Memasuki hari ke lima kondisi Renjana mulai membaik. Neneknya Devira datang menjenguk. Tidak hanya menjenguk, wanita itu datang membawa beberapa list yang harus Renjana isi perihal persiapan pernikahannya. Meskipun Yoshua sudah memperingati ibunya untuk fokus dulu pada penyembuhan Renjana, namun Devira mengingatkan pernikahan yang sudah di depan mata. Janneth juga datang berkunjung belakangan, Wanita itu benar-benar sosok ibu yang sangat Renjana sayang. Iya sayang saja wanita baik hati ini adalah ibu dari Jeehan, bukan dirinya.
Hari kedelapan, stok obatnya ditambah. Dokter bilang ia masih harus beristirahat penuh sampai hasil darahnya keluar lagi hari ini. Sejujurnya, Renjana mulai merasa bosan dengan pil-pil pahit dan situasi kamar rawatnya. Hesa selalu menemaninya kok, tapi pria itu lebih banyak duduk di sofa untuk bekerja jarak jauh.
Jeehan dan Marsel tidak pernah nampak untuk berkunjung lagi. Kabar yang ia terima dari Jeehan dari video call mereka semalam, mereka sekarang ada di Kalimantan. Mengurus perkebunan kelapa sawit yang baru diakusisi oleh perusahaan Ardichandra. Padahal Renjana ingin berdiskusi perihal pernikahan mereka, tapi melihat wajah letih Jeehan akhirnya ia urungkan.
"Sa, gue pengen Spicy Chicken McD deh."Kata Renjana dengan datar, tangannya gonta-ganti preview series di Netflix. Matanya pun tidak beralih dari layar TV.
"Lo jangan aneh-aneh,"Hesa kapok. Tidak mau mengulangi kebodohan yang sama. "Noh makan nasi hainan dari rumah sakit. Sama-sama ayam, kan?"Fokus Hesa teralih sepenuhnya pada Renjana.
"Bloody hell. Rasanya kayak kekecewaan. Enakan nasi hainan di kantin sekolah gue dulu di UK."Renjana dasarnya bukan pemilih makanan. Cuma dia memang sedikit picky soal rasa. Apalagi semenjak sakit, semua makanan katanya seperti 'Bloody Hell'.
Hesa menghela napas, kalau begini akan susah membujuk Renjun untuk makan. Melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, Hesa sadar kalau jadwal minum obat selanjutnya sejam lagi.
"Apa aja deh. Tapi jangan McD. Lo masih mau lama-lama disini?"
"Gak lah."
"Makanya yang lain."
"Nasi padang yang di dekat kantor lo enak juga tuh."Mata Renjana berbinar. Tangannya berhenti mencari series apa lagi yang bisa ia tonton di Netflix.
Hesa mendecih, "Lo yang bener aja anjir. Gak ah, skip. Pedas itu. Gue pesenin yang lain aja."
...
"Sa... Air sa..."Hesa berdiri mengambilkan botol minuman baru pada Renjana yang keringat tidak berhenti mengucur deras dari dahinya.
Tidak lupa, pria itu juga mengambil untuk dirinya sendiri. Ia kembali duduk bersila di depan meja sambil memakan ayam pop menu andalan nasi padang depan kantornya.
"Pedes juga sambel tahunya."Renjana dengan cepat meneguk hampir seperempat air botol.
"Ga salah emang anjir nasi padang depan kantor."Kata Hesa menikmati makan siang kelewat sore mereka.
Pendingin ruangan di matikan, balkon dibuka, dan layar TV berganti jadi beranda YouTube tentang berita terbaru.
"Si Jeehan itu sibuk banget yah?"Tanya Hesa sembari menyuapi kembali kentang perkedel ke dalam mulutnya.
Renjana mengangguk, namun sedetik kemudian berhenti dan menaikkan kedua bahunya tanda tidak tahu. "Ga tahu, kayanya emang sibuk banget."Balas Renjana acuh. Dirinya sibuk menikmati Nasi Padang daging rendang dan tahu sambal miliknya.
Pembicaraan mereka berhenti lagi karena keduanya sibuk menikmati makanan mereka. Sebenarnya Hesa mau tahu lebih banyak. Tapi rasanya tidak sopan untuk menanyakan yang bukan ranahnya. Sejak menjadi sekretaris pribadi Yoshua Manutranggana, Hesa belajar pentingnya untuk tidak terlalu ikut campur dengan apapun itu. Menjauhkan diri, serta memisahkan urusan pekerjaan dan pribadi. Apalagi usianya yang masih muda sering membuatnya dipandang sebelah mata, juga sasaran empuk orang-orang yang ingin posisinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry
FanfictionRenjun tahu persahabatannya dengan Jeno sudah berakhir sejak kedua keluarga mereka merencanakan pernikahan untuk mereka. Sebuah fanfiksi dari penggemar. Dituliskan tanpa berniat untuk menjelekkan pihak manapun. Segala hal dalam tulisan ini sama sek...