Permulaan

2 0 0
                                    

Sudah hampir enam bulan aku bersekolah, tapi selalu ada masalah yang menghampiriku, kekerasan yang aku rasakan disekolah ini sudah sangatlah sering, karena aku masih berhubungan dengan El. Hari ini cukup cerah, langit yang indah dan matahari yang cerah. Seperti biasa aku berangkat sekolah dengan El. Kemudian belajar seperti biasanya, hari ini ada pembagian kelompok fisika. Aku berkelompok dengan Acha, Arga dan Ricky. Kita membuat rangkaian pararel dan seri dengan alat peraga rangkaian listrik. Bel mulai berbunyi yang menandakan istirahat.
Saat aku berjalan menuju kantin, seseorang merangkulku, siapa lagi kalau bukan El. Tadinya mau ke kantin, malah ke lapangan basket. Dia memaksaku untuk bermain basket. Dulu waktu aku SD, aku suka sekali bermain basket bersama papa, maka dari itu aku cukup pandai bermain bola basket.
“Wihh masih jago aja lo” Ujar El
“Yoai”

Saat sudah cape, kita menuju kantin untuk membeli minum. Aku langsung duduk di kursi dan El yang membeli minum. Nafasku masih tidak beraturan, aku menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya. El memberikan air putih yang baru saja ia beli dan memberikan kepadaku.
“Kenapa lo?” Tanya El.
“Gapapa sih, cape aja”
“Kenapa lo ga publish aja, siapa lo sebenernya, kalau lo publish, Agnes gak akan berani sama lo” Ucap El.
“Gue mau ikutin dulu permainan dia. Ternyata orang tua Agnes kerja sebagai supir papa gue. Tapi kenapa dia berusaha keras untuk bilang ke semua orang, kalau dia anak papa gue ya?”
“Gak semua orang bisa menerima keadaan keluarganya, Eir. Bisa saja dia seperti itu karna dia malu dengan kondisi keluarganya. Dari awal gue sekolah disini, gue udah tau dia bohong, karena gue kenal siapa Om Gibran. Heh, udah 6 bulan lo di bully, masa lo diem aja sih?” Jawab El.
“Awalnya gue kira seru aja, tapi makin lama cape juga. Gue balik ke kelas yaa” Jawabku.
“Gue temenin yaaa” Ucap El.

Istirahat sudah selesai, saatnya belajar. Geografi cukup membosankan, mata pelajaran yang membuatku mengantuk.
“Eir, kenapa tidur di kelas?” Ucap guru geografi.
“Maaf pak, saya tertidur” Ucapku.
“Lebih baik kamu mencuci wajah mu, supaya tidak mengantuk”
“Baik pak, saya izin ke kamar kecil”

Aku langsung keluar untuk pergi ke kamar mandi dan cuci muka. Setelah itu, aku berniat untuk keliling sekolah dulu sebentar, agar tidak mengantuk. Aku melewati kelas El sambil mengintip, ternyata dia lagi jam kosong, dia bermain gitar dan bernyanyi dengan teman sekelasnya. Aku berniat untuk kembali ke kelas, tetapi tiba-tiba aku di tarik oleh Agnes dan kawan-kawannya ke gudang sekolah. Gudang ini sangat kotor dan cukup gelap.
“Waw... nyali lo sangat besar yaa, lo masih deket-deket sama William, bahkan main basket bareng. Gak kapok sama pelajaran dari gue hah!” Ucap Agnes dengan tatapan yang tegas.
“William itu sahabat gue, gak lebih.” Ucapku.
“Gue gak peduli, mau lo sahabatnya kek, temennya kek, kalau lo bukan keluarganya, gue gak akan sudi ada cewe yang deket sama dia. Sikap dan tatapan lo aja, menandakan lo suka sama dia”

Agnes langsung menamparku dan memukulku dengan sapu, aku tidak diam saja, aku menampar wajahnya dan menjambak rambutnya.
“Gue tau rahasia lo, lo bukan anak dari pemilik perusahaan Starvel kan? gue tau itu, gue bisa bongkar semuanya” Ucapku.
“Hah dia tau dari mana gue bukan anak dari pemilik perusahaan itu, apa dia kenal?” Ucap Agnes dalam hati.
“Kenapa diam? Bener kan?”
“Hahahaha oh iya? Emang iya gengs? Gue bukan anak dari pemilik perusahaan tersebut?” Tanya Agnes dengan teman-temannya.
“Lo mau tau eir? Agnes punya mobil mewah itu dari papa nya, jangankan mobil, IP 14 terbaru aja dia langsung punya, dari siapa lagi kalau bukan dari Om Gibran.” Ucap Audy.
“Dengar gak lo? Gak usah macam-macam deh, lo mau berurusan dengan keluarga gua hah? Gatau diri lo, pakai acara mengancam gue” Ucap Agnes sambil mendorong Eireen.

Aku kembali merasakan pukulan Agnes yang menyakitkan hingga hidungku berdarah, badanku di pukul dengan kayu, begitu juga dengan kakiku, hingga rasanya kakiku terasa kebas.

*brukk*

Aku yang memberikan perlawan, hanya bisa memukul wajah Agnes dengan tanganku sendiri hingga bibirnya berdarah. Dia tidak terima dengan perlawananku, dia melihat sekelilingnya dan mengambil botol kaca, lalu memecahkannya di kepalaku. Agnes membuatku duduk di sudut ruangan dan mengikatku dengan tali, lalu mengunciku dalam sebuah ruangan yang gelap, dan keluar. Badanku sudah lemas, semua tubuhku sakit. Aku melihat beberapa pecahan botol yang cukup besar di sebelahku, aku mengambil menggunakan kaki yang kukira bisa digunakan untuk melepas tali yang melilit badan ku, tetapi kaki ku terkena tajamnya pecahan itu. Aku hanya bisa teriak, meminta tolong, tubuh ku yang lemas, membuat ku memejamkan mata.
Tidak lama dari itu, aku melihat pintu terbuka, cahaya dari luar membuat mata ku silau, orang tersebut mendekatiku, entah apa yang di ucapkan tapi dia menangis.

Saat aku terbangun, aku berada di sebuah kamar dengan infus yang ada di tanganku, rasa lemas dan sakit di badanku sangat terasa. Aku melihat seorang laki-laki yang tertidur sembari memegang tanganku. Mataku masih sangat berat untuk membuka mata dan aku memejamkan mataku kembali.

***

Setelah kejadian kemarin, Eir masih belum siuman, dia masih tergeletak dengan matanya yang tertutup. El merasa bersalah, tidak menjaga sahabat kecilnya dengan baik. Hari ini El di temani dengan mama dan papanya, yaitu Tante Clara dan Om David.
“Eir bangun, aku minta maaf tidak menjaga kamu dengan baik” Ucap El sambil menangis.
“Bentar lagi Eir bangun kok sayang, udah ya, jangan menyalahkan diri sendiri” Jawab Tante Clara, mamanya El.

Tidak lama kemudian, mama dan papa Eireen datang dengan perasaan sedih atas kejadian yang menimpa pada anak semata wayangnya. Melihat gadis kecil mereka yang terbaring lemah dan tidak berdaya itu membuat hati mereka sakit.
“Apa yang sebenarnya terjadi, El?” Ucap Tante Debby, mamanya Eireen.
“Maafkan saya tante, saya tidak menjaga Eir dengan baik, maaf tante” Ucap El.
“Bagaimana kondisi Eireen, Cla?” Tanya Om Gibran.
“Kondisi Eireen tidak begitu baik, di bagian kepala dia mengalami benturan yang cukup keras.” Jawab Tante Clara.
“El, siapa yang melakukan ini kepada Eireen?” Tanya Om Gibran.
El langsung menceritakan awal mula kejadian itu bisa terjadi, Om Gibran terkejut bahwa yang melakukan hal ini kepada anaknya adalah Agnes, anak dari Pak Hendra yang sangat dia percayai itu. Setelah Om Gibran paham atas apa yang terjadi, dia menunggu gadis kecilnya siuman dan menunggu keputusan dari anaknya, apa yang harus papa nya lakukan.

Setelah 2 hari Eireen memejamkan mata, akhirnya dia membuka matanya. Dia melihat seorang laki-laki yang sedang tidur sembari memegang tangannya, sama seperti kemarin saat dia melihatnya.
“El … El…” Panggilku.
“Hoaammm… Hai cantik, udah bangun yaa? Aku panggil dokter sebentar yaa” Ucap El dengan lembut sambil mengelus kepalaku.

El langsung memanggil dokter untuk segera memeriksa Eir. Setelah di periksa dan mengetahui bahwa kondisi Eireen sudah stabil, El merasa lega, hanya saja Eir harus meminum beberapa obat.
“Apa yang kamu rasakan, Eir?”
“Ehmm kepalaku pusing dan badanku sakit semua.”
“Minum air putih dulu nih, aku bantu yaa” Ucap El sambil membantu Eir.
“Aku hubungi papa dan mama kamu yaa, pasti mereka senang mendengar kabar ini” Ucap El.
“Papa tau semuanya?” Tanya Eir.
“Iya Eir, papa kamu tau semuanya, mau tidak mau papa kamu harus tau tentang hal ini… Udah kamu istirahat dulu aja, jangan banyak pikiran, okay?”
“Okay” Jawab Eir.

*tok tok tok*

Suara ketukan pintu itu sepertinya orang tua Eireen yang sudah sampai. El langsung membuka pintu dan mempersilahkan masuk.
“Eir lagi tidur, om, tante” Ucap El.
“Bagaimana kondisinya?” Tanya Om Gibran.
“Tidak ada masalah om, semuanya stabil, hanya ada beberapa obat yang harus di konsumsi”
Mendengar suara papa, Eireen langsung terbangun
“Papa, mama”
“ Hei sayang, bagaimana keadaan kamu?” Ucap papa sambil mencium keningku.
“Hanya pusing, pah.”
“Gadis kecilnya papa, kenapa ga cerita sama papa, kalau kamu mengalami kesulitan di sekolah?”
“Gapapa pa, hanya tidak mau bikin papa khawatir aja”
“Eir, kalau kamu sampai seperti ini, sudah sangat jauh membuat papa khawatir loh, sekecil apapun masalahnya kamu harus bisa cerita sama papa.”
“Iya, pa”
“Terus rencana kamu gimana, Eir?” Tanya papa.
“Aku mau publish, pa”
“Okay sayang, kamu istirahat dulu yaa”

Setelah mendengar keputusan dari putrinya, Om Gibran langsung menghubungi sekretarisnya untuk mempublish bahwa Eireen adalah anak kandungnya. Berita tersebut langsung viral bahkan sampai di telinga Agnes.
"Agnes, lo udah liat twitter?" Ucap Calista.
"Belum, ada apa memangnya?" Tanya Agnes.
"Eireen anak kandung dari pemilik Perusahaan Starvel. Liat deh, foto keluarganya. bukannya lo anaknya ya, nes" Jawab Calista.
"Iya lah gue anak kandungnya, mana coba liat." Ucap Agnes, kemudian langsung merebut handphone Calista.

Agnes terkejut dengan adanya berita tersebut, dia takut kebohongan yang dia sudah buat selama ini akan terbongkar. Tetapi Agnes masih percaya diri, bahwa itu hanya berita bohong yang sengaja di buat oleh Eireen, untuk membuat Agnes goyah. Berita itu menjadi bahan perbincangan di sekolah, mereka bertanya-tanya apakah Eireen anak pemilik perusahaan tersebut?

You are my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang