Renjana Manutranggana berjalan dengan santai memasuki gedung setinggi 25 lantai yang berada di tengah kota Jakarta. Gedung ini milik Archa Group dan merupakan sentral dari seluruh kegiatan perusahaan mereka di Asia. Archa Group ini merupakan perusahaan multi-nasional dalam berbagai sektor terbesar kedua di Asia.
Kapan terakhir kalinya Renjana menginjak gedung ini?
Rasanya sudah terlalu lama hingga ia lupa kapan pastinya. Namun di kepalanya masih teringat jelas dulu setiap ia berada disini, Marsel akan segera menyambutnya. Semua atensi karyawan akan berpusat padanya dan membisikan kalimat yang pada saat itu membuat Renjana hanya bisa menampilkan senyum miringnya, 'Renjana beruntung bisa menikahi Jeehan.' Boss mereka, pewaris tunggal sekaligus menjabat sebagai CEO Archa Group.
Berbeda dengan dulu, kali ini ketika ia masuk bukan lagi senyum ramah yang menyambutnya. Melainkan senyuman penuh tanya dan ingin tahu besar. Saat menghampiri meja tamu yang berada disana, Felicia Lim, Renjana masih mengingat wanita itu dengan jelas. Mata wanita itu menyipit ketika menyadari kehadiran dirinya. Felicia berdiri dan menunggu dirinya tiba hingga di depan meja.
"Selamat siang, apa anda telah membuat janji dengan Pak Ardichandra?"
"Bilang sama Benji kalau mantan suami Jeehan ada disini."
"Maaf... perusahan kami ada SOP yang harus diikuti."
Renjana maju selangkah, memperhatikan busana wanita itu dari atas sampai bawah. Kuno, jelek, murah. Ia mengasihani pilihan fashion wanita itu untuk beberapa detik.
"Bloody hell, sekarang kamu bilang ke Benji atau saya telepon Marsel?"
Well, ancaman membawa nama Marsel tidak pernah gagal. Karena wanita itu langsung mengangkat gagang telepon di atas meja.
Dua tahun telah berlalu, namun debaran jantung Renjana tidak bisa berdetak dengan normal saat ini. Calm down Renjana, you can do this. Just do it exactly what you always do. Bisiknya dalam hati.
Lebih baik berfokus pada tujuan utama mengapa ia datang kemari adalah hal terpenting. Di dalam map yang saat ini di peluk oleh Renjana ada rancangan proyek kontrak kerja sama terkait pembuatan kosmetik dan skincare. Hal ini sudah pernah dibicarakan antara Papinya dan Jeehan sendiri sebelumnya. Kemudian Papinya dengan tidak merasa bersalah meminta Renjana untuk membantu menjadi bagian dari proyek ini.
'Papi kurang ngerti sebenarnya. Kamu pasti ngerti kan? Kamu tolong urus proyek itu. Papi mau urus pembangunan pabrik minyak sawit dulu.'
Terus ketika Renjana menolak jawaban papanya.
'Kalian hanya cerai kan? Bukan musuhan kayak artis-artis Hollywood itu? Papi percaya sama kamu.'
Hanya dalam beberapa menit perdebatan mereka, Renjana akhirnya merasa kalah dan menyerah. Ia masih belum bisa mengalahkan papinya dalam berdebat terutama jika menyangkut topik ini. Belum lagi kalimat akhir yang papi nya ucapkan seakan menaruh harapan besar tidak kasat mata di pundaknya.
Renjana terlalu hanyut dalam pikirannya sampai tidak menyadari Benji sudah berdiri di sampingnya dengan raut wajah gembira.
"Kak Renjana, gue udah lama gak dengar kabar kakak sama sekali."Pria dengan tinggi menjulang itu tersenyum hangat dan memberikan pelukan yang cukup erat. Renjana ikut tersenyum.
"Gue stay di London."Renjana membalas pelukan hangat Benji.
Benji mengangguk pelan, "I see, London sudah seperti kampung halaman yah kak?"
"Tepat sekali. Santai aja ya Ji, jangan terlalu formal. Kayak biasa aja."Balas Renjana. Benji umurnya dua tahun lebih muda darinya. Kemudian pemuda itu mendorong bahunya menuju arah lift yang Renjana kenali memiliki akses langsung ke lantai dimana ruangan kerja milik Jeehan berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry
FanfictionRenjun tahu persahabatannya dengan Jeno sudah berakhir sejak kedua keluarga mereka merencanakan pernikahan untuk mereka. Sebuah fanfiksi dari penggemar. Dituliskan tanpa berniat untuk menjelekkan pihak manapun. Segala hal dalam tulisan ini sama sek...