itu mulai merosot ke tanah melepaskan cekalannya pada kerah baju Cyrus.
"Kumohon, oh, ya Tuhan."
Charlotte kehilangan kesadaran, karena dia dilanda panik serta kurang istirahat. Cyrus hanya memperhatikan dari atas, menunduk memperhatikan Charlotte yang tampak sangat lelah. Cyrus menyingkirkan rambut Charlotte hingga terlihatlah wajah pucat gadis itu.
"Merawat kelinci memang merepotkan," decak Cyrus menggendong Charlotte pergi dari telaga itu. Cyrus berjalan masuk ke dalam hutan menuju arah yang berlawanan dari rumah pengasingan.
"Kau ternyata berbanding terbalik dari rumornya. Kau penakut, ceroboh, dan cengeng. Padahal aku ingin menjahilimu sebagai mainanku hingga membuatmu tersiksa," Cyrus terkekeh berbicara sendiri sambil melihat wajah lelah Charlotte.
"Tapi ternyata, kau lebih dulu mencuri isi kepalaku tanpa meminta. Sial, wanita licik ini benar-benar kelinci. Kau membuatku ikut tersiksa, heh!" Cyrus mendengus kesal.
Beberapa saat kemudian ia mulai memunculkan senyumnya.
"Kau kelinciku..."
***
Charlotte bangun dari tidurnya, kepalanya berdenyut sakit ketika tubuhnya dipaksa duduk. Matanya masih buram tak jelas melihat ke arah sekitar, dia menyadari sesuatu bahwa tempat tidur serta kamar ini bukanlah miliknya. Charlotte tertegun, ternyata yang terjadi pada malam itu adalah benar.
Mata Charlotte tertuju pada Cyrus yang duduk di kursi sambil tertidur menunduk. Sebilah senyum muncul ketika Charlotte tau bahwa Cyrus benar-benar mewujudkan permintaannya.
"Kau menyelamatkan nyawaku dua kali, " lirih Charlotte haru.
Jika di amati lebih dekat. Wajah tidur Cyrus benar-benar damai dan tenang. Lekukan mata hingga hidung Cyrus benar-benar terlihat sangat indah. Rambut putih berkilauan serta warna bola mata ungu dan alis mata yang tajam, membuat Cyrus makin tampak tegas. Dan Charlotte akui Cyrus memanglah tampan.
Charlotte menggeleng keras hingga wajahnya memerah, "apa yang kupikirkan," gumam Charlotte malu.
"Kau sedang memikirkan ketampananku," celetuk Cyrus memecah atensi Charlotte.
Charlotte mendesis kesal, "Sejak kapan kau bangun!"
Cyrus mengangkat bahu, "Sejak kau mengigau memanggil-manggil namaku lalu melihat wajahku yang tampan dengan sangat intens. Kau sangat suka dengan wajahku, heh."
"Ya, kau tampan.." jawab Charlotte polos.
Cyrus mulai menaikkan dagunya tinggi, percaya diri, seolah hidungnya sebentar lagi akan membesar dan memanjang. "Sudah ku duga, tidak ada perempuan manapun yang tidak terpikat oleh saya tarikku, karena aku adalah titisan dewa--"
"Cyrus, ayo menikah."
"Eh?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Novel Destiny [End]
FantasyLee Soraa hanyalah seorang manusia nolep yang bermimpi masuk ke dalam dunia isekai. Keinginannya terwujud, suatu hari Soraa mati karena asam lambung kronis dan memasuki tubuh seorang wanita di dunia lain seperti yang sudah di dambakannya. "Dari ban...