Awan dan Alam Saling Menyentuh

1 0 1
                                    

Semenjak hari itu, aku merasa tidak tenang di sekolah. Aku takut sesuatu hal buruk terjadi padaku, aku menyiapkan mental untuk bertemu semua orang di sekolah bahkan Agnes. Sudah satu minggu aku tidak berangkat dengan El, aku berangkat sendiri lebih awal dengan ojek online. Tetapi kali ini sedikit terhalang, karena tidak dapat ojek online. Aku berjalan sedikit ke depan komplek, berniat untuk naik angkot.

“Eir” Panggil Arga yang baru saja berhenti mengendarai motor di depanku.
“Bareng yuk” Ajak Arga.
“Gue naik angkot aja.” Ucap ku.
“Ayo, sama gue aja, nunggu angkot lama loh” Kata Arga.
“Benar juga sih ya, aku juga sangat malas panas-panasan di dalam angkot. Mending aku bareng Arga.” Benak ku.
“Ya udah deh, ikut.” Kata ku.

Arga langsung memberikan helm untuk ku, lalu kita berangkat ke sekolah bersama. Sepanjang jalan, Arga mengajakku berbicara tentang makanan yang kita lewati, dia bukan orang yang diam saja, banyak sekali topik yang dia bahas. Sesampainya di sekolah, aku dan Arga menuju kelas bersama sambil bercanda, saat aku melihat ke arah lapangan basket, tatapan sinis dari El membuatku diam sejenak.
“Kenapa?” Tanya Arga.
“Gapapa kok” Jawab ku.

Sesampai di kelas, aku langsung menghampiri Acha yang sedang duduk sembari memainkan handphonenya.
“Lo di cariin Kak William tadi” Ucap Acha.
“Ouhh..” Jawab ku singkat.
“Lo lagi berantem ya?” Tanya Acha.
“Enggak kok.” Balas ku.

Selama belajar, aku memikirkan tatapan El yang sangat sinis. Jujur aku kangen El, kangen semua hal yang sering kita lakukan, tapi semenjak kejadian hari itu, aku memilih untuk tidak berbicara dan bertemu.
Pulang sekolah aku kembali bersama Arga. Hari ini aku berniat mengajak Arga ke tempat batagor yang biasa aku beli bersama El.
“Nanti temenin gue beli batagor, mau gak?” Tanya ku.
“Boleh, gue juga laper nih.” Ucap Arga.

Tetapi El sudah berdiri di parkiran, aku berpura-pura tidak melihat dan tetap berjalan di samping Arga.
“Pulang bareng gue aja ya.” Ucap El.
“Gue sama Arga aja.” Jawab ku.
“Kenapa?” Tanya El.
“Eir, lo sama William aja, selesaikan masalah lo ya” Sahut Arga.
“Tapi kita mau pergi kan“ Ujar ku.
“Lain kali kita pergi bareng ya. Gue duluan ya” Ucap Arga, lalu pergi.

Mau tidak mau, aku akan pulang bersama El. Sebenarnya aku suka sih, tapi sedikit malas saja bertemu dengan El di situasi seperti ini.
“Lo kenapa berangkat duluan? Terus, kenapa ga chat gue?” Ucap El.
“Gapapa, lagi mau berangkat sendiri aja” Jawab ku.
“Besok sama gue aja berangkatnya ya” Ucap El.

Aku hanya diam, tidak menjawab ajakan El. Seketika El berhenti, menatapku.
“Sini gue aja yang bawa tas nya” Ucap El seraya mengambil tas yang sedang ku gendong.
“Ga usah, gue bisa sendiri kok.”
“Kita makan batagor yukk.. Gue lagi pengen nih.” Ucap El.
“Kenapa pas sekali dengan ku ya? Apa dia bisa membaca pikiranku?” Benak ku.

Sepanjang jalan, El mengajakku bicara, apa saja yang dia lihat pasti dibicarakan, bercerita hal-hal random, sedangkan aku hanya diam dan tersenyum. Ketika kita sampai di tempat, El langsung memesan batagor, lalu pulang. Sesampai di rumah, El langsung main masuk saja ke rumah ku.
“Halo tante!” Ucap El.
“Halo El, baru pulang ya?” Ucap Tante Debby
“Iya tante. Ini ada batagor, di makan yaa tante.” Ucap El.
“Waduhh... Jadi merepotkan, terima kasih ya El.”
“Sama-sama tante.”

Aku hanya diam dan sibuk dengan batagor sambil melihat El dan mama yang bercerita tentang banyak hal. Tidak lama kemudian, El menghampiriku.
“Makan kok gal ngajak, padahal gue yang bayar loh itu” Ucap El.
Aku langsung mengambil dompet yang berada di tas, lalu mengeluarkan uang 12 ribu.
“Nih.. 12 ribu kan? Atau kurang?” Ucap Eir.
“Becanda cantik, udah donk marahnya.” Kata El.
“Astaga.. Salah lagi gue” Benak El.
“Ini ambil aja uangnya, gue tambahin 3 ribu deh” Ucap Eir, lalu pergi ke kamar sambil membawa batagor.
“Bukannya minta maaf atau apa, malah kayak gitu sikapnya, bikin makin emosi saja.” Benak ku.

Aku menikmati makanan ku seraya menonton video online. Masih dengan perasaan kesal dengan El, aku memejamkan mataku untuk beristirahat sejenak. Saat mataku terbuka, senja telah datang dengan awan dan alam yang saling menyentuh. Aku bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Saat sudah selesai, aku turun ke bawah ingin mencari beberapa cemilan.

Aku melihat lelaki yang sedang tertidur di sofa dengan wajah yang lelah. Aku menghampirinya dan mengelus kepalanya perlahan.
“Kamu sihh jadi orang nyebelin banget” Ucap ku.

Perlahan matanya terbuka, aku dan El saling tatap-tatapan, aku yang terkejut hanya diam dan langsung berdiri, namun El menarik tanganku dan membuat ku terjatuh di atas badannya, lalu El memelukku.
“Maaf ya, Eir. Aku udah kasar sama kamu, aku tau kamu ga nyaman sama sikap aku, maaf ya sekali lagi.” Ucap El.

Aku langsung bangun, duduk di pinggiran sofa dan menatap mata El. Tatapannya membuatku luluh, seakan-akan dia melakukan kesalahan yang besar.
“Iyaa, gapapa kok.” Ucap ku.
Seketika suasana menjadi sepi yang membuatku nyaman dan menarik El untuk memelukku kembali.
“Aku cape El, cape sekali.” Ucap ku dengan suara terbata-bata.
El langsung tahu bahwa keadaanku sedang tidak baik-baik saja, perasaan kacau yang datang tanpa sebab, membuat diriku ingin menangis di pelukan El.
“Gapapa, nangis aja, aku disini kok.” Sahut El.

Aku yang ingin melepaskan diri dari pelukan El, tetapi di kunci dengan badannya, membuatku kembali di pelukkan El. Perasaan ku menjadi semakin kacau dan berakhir menangis. Dari aku kelas 2 SMP, aku sering sekali menangis tanpa sebab, entah apa emosi yang kurasakan. Terkadang aku menangis karena situasi atau keadaan, tetapi lebih sering menangis tanpa sebab. El yang memelukku dengan hangat, melepas pelukan itu dan menatap wajahku seraya menyeka air mata yang jatuh di pipiku.
“Sudah belum nangisnya?” Tanya El.

Aku hanya diam, lalu kembali memeluk El hingga perasaanku membaik. El memelukku dan mengelus punggungku seraya berkata,
“Everything is gonna be alright. Kalau kamu cape, kamu lelah, kamu ingin menangis, menangislah hingga membuatmu tenang. Cerita sama Tuhan tentang kondisimu, agar Tuhan yang mengubah semuanya. It’s okay.”

Aku hanya diam mendengar perkataan El dan menangis beberapa saat di pelukkan El. Perasaanku mulai membaik, El hanya tersenyum kepadaku dan merapikan rambutku yang berantakan.
“Mama pergi?” Tanyaku.
“Iya... Tadinya aku mau pulang, saat melihat kamu di kamar sedang tidur, aku ingin menunggu kamu bangun. Lalu Tante Debby pergi, katanya ada urusan mendadak. Aku diminta untuk menjaga kamu. Jadi, kemungkinan Tante Debby akan pulang sedikit malam. Ohh.. ya, sepertinya aku akan menginap di rumah kamu, karena tidak mungkin aku meninggalkan kamu dengan kondisi seperti ini.” Ucap El.
“Aku beli makanan dulu ya.” Sambung El sembari mengusap kepalaku.

Rasanya senang bisa bertemu dengan El dan menghabiskan waktu bersama kembali. Kita makan bersama, bercerita hal-hal random, canda tawa, dan lain-lain.

You are my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang