#10 William

250 47 0
                                    

Charlotte dan Cyrus bergandengan tangan berjalan santai menuju kuil gereja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Charlotte dan Cyrus bergandengan tangan berjalan santai menuju kuil gereja. Entah apa yang menimpa pikiran mereka semalam, mereka benar-benar setuju untuk menikah disertai bersama perasaan yang belum tumbuh dengan benar, Charlotte hanya yakin bahwa Cyrus bisa menjadi orang yang tepat untuknya.

Bagaimanapun, Charlotte masih berharap bisa kembali ke dunia asalnya. Ia yakin, Tuhan hanya ingin memperlihatkan penderitaan Charlotte dan mengirimnya ke dunia novel buatannya sendiri.

Gadis itu melirik ke arah pria sebelahnya, Cyrus terlihat menampilkan wajah senang layaknya anak kecil, Charlotte menjadi penasaran bagaimana dan mengapa Cyrus sangat tertarik padanya?

"Cyrus, berapa umurmu?" celetuk Charlotte penasaran.

Cyrus tidak menjawab apapun, bahkan tidak menoleh pada Charlotte sedikitpun. Seolah pria itu sengaja menghindari pertanyaan dari Charlotte. Hal tersebut membuat Charlotte sedikit kesal karena merasa dipermainkan.

"Kau tidak menjawabnya." Charlotte memasang wajah masam.

Cyrus menoleh, disertai tawa kecil menanggapi, "Kalau kau tahu, kau tidak akan menikahiku?"

"Kalau begitu darimana asalmu? Keluargamu? Aku tidak bisa bukan, menikahi seorang pria yang tidak ku kenal dengan baik." Charlotte mengangkat dagunya, menyindir telak tepat sasaran pada Cyrus.

Cyrus menghela nafas panjang, berpikir sejenak bahwa ucapan Charlotte ada benarnya, sebelum akhirnya menjawab. "Sejak kecil aku tinggal di sebuah menara, aku tidak tahu apapun tentang orang tuaku. Aku tinggal bersama pria tua yang mengajariku sihir, dia bukan saudara ataupun keluargaku. Dia pernah bilang, kalau aku diambil dari dunia lain."

Charlotte mengernyit, "Ha?"

'Dunia lain yang mana? Aku baru ingat, bahwa aku tidak pernah menulis karakter seorang penyihir, apakah ini penyimpangan alur? Ataukah kelanjutan alur yang tak tertebak?' Charlotte berpikir keras sejenak.

"Ya, oleh sebab itu aku tidak tahu pasti berapa umurku. Guruku bilang, dia memungutku dari dunia lain dan merawatku di dunia ini. Awalnya aku tidak paham, namun sekarang aku paham apa yang diucapkan oleh guruku. Setelah dia meninggal, aku mulai keluar dari menara untuk belajar hal baru dan sampai akhirnya aku bertemu denganmu dalam perjalanan menuju Siberian." Cyrus tersenyum menatap Charlotte dalam dan penuh arti.

"Aku membunuh Alphen, karena dia menyukaimu. Aku penasaran bagaimana menyukai seseorang. Jadi, aku ingin berubah menjadi Alphen." Cyrus tertawa membuat Charlotte mengernyit dan merinding.

'Apa aku salah orang?' batin Charlotte ragu.

"Emm, hidupmu sulit," tanggap Charlotte bingung.

"Ya hidupku memang berantakan, tetapi akhirnya aku menemukanmu," gumam Cyrus penuh arti.

Charlotte dan Cyrus telah sampai di kuil gereja, dengan perasaan tegang mereka masih berdiri di depan pintu gereja. Charlotte menggenggam tangan Cyrus erat seolah ini adalah hal paling menakutkan. Cyrus tersenyum, menatap Charlotte lembut. Gadis itu selalu terlihat lucu dalam kondisi apapun, terlebih dalam keadaan takut.

"Oh, kita belum menyiapkan cincin pernikahan," celetuk Cyrus mengingat-ingat.

Charlotte tersentak, "Benar, aku melupakan bagian penting itu!" wajah gadis itu langsung berubah pucat.

"Kita benar-benar bodoh!" tutuk Charlotte pada dirinya sendiri.

Cyrus mengambil tangan Charlotte dan mengecup punggung tangannya. Charlotte menaruh atensi pada aksi Cyrus yang mampu membuat hatinya menghangat dan ketegangan menjelang pernikahan hilang begitu saja. Cyrus membelai rambut Charlotte dan menyingkirkan anak rambut yang mengganggu.

"Rambutmu sangat indah dalam bentuk ini, setiap kali aku melihatnya. Aku mencintainya," bisik Cyrus lembut tepat di depan telinga Charlotte.

"Cyrus!" Wajah Charlotte langsung memerah padam setelah digoda, Cyrus hanya tertawa melihat reaksi lucu yang dibuat oleh Charlotte.

"Baiklah, aku akan membelinya, tunggulah di gereja ini sebentar saja. Aku berjanji akan kembali dan berjanji akan menikahimu." Cyrus mengecup punggung tangan Charlotte cukup lama sebelum akhirnya pergi.

Charlotte mengangguk dua kali, menunduk menyembunyikan semburat pipinya yang terasa panas.

"Cepatlah kembali..." cicit Charlotte malu.

Cyrus tersenyum puas, mengangguk dua kali dan langsung berlari menuju pasar untuk mencari cincin pernikahan mereka. Charlotte hanya diam melihat kepergian Cyrus, akhirnya memilih masuk ke dalam gereja seraya berdoa pada Tuhan, menghabiskan waktunya di disini sambil menunggu calon suaminya datang.

"Tuhan, sepertinya aku menyukainya, aku tidak yakin dia adalah lelaki yang tepat untukku. Tetapi, jika kami memang takdir, maka dekatkanlah." Charlotte menggenggamnya kedua tangannya di hadapan sebuah patung.

"Aameen."

Suara seorang pria menyeletuk, memecah konsentrasi kekhusyukan Charlotte dalam berdoa. Mata Charlotte melebar, tubuhnya bergetar ketika mendengar suara yang sangat ia kenali itu. Bagaimana bisa pria itu bisa sampai ke tempat ini?

Charlotte tetap menunduk dan mengepalkan tangan, kembali berdoa kepada Tuhan bahwa jawaban atas takdirnya tidak benar. Bisa saja suara tadi hanya imajinasinya.

"Tuhan, kumohon..."

"Charlotte kau tidak merindukanku? Aku jauh-jauh mendatangi tempat terpencil ini hanya untuk mencarimu. Ku dengar kau kabur bersama seorang Pria?"

Langkah kaki mulai mendekat, ketukan demi ketukan langkah kaki terdengar jelas hendak mendekatinya. Charlotte bisa merasakan keheningan lebih dalam sampai suara detak jantungnya berdegup kencang bersamaan langkah kaki itu.

"Ku kira kau akan merengek dan memohon kepadaku? Aku kecewa," ulas balik Pria tersebut.

Suara pria itu sangat dekat, nafas Charlotte tercekat ketika sebuah tangan menyentuh rambutnya dengan begitu sensual, lehernya tergelitik karena sentuhan-sentuhan menggoda itu. Charlotte membeku, ingin menolak tetapi rasanya seperti tersengat listrik. Tubuhnya tak bisa ia gerakkan!

"Rambut pendek, hm? Ini tidak cantik." Tangan pria itu terlepas.

"Charlotte lihatlah aku, sampai kapan kau akan menghindariku? Aku tunanganmu..." Tangan besar dan dingin itu kemudian bergerak kasar menyentuh dagu Charlotte untuk melihat ke arahnya. Sebuah senyum miring terpampang jelas di wajah Pria yang Charlotte takuti.

Tubuh Charlotte sudah bergetar hebat. Orang yang paling tidak ingin ia temui sekarang berada di hadapannya. Seharusnya Charlotte tidak menganggap remeh isi kepala William.
Karakter yang telah dia tulis dengan sepenuh hati ternyata adalah seorang psikopat gila!

Padahal, Charlotte pikir William sudah bahagia bersama Tifana dan melupakan keberadaannya. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

"W-will--"

"Kau bonekaku, kau seharusnya tidak boleh kabur dariku," tekan William dengan senyuman iblisnya.

"Selamanya..."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

HOHO😮👆
Tim sapa nih?
Psycho William
Atau mas2 sirup tengil Cyrus?

My Novel Destiny [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang