Rain

4 0 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, aku dibangunkan oleh sinar mentari yang menyelinap melalui jendela kamar. Ketika aku melihat sekeliling kamar, aku melihat El tertidur di sofa kamar. Aku bersandar di tembok, sembari menunggu nyawaku terkumpul. Tanpa disengaja tatapan ku terpaku memandang wajah El yang membuat jantungku berdegup kencang. Sontak aku memalingkan perhatian ku, saat aku melihat matanya yang perlahan terbuka. Kita saling memandang beberapa saat yang membuat jantungku berhenti sesaat.

“Baru bangun?” Tanya El.
“Iyaa. Kok lo tidur di sofa? Gak pegel punggungnya?”
“Lumayan sih” Jawab El.
“Terus kenapa ga tidur di kamar aja?” Tanya El.
“Jagain lo lah.. Siap-siap sana, habis itu kita cari makan” Ujar El.
“Lo ga sekolah?”
“Gak, gue izin” Jawab El.
“Hah?”
“Gue tunggu di bawah ya, cepet, ga pake lama!” Ucap El.

Aku langsung siap-siap, mandi, skincare-an, karena mau pergi berdua sama El. Setelah sudah siap, aku langsung turun ke bawah, kakiku masih terasa sakit saat menuruni tangga, jadi harus perlahan. El yang melihatku kesulitan, langsung menghampiriku dan berkata,
"Sini naik" Ujar El dengan posisi siap menggendongku.

Aku langsung mengikuti perintah El untuk naik di punggungnya.
“El gw berat ya?” Ujar Eir.
“Berat bangetttt...” El menjawab dengan candaan.
“Ishh… Awas lo ya!” Ancaman Eir sambil menanggapi candaan El.

Sesampai kita di mobil, El dengan sigap membukakan pintu untuk ku, kemudian kita langsung berangkat ke salah satu tempat bubur ayam di daerah Cibubur. Cukup jauh dari rumah menuju tempat bubur ini.
“Makan di mobil aja yaa, Eir. Biar gak susah.” Ucap El.

Aku hanya mengangguk, walaupun sebenarnya enak makan di tempat. El langsung mengantri dan aku hanya menunggu bubur itu datang padaku sambil mendengarkan lagu. Ketika bubur sudah jadi, El langsung ke mobil memberikan 2 bubur ayam beserta kerupuk, 3 tusuk sate telur puyuh dan 2 sate usus. El langsung mencari parkiran yang nyaman, untuk kita makan. Seru sekali rasanya, bercerita hal-hal random sambil mendengarkan lagu slow dan makan, sesuatu hal yang sangat aku suka. Kita tidak langsung pulang, kita jalan-jalan dulu, keliling Kota Jakarta, sampai langit terlihat mendung dan gerimis. El langsung berhenti di minimarket, dia langsung turun begitu saja tanpa berkata sedikitpun. Ternyata dia membeli minuman dan beberapa makanan manis dan juga asin. Sehabis dari minimarket, El langsung pergi menuju taman dekat rumahku. Tidak lama kemudian hujan turun, aku suka sekali melihat hujan di taman. Dulu waktu aku SMP kelas 1, aku bermain hujan di taman ini, karena terlalu senang, aku sampai terjatuh dan mendapatkan luka kecil di lutut ku.

Hujan adalah cara alam untuk menambahkan kilaunya di luar ruang. Seperti langit yang terbuka setelah hujan, kita harus bisa membuka diri. Belajar untuk mencintai diri sendiri apa adanya, sehingga dunia dapat melihat kita bersinar. El sangat tahu, bahwa aku ingin bermain hujan, tapi kakiku tidak memungkinkan untuk bermain, jadi hanya bisa melihat hujan saja.

“Main hujannya kapan-kapan yaa, soalnya kaki kamu lagi sakit.” Ucap El.
“Iya, aku tau kok.” Ujarku.
“Aku penasaran deh, Kenapa kamu suka sekali dengan hujan?” Tanya El.
“Hmmm… Mungkin mulai dari irama, suara, hingga setiap tetes hujan yang jatuh, membuatku merasa tenang. Begitu juga dengan aroma hujan dan sensasi air yang jatuh menyentuh kulit ku, membuatku bahagia.” Jawab ku.
“Di saat aku memiliki masalah atau sesuatu hal yang membuatku tidak tenang, aku ingin berjalan di derasnya hujan, agar tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa aku sedang menangis.” Sambungku sambil tersenyum.
“Sebegitu mendalamnya arti hujan untuk kamu yaa, memang kamu lagi ada masalah, Eir?” Ucap El.
“Enggak ada sih, hanya saja aku lelah menjalani hidup ini. Tidak tau kenapa, aku selalu saja menangis di malam hari, jika aku tidak bisa tidur.” Kataku.
“Ada yang mengganggu pikiran kamu?” Tanya El.
“Gak ada sih, hanya ingin menangis saja. Lagian kalau aku ada masalah, aku bisa kok sendiri” Jawabku.
“Ehmm.. Aku juga bisa kok menemani kamu, agar tidak sendiri.” Ucap El.

Perkataan yang ku dengar dari mulut El,  menyentuh hatiku dan membuatku tersenyum. Tidak terasa hari sudah gelap, aku dan El langsung bergegas membeli makanan untuk papa dan mamanya El, setelah itu kita pulang. Sesampainya di rumah, Aku, El,  Tante Clara dan Om David makan bersama sambil bercerita dan canda tawa di meja makan. Aku sering iri dengan kehidupan El, dia jauh lebih sering bertemu kedua orang tuanya dibandingkan aku. Lebih banyak kasih sayang yang aku rasakan di keluarga ini. Keluargaku memang utuh, papa dan mama juga sayang padaku, tapi mereka jarang meluangkan waktu untukku, makan bersama di meja makan saja bisa di hitung.
Hari ini aku senang sekali, menghabiskan waktu bersama El dan hujan. Aku pikir hari ini akan menjadi hari yang membosankan. Tetapi hari ini menjadi hari yang sangat indah, hari yang penuh kenangan bersama hujan.

“Tuhan, jangan ambil sesuatu hal yang membuatku bahagia, biarkan aku tetap tersenyum dengan orang-orang yang aku sayang dan aku cinta” Ucapku.

You are my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang