Bab 10 - Cerita dulu (Benji)

287 51 5
                                    

Keesokan harinya sekretaris pribadi Jeehan benar-benar datang ke rumah Renjana disaat dirinya sedang melepas stress dengan berenang. Pemuda itu terlihat jauh lebih tinggi dari yang selama ini Renjana pikirkan, dan lebih muda. Benji, sebagaimana Renjana mengenalinya berjalan mendekat ke pinggir kolam renang dengan malu-malu.

"Halo kak Renjana. Aku diminta Pak Jeehan untuk kesini."Anak itu tersenyum dengan cara yang lucu. Tutur katanya pun sopan masuk ke telinga dengan suara beratnya.

"Benji yah?"Renjana cuma basi-basi. Soalnya ini pertemuan perdana mereka secara person to person.

Mata Renjana menyipit. Masih di dalam kolam renang, ia mengamati Benji lebih seksama lagi. Merasa diperhatikan, si jakung itu melambai pelan. Lalu tertawa salah tingkah. Renjana ikut salah tingkah. Salahkan rabun jauhnya yang tanpa sengaja mengekspos dirinya yang sedang menilai penampilan Benji secara terang-terangan.

Perlahan Renjana keluar dari kolam renang. Kemudian meminta Benji untuk menunggunya sebentar di ruang tamu selagi dia berganti baju.

Hanya sekitar lima belas menit, Renjana sudah bergabung di ruang tamu. Dia memergoki Benji yang mengamati rainbow cake yang di suguhkan padanya.

"Enak ga?"Tanya Renjana merasa lucu dengan tingkah sekretaris Jeehan ini.

Dengan wajah serius Benji mengangguk, kembali mengamati kue di atas piring kecil itu dengan seksama. "Ini kuenya dibuat bagaimana kok bisa warna-warni?"Benji seakan melupakan tujuan utamanya. Ia kini sepenuhnya penasaran dengan kue pelangi itu.

"Dipanggang satu-satu dulu. Nanti baru disusun satu-satu."Renjana menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi Benji. Serius, Renjana sudah beberapa kali melihat anak itu dari video call, foto-foto kiriman baik dari Marsel atau Jeehan dalam beberapa bulan terakhir, namun melihatnya secara langsung terasa sangat berbeda.

"Sorry kak, aku malah gak fokus."Akhirnya Benji mengingat alasan kedatangannya.

"Ga apa-apa. Kalau Benji mau tambah kuenya, atau mau minum yang lain bilang yah."Ucap Renjana karena menyadari Benji terlihat menyukai kudapan-kudapan manis yang disuguhkan padanya kini.

Jempol Benji terangkat naik. Wajah anak itu tiba-tiba berubah serius, "Aku kesini disuruh pak Jeehan buat lihatin dan jelasin beberapa aset, dan laporan perpajakan..."

Tangan Benji meraih tas tentengan yang berada tidak jauh darinya. Ia mengeluarkan beberapa dokumen dari sana. "... Sebelumnya kata pak Jeehan, kalau kak Renjana mau detailnya boleh nanti hubungin kak Marsel lagi."

Keduanya memang tidak begitu canggung satu sama lain. Soalnya di beberapa kesempatan sebelumnya sudah banyak melakukan berinteraksi lewat telepon maupun chat.

"Oh masih Marsel yah yang urusin beginian?"Renjana sedang membayangkan betapa beratnya kerja Marsel.

"Bukan kak Marsel, tapi masih pakai firma kak Marsel. Kalau ngga salah namanya Pak Kristo."Tangan Jisung sibuk memilah dokumen, sedangkan kepalanya aktif memilah ingatannya.

Renjun mengangguk, "Christopher? Oh oke. Ngomong-ngomong Jeehan memang bilang kamu mau datang. Tapi ga nyangka kalau datangnya hari minggu. Soalnya ini hari libur."

Rasa bersalah malah menyelimuti Renjana saat Benji menampilkan wajah memelasnya. Seakan Renjana baru saja mengungkit topik yang selama ini Benji tahan-tahan.

"Harusnya Pak Jeehan ikut kesini. Tapi tiba-tiba ada panggilan buat main golf sama direksi-direksi yang lain. Makanya aku sekarang sendirian. Kak Renjana tahu kan gimana Pak Jeehan."

Lucu. Wajah Benji berubah menjadi sedikit kesal. Pipinya menggembung kecil, bibirnya maju sedikit tanpa disadari. Renjana ikut terbawa suasana membicarakan calon suaminya itu.

CherryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang