Permainan

5 1 1
                                    

Hari ini sangat membosankan, pelajaran hari ini adalah seni budaya, olahraga, dan prakarya. Dan kebanyakan jam kosong, aku menyatukan tiga kursi menjadi satu, lalu aku membaringkan badanku seraya mendengarkan musik dengan earphone. Lagi-lagi aku memutar lagu Blue Jeans, salah satu lagu kesukaanku. Aku ingin memejamkan mataku sebentar, tetapi ada perempuan yang membangunkanku dengan kasar. Awalnya aku tidak bangun, karena merasa tidak nyaman, aku langsung bangun.


"Ikut gue" Ajak Calista.


"Gak mau" Jawab ku.


"Lo nantang hah??" Ucap Agnes.


"Mendingan lo ikut kita, daripada lo dipermalukan di depan banyak orang." Ucap Audy.


"Lo paham bahasa Indonesia kan? Kalau gue gak mau artinya ya enggak. Atau gue harus menggunakan bahasa lain?" Ucap ku.

Aku kembali membaringkan badanku dan mendengarkan musik. Agnes langsung panas melihat sikap ku yang melawan dia. Dia mengambil air minum yang ada di meja, lalu ditumpahkan ke badanku.


"APA-APAAN SIH LO." Ucapku.


"APA?! MELAWAN LO?" Sahut Agnes.


"Lo siapa sih hah? Punya kuasa apa lo? Gue selama ini diam buka takut sama lo ya. Tapi emang lo gak bisa mikir atas tindakan lo." Ujar ku.


"Gue udah bilang berkali-kali sama lo. Jauhi William! Lo ga dengar, apa gimana sih? Butuh gue buka telinga lo? Biar bisa dengar." Ucap Agnes dengan nada tinggi.


"Lo siapanya William? Pacar aja bukan, mengaku pacaran sama dia." Sahut ku.

Agnes langsung mendorongku dengan kencang, hingga badanku kehilangan keseimbangan. Perlakuannya yang kasar, membuatku emosi.


"Maksud lo apa?" Tegas ku.


"Jauhi William! Susah banget sih lo." Ucap Agnes.


"Gak mau." Jawab ku.

Agnes langsung melayangkan tangannya tepat di pipiku. Aku tidak diam, aku membalas tamparan itu. Keadaan semakin panas, aku dan Agnes berantem hanya karena William. Agnes langsung menyuruh dua temannya untuk memegang tanganku. Kedua tanganku terkunci, cukup sulit untuk melepaskan tangan mereka yang menahanku. Agnes menamparku dua kali, dia mengambil air dan kembali membasahiku. Semua orang yang ada di kelas hanya diam, menonton diriku yang sedang disiksa oleh Agnes seperti sebuah pertunjukkan.

Aku menginjak kaki Calista dan memberikan penyerangan balik. Aku sedikit kewalahan, karena aku hanya sendiri melawan tiga orang. Audy mengambil sapu, lalu memukul punggungku dengan cukup kencang. Tubuh ku seketika lemas, aku hanya membalas Audy dengan satu pukulan di wajahnya sehingga darah keluar di hidungnya, begitu juga Agnes dan Calista, ku berikan balasan yang sama. Agnes mengambil barang di meja guru yaitu vas bunga, lalu diarahkan ke kepalaku dengan ayunan yang cukup kencang. Seisi kelas hanya berteriak, sedangkan diri ku sudah sangat lemas, pusing dan pandanganku mulai buyar. Tidak lama kemudian, Arga dan Acha datang.


"Ada apa ini?" Ujar Acha.


"Eireen!" Panggil Arga.

Agnes yang tadinya ingin menghabisiku lagi, seketika berhenti karena mendengar suara Arga. Aku hanya menoleh, lalu terjatuh dengan serpihan kaca. Tanpa aku sadari, telapak tangan dan kakiku terkena serpihan kaca, lalu aku pingsan.


"Lo ada masalah apa sih sama Eireen?" Bentak Arga.


"Lo ga mikir? Sikap lo kayak gini, bikin malu diri lo doang! Kalau Eireen kenapa-kenapa, gue ga akan tinggal diam. Paham lo!" Tegas Arga.


"Gue gak peduli, suruh teman lo, jauhi William. Paham?" Ucap Agnes, lalu pergi.


"Heh cuma gara-gara cowo lo bertindak sejauh ini?" Tegas Acha, lalu menarik rambut Agnes hingga kesakitan.


"Lepasin!" Teriak Agnes.

Acha melepaskan rambut Agnes dan mendorong Agnes dengan kencang, lalu Agnes terjatuh. Agnes yang ingin membalas perbuatan Acha, seketika diam,


"BERHENTI. KELUAR LO SEKARANG!" Teriak Arga, lalu Agnes memilih untuk keluar.

Arga mengangkatku, menggendongku dan membawaku ke UKS. Arga langsung menemui El, agar El bisa tau keadaan Eireen saat ini.


"Kak, mending lu ikut gua ke UKS." Ucap Arga.

Mendengar ajakan Arga, El langsung peka. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Eireen. Ketika El di UKS, dia terkejut, melihat badan Eireen yang hampir penuh dengan luka. Wajahnya yang terkena pukulan, hingga bibirnya luka, bagian kaki dan tangan yang terkena serpihan kaca.


"Siapa yang melakukan ini?" Tanya El dengan penuh amarah.


"Agnes, kak." Ucap Acha yang sedang menangis.

Setelah mendengar nama Agnes, El langsung pergi menemui Agnes. Dia berjalan dengan cepat, melepaskan dasi yang mengikat kerahnya dengan nafas yang tidak beraturan.


"Hai El. Habis main basket ya?" Tanya Agnes dengan wajah tersenyum.


"Eireen salah apa sih sama lo? Salah apa? Sampai lo tega melakukan hal itu ke Eireen. Lo punya hati ga sih?" Bentak El.


"Eireen duluan yang mulai, El. Dia yang nampar gue." Sahut Agnes.


"Lo pikir gue gak tau? Gue kenal Eir dari kecil, dia gak mungkin melakukan hal sekeji lo!" Ucap El.


"Lo mau tau kenapa gue ga suka sama lo? Karena hidup lo penuh dengan kebohongan, gue ga harus sebut itu, lo pasti tau. Lo selalu melakukan berbagai hal untuk mendapatkan yang lo mau. Itu alasan gue ga pernah suka sama lo." Sambung El.


"Maksud lo?" Ucap Agnes dengan mata yang berkaca-kaca.


"Lo boleh usik hidup siapa pun di dunia ini termasuk gue, tapi jangan pernah sentuh keluarga gue dan Eireen. Paham?!" Tegas El.


"Kenapa? Dia hanya perempuan yang baru datang ke kehidupan lo." Jawab Agnes.


"Baru datang? Gue kenal dia jauh lebih lama dari lo. Lo mau tau kenapa gue selalu nolak semua perempuan termasuk lo? Karena gue suka sama dia! Paham!" Tegas El.


"Sekali lagi lo buat dia terluka, gue gak akan tinggal diam. Paham!" Sambung El.

El langsung pergi meninggalkan Agnes. Agnes yang mendengar perkataan El, merasa sedih dan penuh emosi. Dia tidak akan berhenti, dia akan tetap melakukan hal yang sama, sampai pada akhirnya El mau menerima Agnes di hidupnya. Ketika di UKS, Arga hanya menatap Eir dengan sedih, begitu juga Acha.


"Eir, bertahan yaa. Gue yakin lo kuat, lo bisa, gue yakin itu." Ucap Arga.


"Sorry gue gak ada di kelas tadi, sorry gue gak bisa melindungi lo" Sambung Arga.

Pintu yang tadinya tertutup, kini terbuka yang membuat El kembali hadir.


"Gimana keadaan Eir?" Tanya El.


"Lo sadar gak sih? Eir seperti ini karena siapa? Karena lo." Ucap Arga.


"Gue gak tau hubungan lo sama Eireen apa, tapi semua yang menimpa Eir itu gara-gara lo." Sambung Arga.


"Maksud lo apa?" Ucap El seraya menarik kerah Arga.


"Intropeksi diri deh lo." Ucap Arga seraya menepis tangan El, lalu pergi.


"Kak, aku keluar dulu ya. Titip Eir." Ucap Acha.

El duduk di samping ranjang dan memegang tangan Eir. El jadi berfikir, apa benar yang diucapkan Arga atas apa yang selalu menimpa El? Tidak lama kemudian, Eireen membuka matanya secara perlahan.


"Eireen." Sapa El.


"ehmmm" rintih kesakitan.


"Sakit yaa... Maaf ya, aku gak bisa melindungi kamu dengan baik lagi." Ucap El.


"Bukan kesalahan kamu kok." Ucap Eireen.


"Ini kesalahan aku, seharusnya aku gak terlalu dekat sama kamu, biar ini semua tidak terjadi." Sahut El.


"El, aku boleh minta satu permintaan?" Ucap Eireen.


"Apa, Eir?"


"Apapun yang terjadi, jangan menyalahkan diri kamu dan aku mohon untuk diam saja, jangan bertindak apapun." Ucap Eireen.


"Maksud kamu?" Tanya El.


"Aku yakin kamu paham sama maksud aku." Jawab El.

Keputusan yang aku ambil bukan untuk menyerah, tetapi aku ingin mengikuti permainannya. Apa yang akan terjadi ke depannya?


You are my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang