29

2.3K 192 1
                                    

Mata bulat dengan wajah yang sedikit pucat itu mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya jendela dari ruangan kosong entah dimana dan ruangan apa.

Haechan, setelah menyesuaikan cahaya itu, segera ia melirik-lirik sekitarnya, dan ia berada di ruang yang tak ada benda apapun.

Hanya ada dia, dan kursi yang ia duduki.

Sontak dirinya langsung berdiri dan bergerak, namun tak bisa. Ah, tangan nya terikat disetiap sisi tangan kursi.

“anjing.” gumam Haechan.

Haechan celingak-celinguk mencari ponsel miliknya disekitar celana training miliknya.

Ia mendapatkan nya, tapi bagaimana cara mengambil nya?

Sontak Haechan tersenyum, ia mengangkat kedua kakinya yang terikat mendekati tangan sebelah kanan.

Telapak tangan nya bergerak berusaha meraba dan membuka saku celana nya yang tertutup oleh kancing.

Menghabiskan waktu 3 menit, ia sudah menggapai ponsel itu. Segera ia menghubungi seseorang.

Shindong.

Tapi, baru saja dirinya menekan tombol call, suara pintu terbuka lebar menampakkan seseorang bertubuh tegap, dengan sigap ia menyembunyikan ponselnya.

***

“Donghae, tolong periksa ini.” ujar lelaki berumur kepada kawan se partner nya yang juga berkerja dengan pekerjaan yang sama dengan nya.

Donghae yang mendengar hal itu langsung melirik dan mengambil salah satu berkas yang di berikan kawan nya itu, Shindong.

“ka--”

drrtt

drttt

drrtt

Panggilan dari ponsel nya terdengar dengan dering sedikit nyaring membuat Donghae yang tak jauh dari nya juga kembali menoleh melirik Shindong.

“haechan?” gumam Shindong, segera ia mengangkat panggilan ini dan menyalakan speaker ponselnya, lalu meletakkan dimeja dan mulai mengerjakan tugas nya lagi

“ada apa Haechan?” tanya Shindong sambil menulis beberapa dikertas.

tak ada jawaban, disana hanya ada samar-samar.

“haechan???”

ttakk!!

Tak ada jawaban, melainkan suara hempasan benda.

Shindong sontak menghentikan gerakan nya dan menatap ponsel miliknya, ia menatap Donghae yang tadi nya menegur nya dengan siulan pelan.

“jangan berisik.” gelagat Donghae dengan tangan nya seakan paham apa yang terjadi di seberang sana.

Segera Donghae mendekati kawan nya dan mengambil alih ponsel itu, tak lupa menyalakan rekaman agar telepon itu ter rekam dan tersimpan.

“ada apa?” tanya Shindong tanpa suara, ia paham. Tapi ia tak tau apa yang terjadi.

Baru saja ingin menjawab, ada suara samar-samar dari panggilan itu.

“bersiap menerima kekalahan, Seo?”

Sekilas terdengar, Shindong dan Donghae tak tau siapa seseorang yang tadinya berbicara.

“grandma, grandma ria?! dimana dia?”

“BISU LO? JAWAB BANGSAT!”

teriakan Haechan terdengar, yang tadinya samar kini semakin terdengar jelas.

Hingga suara ringis an dan pukulan pun terdengar membuat Keduanya kalang kabut berusaha mencari lokasi.

“seharusnya kamu ga muncul, Haechan!”

“kamu bikin adik saya hancur!”

“TERUS MAU LO APA?!”

lagi-lagi suara teriakan Haechan terdengar.

“pilih Maria, Hendery dan Mark yang menjadi korban nya atau menikahi anak ku dan menyerahkan semua harta mu kepada dirinya?”

Donghae yang tadinya fokus melacak, meringis tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangan dari laptop nya, ia meringis ketika mendengar pilihan yang membingungkan itu.

“ogah gue nikah sama anak lo. Bapak anak 11 12, yakin gue.”

“sialan kamu bocah! secara ga sengaja kamu membiarkan 3 orang itu menjadi sasaran saya?”

“gada yang bilang gitu.”

BRAKK!

terdengar suara rintihan dari Haechan, Haechan ditendang membuat dirinya kesakitan, untungnya ia tak terjatuh dengan diri yang masih terikat.

“pilih, atau saya lakukan keduanya.”

Tak ada suara lagi yang terdengar.

“gue.”

“jangan pernah lo sentuh 3 orang itu, dan silahkan lakukan apapun yang lo mau di diri gue. Mau harta atau apa, jangan sampai 3 orang itu luka sedikitpun, atau lo tinggal nama doang.”

Kalimat itu, tepat pada Donghae yang berhasil mendapatkan lokasi itu. Segera keduanya pergi, tak lupa menghubungi beberapa anak buah kepolisian untuk segera menuju tempat itu.

***

“lepasin mereka, ambil harta gue, ambil semuanya. Gue rela ngegantiin mereka” ujar Haechan, lirihan itu membuat Hyesung semakin merasa menang, ia berhasil membuat Seo Haechan menunduk

“ide bagus, ga buruk. Saya terima.” ujar Hyesung tanpa berpikir panjang dan meraih ponselnya segera menghubungi seseorang.

“bawa maria ke masion Seo, secepatnya. Dan kirimkan surat tadi yang ku beri kesinj”

satu kalimat sudah cukup bagi Hyesung untuk memberi tahukan kenapa salah satu pengawal nya.

Hyesung meraih kursi dan duduk tepat berhadapan dengan Haechan yang masih setia menunduk dan memejamkan matanya, tak lupa dada yang turun naik seperti menetralkan nafas.

“siap untuk mati, Haechan?” ujar Hyesung sambil memutar-mutar pistolnya

Haechan mendongak menatap Hyesung tajam, lalu ia bersuara “sebelum lo bunuh gue, jawab pertanyaan gue.” ujar Haechan sambil menahan amarahnya

Ia tak perduli soal sopan santun, lelaki yang sedang duduk santai dihadapan nya kini tak perlu di baiki.

Hyesung tak menjawab cepat saat mendengar permintaan Haechan, setelah nya ia mengangguk dan memasukan peluru kedalam pistolnya.

“jelasin, niat lo apa dan kenapa lo nekat gini. Udah tua banyak gaya mau balas dendam.” ujar Haechan dengan kalimat terakhir yang diucapkan pelan.

Hyesung lagi-lagi terdiam, tak menjawab langsung ucapan Haechan.

Ia masih bingung soal niat nya melakukan hal ini, sedangkan balas dendam nya sudah tertuntaskan oleh adik nya, Jihyun.

ACTUALLY OR TRUTH - MARKHYUCK [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang