3. Pulang

10.6K 934 3
                                    

Hari semakin siang, Mama Ambar pun sudah pulang. Bayi tampannya itu sudah terlelap, yang sekarang Adine lakukan adalah memasak.

Ya, wanita itu saat ini sedang memasak dan dibantu oleh pelayan.

Berbagai makanan kini sudah tersaji dimeja makan, terlihat menggiurkan siap untuk dimakan.

"Makasih, Bi." Ucap Adine kepada pelayan itu.

"Sama-sama, nyonya." Balas bi Sumi berlalu pergi ke dapur kembali.

Adine yang melihat hasil dari masakannya sendiripun, merasa begitu puas. Ia mencicipi satu persatu masakannya itu. Ternyata rasanya masih sama seperti dulu.

"Sudah lama sekali rasanya tidak memasak," ujarnya seraya menuangkan nasi ke piring.

Sebenarnya Adine pandai memasak, hanya saja sejak menikah dengan Asher ia tak pernah lagi bergelut dengan alat-alat dapur itu. Ia juga tak pernah sekalipun memasak untuk sang suami, semua pekerjaan rumah dilakukan oleh pelayan.

Sebenarnya, bi Sumi juga merasa heran dengan majikannya itu. Biasanya, Adine tak ada dirumah karena ia selalu sibuk dengan butik miliknya. Apalagi ini, Adine memasak di dapur untuk pertama kalinya setelah tinggal dirumah ini. Bukankah sangat aneh? Namun, bi Sumi juga merasa senang dengan sikap nyonya nya yang sekarang. Sang nyonya mulai banyak berbicara.

Mengingat perlakuannya yang dulu membuat Adine merasa bersalah kembali.

Sekarang Adine sadar, bagaimana Asher akan meliriknya jika dia saja begitu acuh dan mengabaikan kewajibannya.

Wanita itu menghentikan suapannya.

"Oh ya, Asher pasti sedang sibuk. Sudah seminggu ia tak pulang, sebegitu nya tidak ingin bertemu dengan diriku, kah?"

Ia bermonolog berbicara mengenai Asher yang seminggu ini memang tak pernah pulang.

Adine merasa suaminya itu memang sedang menghindari dirinya. Persis seperti dimasa lalu. Pria itu sangat jarang pulang, melihat sang anakpun tidak pernah. Pria itu memilih abai.

"Oke, Adine. Sekarang kamu harus berusaha mendekati si kaku itu."

Adine seolah tak sadar dirinya pun sama kakunya, sama cueknya.

Mereka adalah dua orang yang sama-sama cuek yang bersatu dalam ikatan pernikahan. Tak ada satupun yang mengalah, ego Adine dan Asher terlalu tinggi, sehingga keadaan rumah tangganya tak harmonis.

Adine sedang memikirkan cara agar ia bisa dekat dengan Asher.

"Otak, tolong berpikir! Bagaimana caranya meluluhkan si kaku Asher," ujarnya seraya mengetuk kepalanya seolah berpikir.

Adine membayangkan dirinya yang sama cueknya dengan suaminya itu, merasa canggung sendiri, apalagi jika langsung dipraktekkan. Ah, ia tidak bisa membayangkan itu, sungguh rasanya menggelikan.

"Tidak, tidak. Itu bukan diri kamu, Dine."

Wanita itu menggeleng kepala, merasa geli sendiri membayangkan dirinya bertingkah dihadapan Asher.

Seumur hidupnya, Adine tak pernah sekalipun dekat dengan laki-laki. Asher adalah laki-laki pertama yang masuk dalam hidupnya. Bukan berarti tak ada satupun yang menyukai Adine, malah banyak yang menyukainya, namun Adine adalah gadis yang cuek dan juga sedikit judes, sehingga para laki-laki yang mendekatinya pun memilih untuk mengangumi tanpa bisa memiliki, karena Adine sangat sulit untuk didekati.

Adine segera menghabiskan makanannya, karena sepertinya Aldin sudah bangun dari tidur siangnya.

Setelah menghabiskan makanannya, Adine menuju kamar sang anak.

Cklek.

Benar saja, sang anak sudah bangun.

Bayi tampannya itu tengah digendong oleh babysitter.

"Aldin sudah bangun?" Tanyanya berbasa-basi.

Babysitter nya mungkin merasa terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

"Iya, nyah." Balas wanita muda itu merasa canggung.

Adine tersenyum maklum,"santai saja, saya gak bakal ngapa-ngapain kamu kok."

Ia berkata dengan nada santainya, tangannya seraya memegang tangan mungil bayinya.

"Eh, iya nyonya."

Babysitter itu pun ikut tersenyum.

"Duh, anak mama ganteng banget sih. Gemes deh," kata Adine yang sangat gemas dengan anaknya itu.

Setelah dipikir-pikir, dimasa lalu ia sangat bodoh. Menyia-nyiakan anaknya sendiri yang masih membutuhkan Asi dari dirinya.

Hari ini pertama kalinya ia memberi Asi pada sang anak, sebelum mertuanya pulang. Mama Ambar mengajarkan Adine cara menggendong bayi dan juga menyusui dengan benar.

Setelah asyik mengajak Aldin bercanda, iapun mengalihkan pandangannya kepada wanita muda yang usianya kisaran 20 tahunan.

"Oh, ya. Nama kamu siapa?"

"Nama saya Risa, nyonya."

Adine hanya mengangguk, lalu perhatiannya kembali pada sang anak.

Bayi tampan itu mulai merengek, sepertinya ia haus.

"Anak mama haus, ya?"

"Sini Ris, kayaknya Aldin haus."

Risa memberikan Aldin ke tangan Adine.

"Kalo gitu saya mau menyusui Aldin dulu," kata Adine berlalu pergi.

"Iya, nyah."

Ia pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Aldin.

Disisi lain, pria tampan yang menjabat sebagai CEO yang tak lain adalah Asher Damian. Bersiap untuk pulang ke rumah yang sudah seminggu ini tak pernah ia kunjungi.

Sebenarnya ia sangat malas pulang, namun apa daya tubuhnya kurang enak badan, jadi ia memutuskan untuk beristirahat di rumah saja.

"Romi saya akan pulang, kalo ada apa-apa hubungi saja." Ucap Asher

"Baik, tuan."

"Tuan, mau pulang ke rumah?" Romi bertanya dengan ragu.

"Hem."

Pria itu melenggang pergi meninggalkan asisten Romi yang masih terdiam ditempatnya.

Asher melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Beberapa menit kemudian, ia telah sampai didepan rumahnya. Rumah mewah berlantai dua.

Tin.

Mendengar klakson mobil, pak Udin yang tak lain adalah satpam rumahnya, membukakan pintu gerbang.

"Tuan,"sapa pak Udin ramah setelah melihat Asher keluar dari mobil.

Pria itu tak membalas, hanya berdehem saja. Lalu masuk kedalam rumah.

Di dalam kamar, Adine sedang menyusui Aldin. Terlihat Aldin begitu rakus meminum sumber kehidupannya itu, yang mana membuat Adine sesekali meringis.

"Pelan-pelan sayang, gak akan ada yang rebut kok." Ucap Adine pada bayinya itu.

Adine yang sedang asyik menyusui Aldin pun mengalihkan pandangannya saat mendengar pintu terbuka.

Cklek.

Terlihatlah sosok pria tampan dengan setelan jasnya berdiri mematung di pintu. Sesaat pandangan mereka bertemu, namun Adine belum menyadari bahwa pria itu beralih menatap dada Adine yang terlihat itu.

Glek!

Pemandangan didepannya ini membuat Asher menelan salivanya.

Adine yang mulai menyadari pandangan Asher yang tertuju pada dadanya pun langsung berteriak.

"Aaaaaa..." Pekik Adine langsung menutupi dadanya dengan bantal.

Sementara Asher mengalihkan pandangannya.

Sungguh, Adine sangat malu saat ini.

















Adine's second life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang